BAB#20

1.7K 97 0
                                    

AUTHOR POV

Bunyi alarm, membangunkan Ayra yang sementara terlelap dalam tidurnya. Dia lalu perlahan membuka matanya, serta meregangkan tubuhnya yang masih berada di tempat tidur. Matanya yang sudah terbuka sempurna, dia arahkan ke arah plafon kamarnya, serta mengingat pertemuannya tadi malam bersama Jessenia. Namun, tidak bertahan lama ingatan itu, Ayra segera bergerak dari bangunnya, namun dalam detik itu juga, Ayra terkejut setengah mati saat matanya menatap ke arah sofa.

"Selamat pagi Ay" ucap Jessenia yang kini berada di dalam kamar Arya. Tapi, saat mendengar itu, Ayra mengambil bantal miliknya dan melemparkan bantal itu ke arah Jessenia, "Keluar!" teriak Ayra sambil mendekat ke arah Jessenia, serta menarik Jessenia berdiri dari duduknya.

"Gak mau" ucap Jessenia dan berusaha tetap berdiri pada posisinya. Namun Ayra lebih mengerahkan seluruh tenaganya menarik Jessenia, "Keluar!" Teriak Ayra lagi.

Jessenia tidak lagi mengucapkan apa-apa, dia hanya terus menggelengkan kepalanya ke arah Ayra.

Karena Jessenia tetap berada pada posisi itu, Ayra akhirnya menyerah, menarik Jessenia, dia melepaskan tangannya yang sedari tadi memegang tangan Jessenia, lalu menatap kesal ke arah Jessenia, "Kamu mau apa?" tanya Ayra dengan tatapan serius ke arah Jessenia.

Belum Jessenia berucap apa-apa, pintu kamar Ayra kembali terbuka sambil mbak Livy, mendorong masuk koper milik Jessenia ke dalam kamar, di ikuti dengan mama Wendy yang juga melangkah masuk, sambil melipat tangan dan meletakkannya di depan dada miliknya.

"Permisi semuanya" ucap mbak Livy dan berlalu keluar.

"Mulai hari ini, Jessenia akan tinggal di sini" ucap mama Wendy

Ayra menatap mamanya tidak percaya, dia mengerutkan keningnya, "Gak ma, aku gak mau" ucap Ayra dan menggelengkan kepalanya. Dia mengalihkan pandangan ke arah Jessenia yang kini berdiri menatap ke arah dirinya, "Kamu mau apa sih dari aku lagi? Belum puas kamu sakiti aku?" tanya Ayra

Mama Wendy yang menyadari itu, segera perlahan mendekat ke arah Ayra, namun Jessenia menatap ke arah mama Wendy, lalu menggelengkan kepalanya. Dia beralih lagi, dan kini menatap Ayra, "Aku mau memperbaiki hubungan kita" ucap Jessenia

"Tapi aku udah gak mau!" Ucap Ayra penuh penekanan.

"Aku tau Ay. Segalanya memang telah berbeda. Namun, izinkan aku untuk memperbaiki kesalahan ku, terserah nanti hasilnya bagaimana, aku akan menerima semua keputusan kamu" ucap Jessenia

Ayra hanya terdiam dalam rasa kesalnya, dia lantas menatap mamanya, dan menggelengkan kepala serta melangkah masuk ke kamar mandi, tanpa mempedulikan Jessenia dan mamanya.

"Makasih ya ma, sudah mengizinkan aku untuk tinggal di sini"

"Gunakan kesempatan ini dengan baik. Mama cuma bisa bantu kamu untuk ini Jess. Mama pernah mengatakan, mungkin kalian tidak bisa bersama. Tapi saat mama melihat kegigihan mu, mama menarik kata-kata itu" ucap mama Wendy, serta mengusap lembut tangan Jessenia, dan berlalu keluar dengan senyum di wajahnya.

Jessenia menarik nafas, serta menghembuskannya. Dia lalu melangkah pelan ke arah pintu kamar mandi, kemudian mengetuknya, "Ay"

Ayra yang sedari tadi berdiri menatap ke arah cermin, perlahan mengalihkan tatapannya ke arah pintu. Sejujurnya, suatu kebahagiaan tersendiri bagi Ayra, karena perlahan es batu sudah mulai mencair, seperti sekarang. Tapi di satu sisi, dia tidak ingin mengulang luka yang sama. Ayra cukup bingung, lantaran baru tadi malam saja mereka bertemu, dengan kondisi Jessenia memegang foto Erin. Namun di pagi ini, dia datang dan meminta untuk tinggal bersama dengan dirinya.

"Kasih aku satu kesempatan Ay"

Ayra memejamkan mata sebentar, kemudian membuka matanya, dan segera melepaskan pakaian yang dia kenakan, lalu berjalan ke bawah shower.

IgnosceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang