CHAPTER 29 - Akhir Dari Pertarungan

12 7 11
                                    

Helena, yang baru saja bangkit dengan sesak di dada, hanya mampu menahan nafas terengah-engah saat ia menyaksikan perubahan bentuk tubuh Nirwana yang dilapisi ornamen baja. Dengan penuh keheranan, gadis itu mengangguk pelan kepada pemuda tersebut, mengisyaratkan pengakuan akan keberadaan kekuatan yang luar biasa.

Pandangan mata Nirwana teralih pada Jessica, yang kini terpaku pada dirinya dengan ekspresi panik yang mulai merayap. Dengan sedikit dongakan pada kepala, Nirwana mengacungkan ujung lancip katana pada Jessica, menunjukkan ancaman yang tak terbantahkan.

"Kematianmu sudah dekat!" ucap Nirwana dengan suara yang menggema di udara, menggetarkan hati Jessica yang terus berdegup kencang.

"Siapa kau sebenarnya?!" desis Jessica, suaranya penuh dengan ketakutan dan kebingungan.

"Aku adalah mimpi burukmu, yang akan senantiasa menghantui di setiap langkah kakimu. Huahaha!" Suara Nirwana bergema dengan tawa horor yang mengguncang seluruh atmosfer.

Di bawah redup sinar rembulan yang bertabur gemerlap cahaya bintang, samurai itu berlari dengan langkah yang mantap, kekuatan yang bertumpu pada kakinya, sementara kedua telapak tangan saling bertemu di depan dada, menampilkan jari-jari tangan yang bergerak dengan presisi yang memukau.

Jari telunjuk dan tengah Nirwana saling bersentuhan, membentuk sudut yang tepat. Kemudian, jari-jari lain bergerak dengan cepat, membentuk pola yang rumit dan simetris dengan ritme yang khusus.

Dengan setiap gerakan jari yang terkordinasi dengan sempurna, energi mulai berkumpul di pusat telapak tangan, siap untuk dilepaskan dalam bentuk jurus yang mempesona. Aura kekuatan terpancar jelas dari gerakan tangan Nirwana, menunjukkan keahlian dan kekuatan seorang ninja yang sesungguhnya.

Pandangan Jessica terhalang oleh kabut putih yang menyebar ke penjuru arah, seiring dengan menghilangnya sosok samurai yang sempat menghilang dari pandangan mata.

Wanita dalam balutan kimono itu dengan cepat berbalik arah, mendapati bilah katana yang nyaris menggores lehernya. Dengan refleks yang luar biasa, Jessica menghindari serangan tersebut. Dengan gerakan yang lincah, wanita itu mengulurkan kedua lengannya di tengah hamparan udara, memunculkan rantai-rantai baja yang melesat kencang ke arah Nirwana.

Sosok Nirwana seketika menghilang dari pandangan mata, membuat Jessica terperangah. Kepanikan menyelimuti sudut pandang Jessica, merasakan ancaman kematian yang sudah berada di depan mata.

"Jangan bersembunyi! Tunjukkan dirimu padaku!!" Jessica berseru sambil menelisik ke sejumlah arah dengan penuh determinasi.

"Tidak ada tempat untuk bersembunyi," Nirwana tersenyum tipis sambil tubuhnya melayang di udara. Dengan gesit, ia menjunjung tinggi bilah katana di atas kepala, menutupi cahaya redup bulan purnama. Suaranya lantang memecah keheningan malam, "Lebih baik aku mati di medan perang, dari pada bersembunyi seperti seorang pecundang!!"

Ayunan pedang katana melesat dengan kecepatan yang memukau dari balik hamparan udara. Di sisi lain, aura kegelapan seketika membentuk kubah misterius yang dilapisi oleh rantai baja yang mengelilingi tubuh Jessica.

Hantaman tajam dari bilah pedang pipih katana bertabrakan dengan rantai baja, menciptakan percikan api kecil yang memancar di udara. Suara gemerisik logam bersentuhan menciptakan melodi pertempuran yang menggetarkan jiwa, sementara kedua senjata berlapis baja saling bergesekan di hamparan udara yang terbuka.

"Kurang ajar!" Geram Nirwana sambil melompat mundur dengan lincah, mendarat dengan mantap di permukaan tanah yang gersang.

Jessica mengumbar tawa riang, wajahnya tersembunyi di balik jemari lentiknya yang menutupi bibirnya dengan anggun. "Hahaha! Kau pikir dengan tipuan klasikmu itu, kau dapat membunuhku? Kau salah, Nirwana."

Nirwana mengerutkan kening, matanya berkilat penuh determinasi. "Dasar sombong!" Suaranya terdengar tajam dan penuh amarah.

Di tengah hamparan kabut putih yang menyebar ke sepenjuru arah, terlihat lesatan rantai baja berkilauan di udara. Suara tajam dari tepisan bilah pipih katana memecah keheningan, menciptakan harmoni suara saat senjata-senjata itu bertabrakan. Percikan api kecil terpancar dari titik kontak mereka, menambah dramatisasi pertarungan.

Nirwana melangkah mundur beberapa langkah, matanya penuh perhatian saat ia menoleh dan melihat Tiara yang bangkit dari tanah.

"Tiara, apa kau baik-baik saja?" Nirwana terdengar khawatir.

Tiara mengangguk pelan sambil mengatur napasnya. "Iya, aku baik."

Pandangan Nirwana kemudian terpaku pada Jessica, wanita muda yang tengah merapalkan suatu mantra dengan penuh konsentrasi. Dengan gerakan tangan yang gesit, puluhan rantai baja muncul di udara, memenuhi ruang di sekitar mereka dengan kekuatan yang mempesona.

"Sudah waktunya untuk mengakhiri pertarungan ini, Nirwana!" Suara lantang Jessica memecah keheningan malam, seraya rantai-rantai baja berkilauan terus meluncur ke arah Nirwana.

Dengan refleks yang cepat, pemuda itu mengayunkan bilah pipih katana dengan keahlian tinggi untuk menepis serangan Jessica. Namun, kecepatan dan ketepatan gerakan Jessica membuat Nirwana kesulitan menghindari serangannya. Akhirnya, rantai-rantai baja berhasil melilit tubuh Nirwana, membuatnya terjebak dalam belitan yang kuat.

Aura kegelapan yang dipadukan dengan aliran listrik menciptakan tekanan kuat pada tubuh Nirwana, menyebabkan Tiara dan Helena tercengang oleh kekuatan yang ditunjukkan Jessica. Sementara Jessica tersenyum samar, menikmati momen saat ia berhasil menyiksa sosok pemuda yang terbungkus dalam balutan ornamen samurai di depannya.

Pemuda itu, tak mampu menahan sengatan listrik yang menyiksa, terjerembab jatuh ke permukaan tanah dengan penuh kesakitan. Tawa horor Jessica bergema menyeramkan di sekeliling mereka. Namun, tiba-tiba tubuh pemuda tersebut berubah menjadi batang kayu di permukaan tanah, mengejutkan semua yang menyaksikannya.

Senyuman miris di wajah Jessica seketika lenyap saat ia merasakan hunusan tajam katana menembus perutnya. Dengan mulut sedikit terbuka, darah mulai mengalir dari luka itu. Sementara itu, sosok pemuda dalam balutan ornamen baja sudah berada di belakangnya, senjata tajamnya siap untuk bertindak.

"Sejak kapan kau ada di belakangku-" Suara Jessica terputus oleh rasa sakit.

Nirwana tersenyum. "Aku sengaja memancingmu untuk menyerangku, lalu memanfaatkan kesempatan itu untuk menggantikan diriku dengan batang kayu. Sekarang, aku berada tepat di belakangmu."

"Begitu rupanya ..." Jessica tersenyum getir di tengah kesakitan. "Trik yang cerdik, aku terkecoh oleh kemampuanmu sebagai ninja."

"Nikmati istirahatmu dengan tenang," balas Nirwana.

Nirwana perlahan menarik bilah katana yang terselip pada punggung Jessica, menciptakan rasa nyeri yang tak terhingga kala semburan darah keluar dari tubuh wanita muda tersebut. Jessica terjatuh ke permukaan tanah. Dalam keheningan malam, Jessica membuka mulutnya.

"Aku telah kehilangan segalanya ... Semua mimpi yang menjadi sirna hanya dalam sekejap mata," Jessica menoleh pada Nirwana yang masih berdiri tegak di sampingnya.

Dengan suara lemah namun penuh keyakinan, Jessica melanjutkan, "Kini aku dapat menemui mereka di alam surga. Mereka yang telah sekian lamanya menantikan kedatanganku di sana." Setelah itu, Jessica menghembuskan nafas terakhirnya.

Aura kegelapan yang sebelumnya melingkupi tubuh Nirwana perlahan memudar, seiring dengan lenyapnya ornamen baja yang masih menutupinya. Meskipun turut berduka, Nirwana tahu bahwa tindakan kejahatan yang dilakukan oleh Jessica tidak dapat diampuni.

Nirwana berbalik arah dan melihat Helena dan Tiara sedang berjalan mendekat. Dengan langkah yang semakin berat, pemuda itu seakan tak mampu lagi menopang tubuhnya. Akhirnya, Nirwana terjerembab dan pingsan di tengah taman bunga balai kota.

FINAL FANTASY The Legend Of AmartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang