22. Regretful desire (18+)

1K 35 8
                                    

"Everything will be fine Karen, it's okay... i'm here with you.."

***

Suasana malam yang dingin tidak dapat menenangkan amarah dan pikiran nya yang kalut. Lampu-lampu kota berkelip, kendaraan berlalu lalang, namun pikiran Karen masih berputar-putar pada apa yang baru saja terjadi.

Lentera, gadis yang tidak disangka itu datang. Melerainya, menenangkannya, dan menariknya pergi dari dalam sana. Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil milik Karen, namun yang duduk di balik kemudi adalah Lentera. Karen tentu saja tidak dalam keadaan yang baik-baik saja untuk bisa menyetir.

Karen tahu bahwa sedari tadi Lentera berulang kali melihat kearahnya, tatapannya khawatir, penuh akan resah. "Kita mau kemana?" Karen akhirnya membuka mulut untuk bertanya.

"Apartemen gua, 10 minutes from here. Apart lu diujung main ke ujung, ga kurang jauh bos?" jawab Lentera berusaha mencairkan suasana.

Kembali hening, mungkin Karen masih perlu waktu untuk berpikir dan mendinginkan kepala nya. Otaknya terasa panas seperti terbakar. Hingga tak lama setelah itu mereka sampai di tempat yang dituju.

Karen memasuki apart Lentera sembari memperhatikan sekitar, masih asing. Ini kali pertamanya berkunjung, dalam kondisi yang sangat konyol.

"Tunggu disini sebentar ya," kata Lentera meminta Karen untuk duduk di sofa ruang tamu.

Gadis itu setelahnya kembali dengan membawa secangkir teh hangat, juga kotak P3K. Ia turut duduk di sebelah Karen, jarak nya begitu dekat hingga Karen bisa merasakan kehangatan tubuhnya.

"Nih minum dulu, biar lebih enakan."

Karen menerimanya, "repot-repot amat sih Ra? ga perlu kali gini doang."

"Diem deh, mana sini liat tangan nya." kata Lentera dengan lembut, mengambil tangan Karen yang terluka. Dengan hati-hati, ia membersihkan luka dan mulai membalutnya. Karen memperhatikan setiap gerakannya, mata Lentera yang fokus, alisnya yang sedikit berkerut saat ia berkonsentrasi, dan bibirnya yang tampak lembut di bawah cahaya lampu.

"Kenapa bisa kelepasan gini? Kalo aja gua ga lerai, bisa mati anak orang," ucap Lentera.

"I couldn't keep it anymore, itu bajingan harus dikasih pelajaran. Siang tadi dia masih jalan sama Mora, malem nya udah nyipok lonte. Brengsek." Jawabnya.

"Lo ngelakuin hal yang bener kok, dengan membela Mora. Darka memang licik, menjatuhkan harga diri Mora. Gua kalo jadi lo, juga pasti bakal semarah itu." Kata Lentera, suaranya halus, terdengar tenang. Entah mengapa, Karen senang mendengar validasi dari Lentera.

Karen merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Mungkin itu kelelahan, atau mungkin itu kehangatan dari kedekatan fisik mereka. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan Lentera lebih dekat. Bibirnya, kulitnya, rambutnya yang jatuh lembut di bahunya. Ia menginginkan Lentera.

"Thanks for being in here, Ra."

"I'd love to be always by your side."

Lentera mengucapkan sembari menatap mata Karen, dengan senyuman manis yang tersemat di bibir nya. Apa maksud dari ucapan mu barusan Tera?

Netranya menatap Karen dengan begitu dalam, entah apa pula maksud tatapan itu. Persetan dengan itu, Karen benar-benar menginginkan gadis dihadapannya saat ini.

Karen mengikis jarak antara mereka, menyisakan beberapa inci hingga ia bisa merasakan panas nya napas sang gadis dihadapannya. Karen menatap Lentera, seakan meminta jawaban. Sang gadis menutup mata, seakan menyatakan persetujuannya tanpa kata.

Jarak diantara mereka benar-benar hilang. Karen membiarkan dirinya terhanyut dalam keinginan membara. Menyatukan bibir mereka dalam ciuman dalam yang kehangatan nya memenuhi ruangan. Bibir Lentera terasa lembut di bawah sentuhan Karen.

Satu tangan nya merengkuh pinggang Tera, satunya lagi berada di leher Lentera untuk membawa ciuman mereka lebih dalam. Menyecap dan mengeksplorasi satu sama lain, terkesan tergesa-gesa dan penuh akan nafsu terpendam. Lentera mengalungkan tangan nya di leher Karen. Karen merasa dunia nya berputar, namun pikiran nya carut marut.

'Andai gua bisa ngerasain kehangatan ini sama lo, Mor..'

Karen membawa Lentera ke pangkuan nya, tanpa memutus panggutan bibirnya barang sejenak. Keduanya sama-sama menginginkan satu sama lain, sama-sama mengejar sensasi yang melampaui kata.

Lentera menepuk dada Karen, meminta kelonggaran karena kehabisan napas. Keduanya terengah-engah, menghirup oksigen sebanyak mungkin.

"Ren.. are you sure about it?" Lentera bertanya ditengah-tengah ciuman mereka.

"I just, want you rn, Ra."

Dan akhirnya kegiatan panas itu terjadi, seolah keduanya ada pasangan kekasih yang saling mencintai. Sentuhan-sentuhan lembut, seperti ciuman orang yang merindu, tidak ingin melepaskan satu sama lain.

Pikiran Karen sedikit dibuat bingung olehnya, siapakah gadis yang ia bayangkan saat ini? Apakah pikirannya dipenuhi oleh gadis yang sedang ia rengkuh dan jelajahi tubuhnya, atau gadis lain yang selama ini ia cintai??

Karen merasa sangat bersalah atas semua yang telah ia lakukan, nafsu benar-benar mengalahkan segalanya. Namun cumbuan yang diberikan oleh Lentera saat ini benar-benar memabukkan, layaknya wine yang begitu manis.

Ruang tamu yang masih terang oleh cahaya lampu, membuat keduanya dapat melihat satu sama lain dengan jelas. Lentera terlihat begitu sexy di bawah nya, raut wajahnya yang terlihat kewalahan, bibirnya yang sedikit terbuka, bagaimana bisa Karen tidak pernah memperhatikan gadis secantik ini?

Karen beralih mencumbu leher Lentera, gerakan nya di bawah sana tidak pernah berhenti. Membuat Lentera terus menerus memanggil nama nya.

"Karen.. it's almost... come ughh"

"Wait for me.."

Badan keduanya bergetar, sensasi hebat itu datang. Karen menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Lentera. Lalu menciumnya sekali lagi, kali ini di kening.

Tidak berhenti hingga disitu, malam panas itu masih berlanjut bahkan hingga matahari mulai menampakkan sinarnya.

***

To be continued

Sisanya bayangin sendiri wkwk

The Moon For The Ocean (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang