6

75 18 12
                                    

"Kalau gue di posisi Jinsik hyung, mungkin gue bakal lakuin hal yang sama, sih."

Sumin reflek memukul lengan Hyunwoo lumayan keras hingga Ibundanya terbangun dan menegur keduanya. "Udah malam, loh. Kenapa kalian belum tidur?"

Mendengar intonasi marah Wooyoung, Hyunwoo langsung menarik selimut menutupi setengah badannya dan pura-pura terlelap. "Gara-gara lo, hyung. Bunda marah, kan!" bisiknya menahan hasrat untuk mencubit keras sang Abang.

Sumin akhirnya beranjak duduk, melihat wajah Wooyoung yang terlihat tidak suka oleh sikap anak-anaknya, apalagi sedang ada keluarga Yunho yang sudah tertidur di dekat mereka. "Nungguin Ayah, bun. Nanti ngga ada yang bukain pintu, hehe."

"Ayah ngga pulang itu kayaknya, lanjut tidur aja. Nanti kalau pulang biar Bunda yang bukain," final Wooyoung dengan penekanan di setiap kata-katanya. Sumin mengangguk saja, ikutan berbaring kembali setelah melihat Wooyoung sudah menarik selimut untuk tidur.

Setelah habis dimarahi, Sumin dan Hyunwoo memilih untuk berbicara sambil berbisik. Sebenarnya Hyunwoo sudah mau tertidur, tapi Sumin terus memaksanya untuk merespon cerita barusan.

"Gini, coba lo mikir baik-baik, hyung. Lo ke Jinsik Hyung itu emang udah rada-rada. Lo ngga suka dia main sama orang lain karena lo ada perasaan sama dia, tapi emang dia mau digituin? Lo juga ngga tahu, kan, Jinsik Hyung suka balik atau ngga? Kalau Jinsik hyung cuma anggap lo teman doang, pasti dia ngerasa risih, lah."

Hyunwoo menjelaskan panjang lebar, tidak tahu apakah Sumin mendengar dengan jelas karena anaknya sudah memasang wajah sedih lebih dulu. Akhirnya ia hanya menghembuskan napas lelah karena tak kunjung direspon.

"Lagian lo ngga ada teman lain apa gimana, sih, hyung?"

"Namanya anak nolep, mau gimana lagi."

Ada saja jawaban Sumin. Anaknya merubah posisi menjadi berbaring, menatap ke arah langit-langit dengan tatapan cukup sendu habis menerima fakta menyakitkan dari Hyunwoo.

Hyunwoo tiba-tiba berbalik menghadap ke sebelah, memandang Sumin dengan raut antusias hingga Sumin sendiri terkejut. "Lo mau denger saran gue ngga?"

"Ngga."

Singkat, padat, dan jelas.

"Lo coba seminggu aja ngejauhin Jinsik hyung," suruh Hyunwoo tak memedulikaan jawaban Sumin sama sekali. Aslinya, dia sudah tahu Sumin pasti akan menjawab dengan kata tidak, jadi lebih baik ia lanjut bicara saja.

"Gila, ya."

Hyunwoo berdecak, "ck, tinggal jauhin bentar aja apa susahnya, sih?"

Yang didecaki menggeleng keras, mana bisa dia ngejauhin manusia yang paling ia sayangi itu. Sehari tidak berbicara saja rasanya seperti hidup Sumin ada yang kurang, apalagi mengikuti saran Hyunwoo untuk menghindari Jinsik selama seminggu? Yang ada setelah seminggu Hyunwoo akan menemukan Sumin sedang duduk di koridor rumah sakit jiwa.

Namun, Hyunwoo ada benarnya juga. Jika Sumin mencoba menempatkan dirinya di posisi Jinsik, ia mungkin akan merasa risih dan tidak nyaman diperlakukan seperti itu padahal hubungan keduanya hanya sekedar teman.

Sumin berpikir keras sejenak, sampai akhirnya memutuskan pemikirannya sedikit ragu. "Kalau gua ngga bisa gimana?"

"Bisa! Nanti gue bantuin."

Setelah percakapan malam mereka secara bisik-bisik itu, sungguh Sumin menyesali keputusannya. Karena sekarang saja, pagi hari yang harusnya Sumin lalui dengan tenang sembari tertidur di kursinya harus diganggu oleh keberadaan Hyunwoo yang mengambil mejanya untuk bermain ponsel sambil membaringkan kepala diatas.

"Lo ngapain, sih, Hyun! Gue mau tidur!"

"Aelah, masih pagi ngapain tidur."

"Lo juga biasanya pagi-pagi molor, ya!"

Hyunwoo menutup telinganya, malas mendengar omelan Sumin yang tak henti-henti. Matanya melirik kecil pada pemilik mata sipit yang sedang menampilkan ekspresi terganggu. "Ngga dicariin Jinsik hyung, kan. Berarti lo ngga penting sama dia," celetuk Hyunwoo sengaja memancing.

Sentilan keras didapati Hyunwoo sedetik setelah ia berucap, memaksanya langsung duduk tegap untuk mengelus-elus keningnya yang memerah. "Emang gue salah?" lanjut Hyunwoo tak terima.

"Mungkin aja dia masih canggung karena berantem kemarin?" racau Sumin asal-asalan, yang penting dia tidak mau menerima perkataan Hyunwoo sama sekali. Meskipun langsung dihadiahi dengan wajah jijik dari sang Adik. "Gue mau minta maaf aja nanti sama dia."

"Ngga, ngga!"

"Apaan, sih, Hyun?"

Hyunwoo menghembuskan napas letih, apa Sumin sama sekali tidak paham dengan apa yang keduanya bicarakan tadi malam?

"Kemarin katanya mau ngejauhin Jinsik hyung? Tujuannya, kan, mau ngelihat dia aslinya peduli apa ngga sama lo, hyung," geramnya berusaha memukul tetapi langsung ditangkis.

"Apa hubungannya coba?"

Oh Tuhan, tolong tahan Hyunwoo untuk tidak menyembelih abang satu-satunya itu.

"Serah lo, deh! Pokoknya nanti istirahat lo makan sama gue!" Paksa Hyunwoo beranjak dari kursi. Ia berjalan keluar dari kelas Sumin setelah bel masuk berbunyi, meninggalkan Sumin dengan rasa kesal bukan main.

Habisnya, Sumin tidak mengerti maksud Hyunwoo.



Type of WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang