9

92 18 16
                                    

"Lo sana nyusulin dia, gue capek."

"Yakin?"

Hunter melirik Junghoon yang berdiri di depannya seperti npc dalam permainan online yang sering ia mainkan. Wajahnya juga datar sekali, menatap Hunter dengan sudut bibir yang tidak ada niatan untuk bergerak ke atas.

Mau tidak mau Hunter mengiyakan Junghoon untuk naik ke atap sekolah, menemui Yechan yang katanya lagi ngadem di atas, udah posisi wuenak jadi malas mau turun. Hunter awalnya mana mau nyusul ke atas, mending dia bolos ke kantin daripada harus naik puluhan anak tangga demi Yechan.

Sesampainya di atas, Hunter langsung merebahkan badannya di atas Yechan yang sedang terbaring enak di atas meja-meja yang berserakan ditemani salju yang masih turun tipis-tipis.

Bayangin badan sebongsor Hunter nimpa Yechan, apa ngga hampir ketemu malaikat maut yang ditimpa.

"Eh, beli cromboloni di cafe bawah, yuk. Lagi ngidam, nih," ajak Yechan dengan wajah yang sungguh, Hunter dibuat hampir muntah melihatnya.

"Lo yang ngidam, gue yang ribet, sat." Dengan kuat bahu Yechan ditampol oleh Hunter, mengakibatkan Yechan dengan mulut mautnya mulai mengoceh dan mengomel.

Junghoon, sih, santai-santai aja. Dia sibuk memainkan ponselnya sambil menyandar pada meja rusak. Sesekali mengamati salju yang jatuh ke pucuk hidungnya. Melihat Junghoon yang lagi tenang, Yechan dengan cepat memanggilnya, lebih tepatnya gangguin. "Hoon, gue lihat abang lo kemarin."

Respon Junghoon hanya deheman kecil, tak terlihat begitu minat dengan topik yang sekarang sedang Yechan bawakan. "Bareng cewe tau. Cantik, cuy!" pekiknya yang kali ini membawa Junghoon untuk melirik. Yechan sendiri mengeratkan jaket di badannya.

Hunter ikutan noleh kr Yechan yang sekarang sudah selonjoran di lantai kotor atap sekolah, merasa lumayan heran hingga harus balik menatap pada Junghoon yang kelihatan berpikir cukup keras.

"Lah, emang bokap lo bolehin, Hoon?"

Lama sebelum yang ditanya merespon, akhirnya Junghoon hanya mengendikkan bahunya dan kembali fokus pada layar ponsel.

"Bukan urusan gue," jawabnya singkat.

Setelahnya hanya ada candaan Yechan yang ngga jelas. Hunter bahkan sampai capek ketawa ngikik meskipun Junghoon hanya terkadang terkekeh kecil.

"Chan, bantuin gue dulu!"

Yechan masih mengunyah cromboloni yang habis Junghoon belikan untuknya di cafe bawah. Untung saja dia bisa meyakinkan kedua temannya itu untuk turun dan membelanjakannya makanan sekaligus kopi hangat.

Musim salju itu emang paling nikmat minum kopi anget bareng makan manis-manis.

"Apaan, nyet? Ngga lihat gue masih makan?" solotnya berusaha mengusir Hunter dari meja cafe agar ia bisa makan dengan tenang.

Hunter berdecak sebal. "Gue lagi suka sama orang, nih."

"Hubungannya sama gue apaan, Hun-njing?" Hunter dengan tangan besarnya menampol keras bahu Yechan. Seketika teriakan nyaring terdengar, membuat pengunjung-pengunjung di sekitar langsung menoleh pada mereka seaakan habis tabrak lari.

Yechan akhirnya mau mendengar apa kata Hunter, meskipun sambil ngelus-ngelus bahu kanannya yang nyeri. Junghoon juga ikutan mendengar sambil minum kopinya dengan tenang.

Dimulailah cerita Hunter yang menurut Yechan rada klasik. Katanya dia lagi jalan turun dari kelasnya pas jam pulang, terus ngga sengaja nabrak cowo yang buru-buru naik ke atas. Hunter yang baik hati akhirnya bantuin laki-laki itu untuk mungut buku-buku yang jatuh karena tabrakan tadi.

Type of WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang