12

102 14 17
                                    

"Duh, Hyunu hyung, kok, ngga aktif?"

Daritadi Yujun udah capek nelpon nomor Hyunwoo. Dirinya sedang duduk di halte bus karena saljunya turun deras banget sore ini. Mana dia ngga bawa jaket tebal, udah hampir menggigil gini.

Padahal perasaan kemarin saljunya biasa-biasa aja, deh.

Yunho pasti masih kerja jam segini, ibunda-nya juga bilang kalau Wooyoung hari ini mampir ke rumah, mau bikin kue bareng untuk perayaan ulang tahun Hyunwoo.

Karena Yujun anak yang baik ngga mau ngerepotin orang tua, dia cuma nunggu aja di kursi halte sambil bertekuk lutut, ngga berhenti nelpon nomor Hyunwoo di ponsel lipatnya.

"Hyung! Boleh jemput Yujun, ngga? Saljunya deras banget, Yujun ngga bawa jaket atau payung sama sekali." Akhirnya, Hyunwoo menjawab telponnya setelah sekian lama. Dengan suara ngantuk Hyunwoo bilang Sumin bentar lagi otw kesana untuk jemput.

Setidaknya Yujun ada kepastian, jadi dia nyandar punggungnya ke kursi halte. Dia rada ngerasa kasihan sih sama petugas jalanan yang kedinginan bersihin jalanan. Beberapa mobil pembersih jalanan dari salju juga udah berkali-kali lewat.

Matanya ngga sengaja ngelihat orang yang neduh ke bawah atap halte, ngebersihin jaket sama kepalanya yang penuh dengan salju. Waktu kontak mata ngga sengaja terjadi, Yujun buru-buru malingin muka.

"Ck, ini badai salju apa gimana, ah?" Laki-laki itu ngedecak, ngelihat kesana-kemari tapi yang bisa dilihat cuma jalanan sama bangunan-bangunan yang udah kayak mau ketimbun sama salju.

Yujun masih ngelirik, dengan posisinya yang meluk lutut sendiri. "Di cuaca sih katanya mau badai salju."

Laki-laki dengan garis rahang yang kelihatan tajam itu noleh ke belakang karena Yujun tiba-tiba nyahut. Dia ngga ngomong apa-apa, cuma natap ke arah Yujun dengan ekspresi bingung campur kaget.

Entah kaget karena Yujun nyahut atau karena Yujun yang ngomong badai salju dengan wajah biasa-biasa aja.

"Oh, iya ya?" jawabnya singkat. Laki-laki itu ngambil ponsel dari saku jaket, meriksa ramalan cuaca dan ternyata emang ada peringatan badai salju.

Setelahnya ngga ada percakapan apa-apa. Yujun yang nungguin Sumin datang dan laki-laki asing itu yang masih main ponsel sambil berdiri.

Yujun makin meluk lututnya sendiri karena men, dingin banget ini suhunya. Dia kira saljunya bakal biasa-biasa aja karena baru mulai musim salju, ternyata tebal banget salju yang turun sore ini.

Jaket bulu tebal sekarang ganti posisi dari badan laki-laki itu ke badan Yujun. Yujun belum connect, dia diam aja ngga ngerespon ngelihat laki-laki yang masih pakai seragam sekolah itu garuk-garuk tengkuk belakangnya.

Lee Yechan.

Nametag laki-laki itu yang pertama kali Yujun lihat setelah jaket disampirkan ke badannya.

"Lo kelihatannya lebih butuh, udah menggigil gitu. Kalau mati kedinginan disini 'kan ngga lucu."

Yechan langsung jalan ngejauh, nerobos hujan salju yang deras bukan main, ninggalin Yujun nganga ngga paham apa-apa di halte. Ini konsepnya gimana, dia ngga ngerti sedikitpun.

"Woi, jun! Cepet masuk, nanti emak lo ngamuk gue yang kena."

Suara Sumin ngebangunin Yujun dari kebingungannya, ia berkedip keheranan. "Iya, bentar!" Cepat-cepat Yujun pakai jaket bulu itu dengan benar ke badannya, masuk ke dalam mobil sedan yang ia yakini milik San itu dan langsung duduk di sebelah Sumin.

Mobilnya perlahan hidup, jalan nerobos salju yang makin tebal ke rumah Wooyoung, karena keluarga Yujun malam ini mau nginap untuk ngerayaain ulang tahun Hyunwoo pukul dua belas malam.

Type of WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang