Tidak terasa Jevan sudah hamper naik kelas 2 tapi perseteruan antara Jegar dan William terus berlanjut membuat Jevan jengah dan malas bertemu keduanya saat disekolah karena pasti akan ribut dan aura menyeramkan pasti mereka keluarkan membuat Jevan sesak napas
"kalian bisa berhenti berantem tidak? aku pusing liatnya" sungut Jevan kesal karena sedaritadi dia duduk dibangku kantin sudah disuguhkan dengan aura mematikan abang dan teman sekelasnya
"pergi dari sini! Kau mengganggu adikku" tatapan tajam Jegar berikan pada William
Tapi bukan William namanya jika tidak membangkitkan emosi Jegar, dirinya seakan tuli dan tidak menghiraukan dan malah fokus melihat Jevan yang tengah meracik baksonya
"eum.. enak pedes pasti" gumam Jevan, tangannya terulur meraih mangkuk sambel didepannya
Grep!
Grep!
Wajah Jevan terangkat menatap bingung kepada Jegar dan William bergantian namun sedetik kemudian Jevan meguk ludahnya kasar setelah melihat wajah tidak bersahabat keduanya
"sshh.. lepasin dulu sakit" keluh Jevan ketika tangan Jegar dan William mengenggam erat tangan Jevan
William langsung melepaskannya berbeda dengan Jegar yang mengambil tangan Jevan dan mengusapnya pelan
"ambil lagi sambelnya, abang patahin tangan kamu" Jegar masih menatap tajam Jevan
Mendengar ucapan Jegar bola mata membulat lucu membuat William memekik gemas tertahan dan dengan gerakan pelan Jevan menarik kembali tangannya
Jevan melanjutkan makannya dengan tenang namun suapannya terhenti ketika abangnya Jegar kembali bersuara
"habiskan makananmu lalu kembali kekelas, dan kau ikut aku" ucap Jegar dengan mengacungkan jarinya didepan wajah William
"kenapa? Kalian mau kemana? Kalian gak macem-macemkan??" Jevan menatap takut kepada mereka berdua
"kau khawatir padaku?" goda William
"abang??" Jevan tidak peduli dia menatap abangnya meminta penjelasan
"tidak akan" jawab Jegar menyakinkan
Dan mereka berduapun pergi meninggalkan Jevan memakan baksonya sendirian dengan banyak pertanyaan dikepalanya, bagaimana kalau mereka berkelahi? Bagaimana kalau mereka luka dan masuk rumah sakit?
Kring!
Kring!
Kring!
Saat ini Jevan sudah duduk dikursinya, sedari tadi dia menyelesaikan makan siangnya dia langsung kembali kekelas
Tangan Jevan saling meremat menyalurkan gelisah dalam hatinya, sungguh dirinya tidak tenang dan penasaran
Karena terlalu larut dalam pikirannya sendiri Jevan tidak menyadari William yang sudah duduk disampingnya, William yang melihat itu menepuk pelan pundah Jevan
Jevan yang mendapat tepukan berjenggit kaget, kepalanya tertoleh dan mendapati William disampingnya
Mata Jevan meliar melihat seluruh bagian tubuh William mulai dari wajah tangan hingga kaki, tangannya membolak balikkan badan William membuat kekehan kecil keluar dari mulut William
"aku tidak kenapa-kenapa, tenanglah" ucapnya lembut
"apa yang kalian lalukan? Kalian pergi kemana?" Tanya Jevan beruntun
"anak kecil tidak boleh tahu" jawabnya sembari menoel pelan hidung Jevan gemas
Mata Jevan menajam menatap sengit manusia didepannya ini ingin rasanya dia menjambak rambut itu hingga rontok
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side of Jevan
De Todo"hiks papaa.. Jevan minta maaf... Buka pintunya Jevan takuutt papa.." "abanggg!! Abangg tolongin Jevan hiks.. Jevan takut abanggg!!" tangis Jevan mengudara tangannya semakin sakit untuk menggedor pintu kayu itu . . "pergi dari hadapanku!" ucap Jevan...