CHAPTER 22 - Laboratorium Lisa

7 8 1
                                    

Di ruangan laboratorium yang terletak di bawah tanah, tepatnya di kawasan ibukota Ignea, terdapat seorang wanita cantik bernama Lisa. Wanita muda itu duduk anggun di sebuah kursi, mengenakan gaun ungu yang mempesona. Gaun tersebut terlihat anggun dan indah, melengkung sempurna mengikuti lekuk tubuhnya yang elegan. Warna ungu yang dipilihnya memberikan sentuhan misterius dan megah pada penampilannya.

Saat itu, Lisa terlihat sedang fokus memegang pena dengan tinta hitam. Setiap goresan pena yang ia buat pada selembaran kertas putih.  Ekspresi wajahnya penuh dengan ketenangan dan konsentrasi, seolah tenggelam dalam dunia pemikirannya sendiri. Cahaya redup dari lampu laboratorium menyoroti wajahnya yang cantik, serta detail gaun ungu yang ia kenakan.

Derap langkah yang menggema di ruangan bawah tanah, membuyarkan keheningan yang tadinya mengisi ruang laboratorium. Lisa, yang tengah sibuk menulis sesuatu pada selembaran kertas di meja, terhenti sejenak saat mendengar suara langkah tersebut. Tatapannya teralih pada pintu yang mulai terbuka, mengungkap sosok seorang pemuda berambut cepak yang memasuki ruangan dengan gagah, sebuah pedang tersandang di pundaknya.

"Nona Lisa," sapa William dengan penuh hormat, langkahnya tenang saat melintasi deretan meja yang dipenuhi botol-botol ramuan di laboratorium itu.

Lisa mengangguk pelan sebagai tanda penghormatan saat William mendekat. Pemuda itu duduk di kursi di depannya, menciptakan jarak yang dekat antara keduanya. Dengan ekspresi tenang dan penuh perhatian, William mulai menyampaikan informasi penting yang telah ia bawa untuk Lisa.

"Nona, saya telah membawa sample dan tulang naga pesanan Anda dari desa Altaraz, begitu juga dengan mustika Hades Scorpion," ucap William.

"Mustika Hades Scorpion?" Dahi Lisa mengerut sesaat. "Dari mana kau mendapatkannya?"

William menahan senyum sejenak sebelum menjawab, "Tentu saja seseorang telah berhasil mengalahkan monster tersebut."

"Siapa yang kau maksud?" tanya Lisa penuh penasaran.

"Nirwana," ungkap William sambil menyandarkan punggung pada kursinya.

Lisa terdiam sejenak, menyangga dagunya dengan kedua tangannya. Sorot matanya menatap sayu pemuda di depannya. "Sepertinya kau mengetahui dengan pasti mengenai keaslian dari pemuda misterius itu. Bahkan, aku pun dapat merasakan adanya aura magis yang terpendam dalam dirinya."

Setelah mengangguk pelan, William berupaya menceritakan perjalanan panjangnya bersama Nirwana di hutan Altaraz, serta bagaimana pemuda itu menghadapi serangan monster di pemukiman desa. William, yang kagum dengan keberanian Nirwana, menjelaskan semuanya secara rinci kepada Lisa. Sementara Lisa, penuh antusias, mendengarkan cerita yang disampaikan oleh pemuda di hadapannya, terpaku pada setiap kata yang diucapkannya, menciptakan suasana misterius dan menarik di laboratorium bawah tanah tersebut.

William, yang sejak awal merasa ada yang janggal terhadap misi rahasianya, mencoba bertanya kepada sosok yang masih duduk di hadapannya, "Nona Lisa, apa yang sebenarnya ingin Anda capai... Mengapa Anda memberikan misi kepada saya untuk mengumpulkan sample Animal Hades Monster ke laboratorium?"

Lisa menahan senyum sejenak sebelum berpaling muka dan beranjak pergi meninggalkan kursinya. Saat ia berjalan mendekati meja kerjanya yang dipenuhi botol ramuan, wanita muda itu mencoba menjelaskan berita penting yang dianggapnya rahasia.

"William, dalam sejarah telah digambarkan bahwa Amarta adalah negara yang serakah akan kekuasaan dan wilayah. Meski demikian, negara kita tidak pernah bergantung pada rakyat. Malah sebaliknya, itulah alasan mengapa ibukota Ignea semakin makmur dan berjaya," ujar Lisa.

William menoleh, menatap punggung wanita muda yang tengah mengamati ramuan berwarna biru pada botolnya. "Lantas, apa hubungannya dengan sample dan tulang-tulang yang saya kumpulkan, Nona Lisa?"

Manik biru Lisa bersinar cerah saat melirik pemuda tersebut, senyum samar yang menghiasi wajah cantiknya memberikan kesan misterius. "Aku telah meramalkan bahwa kehancuran Amarta sudah dekat, William," ucapnya dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan.

William, terkejut dengan pernyataan tersebut, menatap Lisa dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kekhawatiran. "Apa?! Ba—bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah negara kita tidak memiliki musuh?"

Lisa melangkah mendekati William dengan langkah yang mantap, jemari lentiknya meraih sebuah permata berwarna hijau zamrud yang terletak di atas meja. Dengan penuh perhatian, wanita itu memperhatikan kecantikan alami dari batu tersebut, seolah sedang merenungkan makna yang tersembunyi di dalamnya.

"Aku hanya ingin menyeimbangkan keadaan dengan merakit senjata mutakhir dari Animal Hades dan menggabungkannya dengan ramuan sihir untuk menciptakan alat tempur di medan perang," jelas Lisa dengan suara yang tenang namun tegas.

William tercengang. "Nona Lisa, meski saya tahu Anda sebagai penyihir hebat di Ibukota Ignea, apakah tidak berbahaya untuk perdamaian manusia?"

Lisa menggeleng pelan. "Tidak, William."

Pemuda itu bangkit dari kursinya dengan ekspresi serius. "Meski Amarta pernah terlibat dalam peperangan dengan kerajaan tetangga, saya yakin sejarah itu tidak akan terulang, Nona Lisa."

Lisa menghela nafas dalam-dalam. "Aku mengerti. Namun, tahukah kamu mengapa kerajaan kita membangun dinding raksasa melingkar untuk melindungi Ibukota Ignea?"

"Tidak..."

"Karena banyak negara yang ingin merebut Ibukota Ignea dan menggulingkan Kerajaan Amarta. Namun, berita ini hanya disampaikan secara rahasia kepada beberapa petinggi istana saja," ungkap Lisa dengan nada yang penuh makna, menciptakan suasana tegang namun penuh intrik di laboratorium bawah tanah yang misterius itu.

William mengerutkan dahinya, manik birunya menatap tajam wanita muda di depannya dengan keheranan yang tak tersembunyi. Dalam benaknya, ia mulai merenung tentang kedatangan sosok pemuda misterius bernama Nirwana.

"Saya berasumsi bahwa kedatangan Nirwana bukanlah sekadar takdir, melainkan ada unsur kesengajaan yang berkaitan dengan Anda, Nona Lisa," ujar William dengan suara yang penuh keyakinan.

"Dari mana kau tahu itu?" tanya Lisa dengan nada penasaran.

William menghela nafas. "Secara logika, Anda adalah seorang penyihir hebat di Ibukota Ignea, yang memiliki pengaruh besar dan dampak di dalamnya. Tentu saja Anda mampu menciptakan dimensi alam seperti black hole yang dapat menarik seseorang dari alam yang berbeda. Meski demikian, apa yang telah Anda lakukan itu tidaklah benar."

Lisa mendengus kesal, wajahnya memperlihatkan ekspresi frustrasi saat ia memalingkan wajah. "Tentang buku yang ditemukan Nirwana di perpustakaan, tidak ada kaitannya dengan saya. Lagipula, pemuda itu sudah memiliki aura magis dalam dirinya."

Telunjuk William menunjuk tajam pada wanita di hadapannya. "Anda tidak perlu berbohong pada saya."

Lisa, yang merasa kesal, tiba-tiba menghantamkan tangan ke permukaan meja dengan keras, menciptakan suara kegaduhan yang mengejutkan. "Tidak ada seorang pun yang dapat menciptakan gerbang portal dimensi alam, kecuali para Dewa!"

Dengan penuh kekesalan, Lisa melanjutkan ucapannya, "Jika Nirwana telah menemui takdirnya, itu adalah jalannya sendiri. Lagipula, bangsa Dark Elf yang terkenal karena kekuatan ilmu magisnya, tidak mungkin memiliki ilmu perpindahan teleportasi ke ruang dimensi alam yang berbeda."

Dengan demikian, suasana tegang dan misterius semakin terasa di laboratorium bawah tanah itu, menciptakan ketegangan yang melingkupi pertemuan antara Lisa dan William.

FINAL FANTASY The Legend Of AmartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang