Suasana hening dan dingin memenuhi ruangan dengan aroma obat yang cukup kuat mengusik indra penciuman
Terdapat sesosok laki-laki yang terduduk diatas brankar pesakitannya dengan tatapan kosong mengarah keluar jendela besar yang ada didepannya
Menyorotkan pandangan putus asa dan kebingungan yang membuat orang lain akan merasa iba dan kasihan
Ceklek!
"sudah bangun boy" sapa Demon kepada sang putra yang tidak lain dan tidak bukan adalah Jevan dengan perban basah yang membungkus perutnya
Tidak ada reaksi yang diberikan oleh Jevan kepada sang papa, dengan tenang Demon mendekati sang anak. Elusan lembut Demon berikan pada pucuk surai Jevan
"ada yang mengganggu pikiranmu?"
Tanya Demon namun hanya gelengan kepala pelan yang Jevan berikan, keterdiaman Jevan membuat Demon menghela napas panjang
Demon melirik nakas yang terdapat sarapan Jevan yang masih utuh tanpa disentuh sedikitpun
"makan dulu Jev" perintah Demon
Demon bingung bagaimana akan bersikap saat Jevan dalam kondisi seperti ini biasanya akan ada Jegar yang menangani tapi kali ini tidak akan dia biarkan Jegar mendekati Jevan untuk beberapa waktu kedepan
"Jev.." panggil Demon lagi
"keluar" suara Jevan akhirnya terdengar tapi sekalinya keluar malah mengusir Demon dari kamarnya
Ceklek!
"selamat pagi keponakan om yang paling ganteng..." suara cerah terdengar dalam keheningan
"shut up!" sanggah Demon ketika mendengar suara cempreng sahabatnya 'Ronald'
Ronald hanya mengacungkan jari tengahya pada Demon dengan tegas dan mantap sebelum beralih pada keponakan lucunya
"loh kok belum dimakan sarapannya? Enggak enak kah? Mau ganti?" serbu Ronald kemudian mata mereka bertemu
Dapat Ronald lihat mata merah Jevan yang sebentar lagi akan tumpah air matanya, hidungnya sudah memerah pipinya ikut memerah karena suhu tubuh yang lumayan tinggi
"o-om..." suara parau Jevan kembali terdengar, Ronald langsung membawa Jevan dalam dekapannya mengusap lembut punggung Jevan yang terlihat bergetar menahan isakan tangisnya
"Jevan mau es krim? Apa lukanya masih sakit?" tawar Ronald agar suasana hati Jevan meningkat
"aku mau yang dark chocolate"
Seruan entah darimana terdengar membuat Ronald mengernyit bingung dan melirik pada Demon yang tengah duduk disofa dengan iPad ditangannya
"aku tidak bicara denganmu" sungutnya kesal karena malah Demon yang menjawab es krim yang dia mau
"dimana kau mendapatkan papa seperti orang itu Jev?? Aneh"
"i-iya aku tau, om mau jadi papa Jevan?" Jevan malah ikut-ikutan menanggapi ucapan Ronald
"iyakan saja, tapi ucapkan selamat tinggal dengan lehermu" ujar Demon santai, Ronald langsung memegang lehernya
"papamu gila" bisiknya pada Jevan membuat Jevan menahan tawanya
Ronald yang melihatnya ikut tersenyum senang karena Jevan akhirnya bisa tertawa dan melupakan traumanya
"okey sekarang makan dulu setelah itu minum obat dan om akan priksa lukamu, apa masih sakit?" seru Ronald
"sedikit linu" jawab Jevan
"okey nanti akan om kasih pereda nyeri lagi"
"om besok Jevan pulang ya" pinta Jevan melas
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side of Jevan
Random"hiks papaa.. Jevan minta maaf... Buka pintunya Jevan takuutt papa.." "abanggg!! Abangg tolongin Jevan hiks.. Jevan takut abanggg!!" tangis Jevan mengudara tangannya semakin sakit untuk menggedor pintu kayu itu . . "pergi dari hadapanku!" ucap Jevan...