Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh Jevan apalagi kalau bukan hari penjemputan sang adik. Dirinya sudah menata diri serapi dan sesangar mungkin untuk bertemu adiknya kembali
Malam ini Jevan, Jegar dan Demon tengah melaksanakan makan malam bersama sebelum agenda selanjutnya dilakukan pastinya perlu tenaga yang banyak
"papa tau kalian sudah tau yang aman adik kalian, tapi papa harap kali ini kalian bersikap normal terlebih dahulu" ucap Demon tiba-tiba
"maksud papa kita tidak normal begitu?" sanggah Jevan membuat Jegar menahan tawanya
"setidaknya gunakan otakmu sedikit saja baby boy" jawab Jegar cepat
Lirikan tajam Jevan berikan kepada abang satu-satunya ini, apa tadi? Baby boy?? Kata-kata itu membuatnya ingin sekali mematahkan leher Jegar detik itu juga
Namun dia tidak ingin merusak hari baiknya kali ini jadi dia harus menahan emosinya agar tidak lepas kendali
Setelah selesai dengan sesi makan malam ketiganya langsung beranjak dari sana menuju mobil yang sudah disiapkan sejak tadi
Beberapa bodyguard membungkuk hormat ketika para tuannya berjalan melewati mereka, pandangan tajam dengan postur tubuh yang memancarkan kekuasaan sangat lekat untuk seorang Avalon
Mobil melaju cukupkencang keluar dari area mansion, Demon memang ingin membawa mobil sendiri dengan kedua anaknya mereka tidak ingin momentnya dicampuri dengan orang lain
Tetapi tetap saja beberapa mobil bodyguard mengikuti mobil Demon dari berbagai arah karena keamanan Avalon adalah yang utama
Tidak ada percakapan apapun didalam mobil Avalon, ketiga orang itu tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing
"apakah aku bisa membawanya kembali Natalie?"
"aahh aku tidak sabar memiliki 2 bayi sekaligus"
"akan kupastikan dirimu hanya miliku sepenuhnya"
Begitulah sekiranya apa yang mereka pikirkan hingga tanpa sadar tempat tujuan mereka sudah berada didepan mata deru mesin mobil memenuhi halaman rumah yang tidak cukup besar tapi terlihat nyaman bagi seberapa orang
Bagi Avalon? itu adalah tempat yang tidak cukup layak untuk ditinggali, tapi tujuan mereka kesini bukan untuk mengomentari bagunan itu tapi ada hal lain yang jauh lebih penting
Demon, Jegar dan Jevan turun dari mobil tatapan tajam dan ekspresi datar mereka berikan kepada siapapun jika berada diluar
Memastikan berada diposisi paling tinggi adalah kewajiban bagi seorang dengan garis keturuan Avalon, siapapun harus tunduk kepada mereka
Tuk!
Tuk!
Tuk!
3 kali ketukan Demon berikan namun tidak ada sautan dari dalam sana membuat putra kedua Demon mendesis
"ck lama" decaknya kesal
Selang berapa lama pintu itu terbuka menampilkan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan balutan pakaian sederhananya
Raut bingung wanita itu berika ketika melihat 3 laki-laki berperawakan tinggi besar dengan banyak pria berpakaian serba hitam disekitar panti asuhannya
"maaf siapa ya? dan ada keperluan apa?" suara lembut menyapa gendang telinga ketiganya namun jatuhnya suara itu sangat memuakkan
"Braga Demon Avalon" ucap Demon singkat membuat wanita itu gelagapan karena bertemu langsung dengan orang yang selama ini memegang kendali dari panti asuhan yang dia jaga ini
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side of Jevan
De Todo"hiks papaa.. Jevan minta maaf... Buka pintunya Jevan takuutt papa.." "abanggg!! Abangg tolongin Jevan hiks.. Jevan takut abanggg!!" tangis Jevan mengudara tangannya semakin sakit untuk menggedor pintu kayu itu . . "pergi dari hadapanku!" ucap Jevan...