11

87 17 10
                                    

Junmin lagi sibuk di depan ipad-nya, narik garis-garis di atas layar sambil minum teh dinginnya di bawah pendingin ruangan. Dia berusaha nyari ide, tapi otaknya nge-stuck, ngga kepikiran apa-apa. Berakhir cuma gambar ngga jelas.

Di depannya, Minjae ngetik cepat tanpa ngelihat keyboard laptop. Muka-muka capek kelihatan jelas, lagian anak kedokteran mukanya ceria itu kayaknya langka banget, dah.

Hp Junmin bergetar, Seeun nelpon dia cuma untuk teriak-teriak ngga jelas karena dia ngga dibangunin. Junmin mah balas ngomel, marahin anaknya karena tadi pagi bahkan udah disiram ngga bangun-bangun juga.

Heran, Seeun tidur apa simulasi di alam kubur?

"Seeun?" Minjae bertanya, melirik kecil karena Junmin keasikan celoteh di hp-nya.

"Iya, nih. Padahal tadi pagi udah gue bangunin, emang dasarnya aja kebo." Junmin ketawa, ketawa kesel.

Minjae memang sering mendengar Seeun dari Junmin, sangking seringnya Junmin cerita tentang adik kesayangannya itu. Minjae bahkan sampai hapal sama suara Seeun karena si tonjang kalau nelpon Junmin suaranya pasti kayak lagi pakai toa, satu kabupaten bisa dengar.

"Junghoon satu sekolah juga sama Seeun, kan?" tanya Junmin memastikan, seingatkan Minjae pernah sesekali menyebut Junghoon dan dimana adiknya itu sekolah.

Salah satu hal yang bikin mereka nyambung adalah karena sama-sama punya adik cowo. Junmin jadi sering cerita tentang Seeun ke Minjae, kebalikannya Minjae lebih sering dengerin aja. Sekali dua kali nyebut Junghoon, itu juga karena Junmin yang nanya.

Minjae memang anaknya ramah, tapi dia bukan tipe yang banyak bicara kayak Junmin. Keseringan tertekan kali karena mata kuliah yang diambilnya susah bukan main.

"Iya, tadi pagi kayaknya gue lihat dia pergi sekolah bareng Jinsik."

Alis Junmin naik sebelah, mikir bentar. Ini Jinsik yang lagi Minjae bahas Jinsik yang ia kenal atau ngga, ya? Mana tahu bukan Jinsik temennya abang Hyunwoo, tapi Jinsik yang lain. Kan bisa aja ada manusia lain namanya sama.

Topik keduanya berhenti karena Junmin tiba-tiba dapat ide dari orang yang barusan ngga sengaja jatuh depan cafe mereka lagi tempati. Idenya memang suka datang dari hal-hal random.

"Nanti," ucapan Minjae terhenti. Jarinya ikutan berhenti ngetik, dia katup mulutnya terus buka lagi. Ngga tahu, rasanya meskipun udah pakai jaket tipis di musim dingin, Minjae masih ngerasain telinga sama mukanya memanas.

"Mau temenin gue–

"Mau!"

Sudut bibir Minjae tertarik naik, ia tertawa kecil karena respon Junmin yang langsung mengiyakan meskipun dirinya bahkan belum selesai bicara.

Ah, Minjae suka hujan salju tahun ini.

Di sisi lain, Seeun udah mencak-mencak di kamarnya karena telat banget. Gerbang sekolah ditutup jam delapan kurang lima belas menit, sedangkan sekarang udah jam setengah sebelas.

Dia nelpon Hyunwoo, minta dijemput ke rumah jadi kalau ke sekolah kena marah bareng-bareng. Tapi, Hyunwoo ngebalas dengan nada ngantuknya kalau dia ngga sekolah hari ini, bangun telat juga.

Pantes dah, dia bisa temenan sama Hyunwoo. Emang sama-sama sering bangun kesiangan. Titisan kebo kalau kata Junmin, mah.

Akhirnya, karena Seeun lebih rajin dari Hyunwoo, dia tetap diam-diam ke sekolah lewat salah satu jalan tikus di belakang sekolah. Yang penting pelajaran selanjutnya dia masuk deh, biar ngga absen.

"Aduh!" Seeun mengelus-ngelus kepalanya yang nyeri, sakit banget karena kepentok punggung orang. "Lo kalau jalan liat-liat dong!"

"Lo yang kalau jalan liat-liat. Gue dari tadi diam di sini," balas yang di depan dengan suara lumayan berat.

Type of WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang