꧁✿ ᥴһᥲ⍴𝗍ᥱr 25 ✿꧂

324 23 1
                                    

Bantu Follow, Vote and Comment!

(Bisa membuat auth bahagia)

Happyy Readingg! ~


o0'''0o

Chap sebelumnya (24) :

Vivi pun akhirnya menepuk nepuk pelan pipi milik pemuda itu dan membuatnya terbangun.

"Eugh- g-gue di mana?" Vivi pun akhirnya menepuk nepuk pelan pipi milik pemuda itu dan membuatnya terbangun.

🪐🪐🪐

"Di neraka" Vivi mengatakannya dengan ekspresi yang polos polos ngeselin!

Pemuda itu sedikit kesulitan untuk bangkit. Akhirnya Vivi membantu pemuda itu untuk berdiri. Dan menggiring pemuda itu ke pinggir trotoar.

Vivi dapat melihat dengan jelas bahwa pemuda itu memiliki wajah yang rupawan. Tinggi semampai, mempunyai Rahang yang tegas, sorot mata yang tajam, wajah yang datar bak papan triplek, badan yang atletis, hidung yang mancung bak prosotan tk, pipi tirus dan jangan lupakan bibir tebalnya.

"Kamu ngga papa? Atau mau Vivi beliin obat di apotik dulu?" Vivi menunjuk ke arah apotik yang letaknya agak jauh dari tempat ia berada saat ini.

Pemuda itu hanya menunduk dan mengeluarkan ringisan kecil yang terdengar di telinga Vivi.

"Diam berarti iya, bentar ya. Jangan pergi dulu! Kalau pergi, ntar Vivi kejar"

Vivi segera bangkit dari duduk nya dan berlari ke arah apotik itu. Tak berselang lama, Vivi kembali dengan menenteng sebuah kresek putih berisikan beberapa obat-obatan.

"Kamu nunggu lama ya? Maaf, hehe. Abisnya apotik nya agak jauh sih" Tak ada jawaban dari yang empu. Vivi kembali duduk dan dengan penuh kehati-hatia, Vivi mengobati Luka pemuda itu.

Vivi mulai mengoleskan Betadine ke luka pemuda itu dan menempelkan Handsaplast ke luka itu. Setelah selesai, Vivi bertepuk tangan dan memukul dadanya dengan bangga.

"Vivi hebat, haha" ucapnya sambil tertawa bangga. Sehingga matanya membentuk bulan sabit.

Sedangkan pemuda itu hanya melihat Vivi dengan tatapan misterius. Mata tajamnya terus mengarah ke Vivi. Membuat Vivi menjadi bingung.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit lagi kah? Atau ada luka yang belum Vivi obatin? Bilang aja" cerocos Vivi

Pemuda itu hanya menggeleng pelan dan mengulurkan tangannya sambil mengucapkan, "Sam"

Vivi bingung sendiri, tapi tak urung Vivi juga menyambut uluran tangan itu.

"Nama?" bukan, bukan Vivi yang berbicara, tetapi pemuda itu.

Otak Vivi loading sejenak, "H-hah? Nama? Ohh iya, kenalin nama aku Alexandra Olivia Angelica Queenby Janshone. Aku biasa di panggil Vivi, tapi kamu bisa manggil aku sesuka kamu" Vivi mengucapkannya dengan raut wajah penuh senyuman manisnya.

Pemuda itu hanya bisa mematung, sampai akhirnya Vivi bertanya, "Kalau nama kamu?"

"Sam"

Vivi mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti, "kamu udah ngga kenapa kenapa lagi kan sam? aku soalnya mau pulang, takut di cariin orang rumah"

Sam hanya menganggukkan kepalanya seraya berkata, "pulang"

"pulang? siapa? kamu? kamu mau pulang? mau vivi anterin?"

Transmigrasi Jadi Figuran Novel? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang