5

82 17 6
                                    

"Jung Yunho, dasar kau sialan!"

"Aku lebih tua!"

"Aku sudah tidak punya uang lagi untuk membayarnya!"

"Siapa suruh pionmu mendarat di negaraku?"

"Memangnya aku bisa mengatur seberapa besar angka di dadu?"

"Bun, suara Bunda bisa kedengaran sampai bulan kayaknya. Nanti kalau astronot di atas ngamuk gimana?" protes Hyunwoo yang sedang mengunyah wafer di sebelah Wooyoung.

"Agh! Jangan lo senggol, hyung!" Hyunwoo menampol lumayan keras tangan Sumin yang berusaha mendorong balok kayu susun yang sedang ketiganya mainkan. Giliran Yujun yang menarik satu balok kayu, Sumin sama sekali tidak menganggu. Dasar pilih kasih.

Disebelah mereka, Wooyoung lagi-lagi berteriak karena dadu yang ia lempar membawa pionnya ke negara Yunho yang mempunyai 3 hotel. "Ah, persetan dengan monopoli ini."

"Ada anak-anak, Young," tegur Mingi yang sejak tadi tidak banyak bicara. Hanya ikut-ikutan Yunho dan Wooyoung bermain monopoli karena dirinya juga bosan hanya diam saja.

"Siapa, sih, yang ngajak main ini?" geramnya melempar sisa uang yang ia miliki, lima uang kertas kecil berwarna ungu.

"Kau yang mengajak!" Akhirnya Mingi mengetuk pucuk kepala Wooyoung dengan gelas dadunya karena sudah kelewat kesal. Ketiganya tidak kalah berisik dengan anak-anak mereka di sebelah. Malahan lebih berisik karena Wooyoung berseteru dengan Mingi terkait monopoli yang mereka mainkan tadi.

Sumin beranjak dari duduknya setelah ia kalah bermain balok susun. Sebenarnya bukan sepenuhnya kalah, itu semua karena Hyunwoo yang sengaja menganggunya hingga tangannya menyenggol balok lain, berakhir susunan balok tinggi itu jatuh semua ke lantai.

"Sana ambil kasur sama selimutnya," suruh Hyunwoo dengan nada mengejek. Ia dan Yujun sudah beralih ke arah Wooyoung dan Mingi yang masih memperdebatkan monopoli.

Angka yang ditunjuk oleh jarum jam sudah berada di pukul setengah dua belas malam, tapi tak ada satupun dari keenam orang yang sekarang terbaring di ruang tamu depan televisi itu yang sudah menutup mata.

Hyunwoo dan Yujun sibuk bercerita tentang apa, Sumin yang tak henti melihat ruang obrolannya dengan Jinsik di ponsel, Mingi dan Wooyoung yang sedang menonton film horor di televisi dan Yunho yang sudah lumayan mengantuk tetapi tetap menemani Mingi untuk menonton.

"San tidak pulang, Young?" tanya Yunho penasaran, menyadari bahwa suami adiknya itu tak kunjung pulang. Wooyoung hanya menggeleng kecil, melirik pada pintu rumah yang belnya belum berbunyi sejak tadi.

"Ayah lembur lagi palingan, Om." Sumin menjawab tanpa menoleh, matanya masih terpusat pada ponselnya. "Geseran napa, Hyun!" Ia menendang kaki Hyunwoo yang melasak di bagian bawah dan menarik selimut ke arahnya.

"Lagian lo bawa selimutnya cuma satu," kilah Hyunwoo menarik selimutnya.

"Lo kalau mau selimut sana ambil sendiri."

"Kan, lo yang kalah tadi!"

Keduanya berebut selimut karena tidak ada yang mau mengalah, hingga akhirnya Wooyoung harus turun tangan menegur anak-anaknya. Habisnya Yujun sudah lebih dulu tertidur.

Suasana berubah sunyi setelah televisi dimatikan. Mingi sudah berada di pelukan Yunho sembari mengusap-usap pucuk kepala Yujun, Wooyoung yang terlelap di paling ujung kanan, Hyunwoo yang berusaha menidurkan dirinya sendiri, dan Sumin yang masih menatap ponselnya.

Sumin tiba-tiba berbalik ke arah Hyunwoo, membuat anak itu terlonjak kaget karena pergerakan mendadak Sumin. "Apaan?" tanya Hyunwoo malas, dia sudah hampir terlelap dan benar-benar tidak ingin terganggu.

Type of WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang