8

229 12 0
                                    

Niel mwnyentil kening nata pelan, " Spesialis itu dokter gigi, kamu ini iya random banget ucapi kata kata, masih pms iya? "

"Iya!! "

****

Nata duduk dibangku sebuah taman, tentu saja nata bersama dengan niel.

Mana mau niel biarin nata keluar rumah sendiri, masa bodoh dengan dokumen yang berada diatas meja nya yang menumpuk, masih bisa ditangani oleh sang asisten nya.

Niel duduk dengan menatap nata intes, entah kenapa setiap kali dia memandang wajah cantik istrinya dia selalu candu, niel tiba-tiba terkekeh pelan nata menatap kearah niel, aneh nih bocah ketawa sendiri.

"Gila iya mas? " Niel tersenyum tipis lalu meangguk.

"Iya, gila karena mu, " Nata yang digombal tentu saja salting, niel seperti fedofil.

"Aduh mas, saya masih dibawa umur. Umur saya masih 20 tahun, " Niel mendekatkan bibir nya ketelihga nata.

"Udah cukup dewasa itu, buat anak juga bisa. " Nata menatap sinis kearah niel.

"Heh, mesum amat belum dikasih jatah sama istrinya iya mas? " Niel sontak meangguk cepat, memang dia belum pernah diberi jatah sama wanita didepan nya ini.

"Iya, saya udah puasa lebih dari 2 tahun, saya heran sama istri saya yang gak mau sama saya. Padahal saya udah jadi pria idaman dia, kurang apa lagi coba? "

Nata menggosok dagunya seolah olah berpikir, "mungkin mas ingat gak, kalau istri mas pernah bilang mas perlu cukur jenggot kamu? "

"Oh itu pernah, saya kok ngerasa aneh sama kamu. Gimana kamu tau kalau istri saya pernah bilang gitu? " Ucap niel dengan pura pura bingung.

"HEH! gue ini istri lu iya! " Niel tertawa terbahak-bahak, lalu mengelus pucuk kepala nata dengan lembut.

Nata mencibir ucapan niel karena kesal, entah ini bawaan dia pms atau ini memang bawa perasaan, entahlah.

"Niel, pulang yuk besok kan aku bakalan jadi karyawan kamu dikantor. Wahai atasanku berbaik hatilah untuk menaikkan gaji dan uang bulanan saya," Niel menarik hidung nata dengan gemas, nata lupa? Niel itu setiap hari transfer nata uang loh, Bahkan sampai puluhan juta.

"Iya, "

Nata tersenyum senang, " Terimakasih wahai atasan berkedok suami. " Niel pun tersenyum tipis, kenapa nata sangan lucu dimatanya? Bahagia kaya gini enak iya.

"Kamu tadi ngajak aku pulang, yaudah kita pulang. Disini panas banget, nanti kulit kamu kebakar, " Nata berdiri tangannya dipegang oleh niel dengan erat, di taman itu cukup sunyi dan tenang.

Walaupun bukan hari libur tapi taman itu cukup populer, bahkan setiap hari banyak orang yang datang.

Niel sesuka hati untuk ke taman itu, karena tamn itu miliknya sekaligus milik sang istri tercinta, bukan kah niel sangat romantis dan sangat fosesif?

Tapi nata menyukai sifat niel.

****

Setelah acara di taman waktu itu, sebenarnya bukan acara lebih tepatnya
pdkt, iya walaupun sudah membuka sifat satu sama lain, tapi tidak masalah jika kita pdkt lebih tepatnya ngedate sama suami itu mah gak masalah.

Di pagi hari ini data siap dengan baju dan celana yang rapi, kalian tahu kalau nata akan bekerja di kantor suaminya, tante saja suaminya mengijinkan kalau tidak ehmm.. enggak tahu lagi deh.

Nata tidak ikut dengan sang suami.

nata tidak mau kalau hubungannya dan suaminya itu, di publik. sebenarnya pernikahan antara dia dan niel itu udah di publik dari jauh hari, tapi banyak yang tidak tau wajah sang istri dari bos mereka lebih tepatnya nata hihihi.

Nata pun memasukan handphone nya kedalam tas mini miliknya.

"Nyonya! Apa perlu saya antar? Anda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nyonya! Apa perlu saya antar? Anda... Kenapa ingin memakai motor matic milik pak lele? " Tanya pak rasid bingung tangannya menyentuh dahinya yang berdenyut.

dengan santainya nata tersenyum manis ke arah pak rasid, "slow pak, selagi pak lele izinin. Maka gak ada halangan buat minjam, pak rasid mending urusin mbak Lilie aja! Dia kemarin curhat karena bapak selingkuhin dia. "

Rasid hanya menyengir tak jelas, nata melihat itu hanya geleng kepala gayanya mau selingkuh, muka aja pas-pasan! Tapi nata masih punya hati. Kasihan bapak yaang didepannya ini, udah berkepala empat tapi belum juga punya istri, berjaka tua lah nih.

"Pak rasid mending diam aja iya, saya mau berangkat sekarang, sebagai karyawan baru yang sangat paham arti displinan, tentu saja saya datangnya harus tepat waktu. Atau lebih dulu datang dari orang lain, " Pak rasid menggaruk belakang kepalanya, maaf nih nyonya Geoffrey yang terhormat dia itu cuman satpam bukan pekerjaan kantoran.

Walaupun begitu dia tau kok arti displinan, karena tuan mereka yang mengajari mereka.


I Love You Mas Niel! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang