CHAPTER 9 - Keputusan Helena

12 10 5
                                    

Angin sepoi-sepoi berhembus lembut dari balik langit biru, menyibak poni yang menutupi sebagian dahi Nirwana. Pemuda itu terdiam, tanpa sepatah kata pun, membiarkan kedua lengannya meraih tubuh ramping gadis bernama Tiara.

Tiara merasakan pelukan hangat yang melingkari tubuhnya, membawa ketenangan dalam relung hatinya, saat matanya bertemu dengan pandangan lembut Nirwana.

"Aku tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi padamu lagi, Tiara," ucap Nirwana dengan suara lembut yang menggetarkan hati, memberikan rasa aman yang tak terhingga pada gadis itu.

"Nirwana ..." Gadis itu mendongak hingga sepasang insan saling bertatap mata pada jarak yang sama, membiarkan lantunan kata tersirat dalam bibirnya.

"Tiara, aku telah berjanji pada diriku agar senantiasa dapat menjagamu hingga akhir hayatku."

Gadis itu perlahan menyandarkan pelipis kanannya pada dada Nirwana, sementara telapak tangan pemuda tersebut mengelus lembut permukaan rambutnya. "Apapun yang terjadi ... tetaplah hidup untukku, Nirwana ...."

Pemuda itu justru membelai permukaan rambut Tiara dengan mesra. Hal itu cukup membuat Helena merasa kesal dan dengan cepat, ia berpaling muka untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya yang memendam kekecewaan.

Di sebelah mereka, cahaya matahari memancar melalui jendela berlapis kaca, menciptakan suasana yang hangat dan romantis. Suara mereka berdua terdengar seperti serangkaian percakapan yang lembut, mengisi ruangan dengan keakraban yang mengagumkan.

Helena merasa hatinya terasa berat. Dalam diam, ia berusaha memahami bahwa pemuda itu telah menemukan rasa bahagia dengan Tiara. Meskipun merasa iri, Helena mengenal dirinya dan tidak ingin mencampuri kebahagiaan orang lain.

Dengan penuh ketegasan, Helena mengubah arah pandangnya dan berfokus pada hal-hal lain di sekitarnya. Ia ingin melepaskan diri dari perasaan kesal yang menguasainya dan mencoba mencari sinar positif dalam situasi tersebut.

Saat ia memasuki ruang utama, rambut indah nan panjang terurai, menutupi punggungnya dengan anggun. Rambutnya yang berwarna cokelat muda menciptakan kontras yang menarik dengan dua penjepit yang melengkapi poni yang menutupi sisi dahinya.

Anak kecil itu tampak memakai gaun yang terbuat dari kain lembut, dengan motif bunga-bunga kecil yang manis. Gaun berwarna biru dengan kerah rendah dan lengan panjang yang dilengkapi dengan manset berenda.

"Kakak Nirwana..." sapaan hangat datang dari seorang pemuda yang mengenakan jas hitam. Nirwana dengan cepat membalas senyuman yang diberikan, "Hai."

Dalam keheningan yang canggung, derap langkah dari sepasang sepatu mengisi ruangan tengah. Sosok anak kecil itu terus berjalan dengan riang gembira menuju Nirwana, yang sedang tersenyum kepadanya.

"Kakak Nirwana, kemarin malam aku melihatmu mengayunkan kapak ke leher naga. Aku merasa kau sangat hebat dan pemberani. Aku benar-benar kagum padamu."

Pemuda itu tersenyum samar. "Benarkah?"

Gadis kecil itu perlahan menundukkan kepala di hadapan Nirwana, menunjukkan kebahagiaan yang terpancar dalam hatinya.

"Tentu saja, kau adalah pahlawan kami... seseorang yang telah menyelamatkan desa kami," ucap gadis kecil itu dengan polos.

"Oh, ya... Siapa namamu?" tanya pemuda itu.

"Alice," jawabnya dengan senyum.

Dengan gerakan lembut, pemuda itu meraih pundak Alice yang berdiri di hadapannya. "Alice, sikap kepahlawanan tidak hanya ditunjukkan oleh mereka yang memiliki gelar. Kepahlawanan muncul pada orang-orang yang rela berkorban untuk kebaikan."

FINAL FANTASY The Legend Of AmartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang