14

49 16 18
                                    

"Jatuh lagi?"

Hyunwoo buru-buru mendongak, lalu senyum merekah di wajahnya melihat wajah kesal bercampur sedikit rona khawatir di muka Junghoon yang menatap ke arahnya. Junghoon hanya mengenakan sweater krem yang kelihatan tebal dan syal di lehernya. 

"Lo sehari ngga jatuh demam apa, ya?" Junghoon kali ini tidak mengangkatnya seperti anak kecil, membantu Hyunwoo untuk berdiri pelan-pelan dan sedikit membersihkan salju di bagian belakang celana Hyunwoo.

"Iya, demam," jawab Hyunwoo cepat. "Kok, lo ngga manggil hyung lagi, sih!" Tangan Hyunwoo menunjuk ke arah wajah Junghoon dengan alisnya yang terajut sebal. Perasaan kemarin Junghoon udah mulai manggil dia hyung, kenapa sekarang ngga lanjut lagi?

Decakan terdengar, tapi Hyunwoo ngga peduli. "Hyung." Nada Junghoon tidak berubah, masih setengah niat. "Bukannya gue suruh istirahat kemarin?" tekannya gantian nunjuk ke arah Hyunwoo, lebih tepatnya pada kaki kanan Hyunwoo.

Mendengar itu, pura-pura Hyunwoo garuk belakang kepalanya. Ini kenapa semua orang daritadi nyuruh dia istirahat, sih? 

Cukup lama Hyunwoo diam, malas menjawab pertanyaan penuh penekanan dari Junghoon. Lagian dia juga mau jawab apa? Kalau dia ngga bisa diam karena takut kakinya makin parah? Kalau dia ngga percaya dengan istirahat bakal bisa sembuh?

Tangan Junghoon mengibas butir salju dari jaket puff warna biru Hyunwoo, sekaligus ngelepas syal dari lehernya dan masang kain itu di leher Hyunwoo tanpa bicara apapun.

"Bisa jalan ngga?"

"Bisa."

Junghoon memicing, ngga percaya dengan jawaban penuh intonasi ragu yang Hyunwoo berikan padanya. "Bisa atau ngga, hyung?" ulangnya memastikan.

Namun, yang Junghoon dapatkan bukan jawaban, melainkan pukulan keras di lengan kirinya. Bola mata Junghoon melebar, kaget tiba-tiba dipukul tanpa aba-aba.

"Jauh-jauh ngga lo sana!"

 Secara keras Hyunwoo pukul lengan Junghoon di tempat yang sama, lebih kuat hingga Junghoon sedikit meringis sambil mengusap-usap lengannya. "Ini salah gue apaan?" tanya Junghoon ngga terima.

"Karena lo nanya." Hyunwoo bergumam, hampir ngga kedengaran sama Junghoon. Yang di depan masang tampang bingung dengan wajah yang Hyunwoo terjemahkan sebagai, 'salah gue nanya?'.

Junghoon bukan anak bodoh juga, dia dapat langsung ngerti kalau Hyunwoo ngga bisa jalan tapi malu mau minta tolong. Jadi, perlahan tangan Junghoon menyelip di bahu kanan Hyunwoo, sedikit ngebantu Hyunwoo untuk ngga terlalu bertumpu sama kaki kanan.

Aksi Junghoon memang tanpa kata-kata, tapi garis yang naik di bibir Hyunwoo tak bisa tertahankan. Dia senyam-senyum kayak orang habis dapat doorprize, ngelangkah pelan-pelan menuju kompleks rumahnya yang udah setengah jalan.

"Langsung kompres pakai es."

Pengen rasanya Hyunwoo tampol wajah datar Junghoon dengan tas sekolahnya. Dan yap, pikiran intrusif dia menang, tanpa sadar Hyunwoo udah ngangkat tasnya untuk mukul kepala Junghoon lumayan keras.

Namun, bukannya bisa ia pukul, tangan Junghoon sudah lebih dulu menahan lengan Hyunwoo sampai dirinya kehilangan keseimbangan. Hampir Hyunwoo jatuh lagi kalau ngga Junghoon tarik kerah belakangnya.

"Kompres pakai es." Junghoon nunjuk ke arah Hyunwoo. Dirinya memposisikan tasnya di bahu, siap-siap mau pulang. "Kompres pakai es."

"Iya, ah! Nyebelin banget, tai."

Hyunwoo melempar tasnya ke atas sofa sekaligus jaketnya yang ia buang entah kemana, pengen mencak-mencak tapi ngga bisa karena kakinya lagi super duper sakit. Akhirnya cuma bisa baring di atas sofa sambil mijit pelan-pelan kakinya.

Type of WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang