Saat ini Jevan tengah berada diapart Mike sendiri, tidak sendiri tapi dengan Mike tentunya yang saat ini tengah tidur membelakangi Jevan yang tengah berdiri disamping ranjangnya sejak 30 menit yang lalu
"lo gak mau ngomong sama gw?" Jevan membuka suaranya
Ini sudah hari ke 5 Mike mendiami Jevan dirinya tengah melancarkan aksi ngambeknya pada Jevan akibat kelakuannya kemarin yang hamper membunuh Mike
Bahkan Mike masih bisa mengingat dengan Jevan betapa sulit dirinya merauk oksigen untuknya bernapas
"Mike gw kan udah minta maaf sama loo...." Bujuknya lagi namun tidak ada balasan dari sang korban
"Mike hadep sini dulu kek? Dari tadi gw ngomong kaya orang gila gini?" ucapnya lagi sambil menggoyang badan Mike pelan
"pergi" satu kata yang keluar dari mulut Mike, dia sebenarnya kasihan dengan Jevan namun dirinya berniat untuk memberi sedikit pelajaran kepada sahabatnya ini
"Mike gw minta maaf.. kemaren gw gak sengaja kebawa emosi" pintanya memelas pada Mike
"kalo lo gak mau pergi biar gw yang pergi" ucap Mike sembari berdiri dan melangkah keluar dari kamarnya sendiri
Namun segera dicegah oleh Jevan, sungguh dirinya lebih memilih berkelahi dan dipukuli saja daripada menghadapi orang ngambek seperti ini
"okey, lo disini aja tidur lagi biar gw yang pergi" ucap Jevan
"tapi nanti gw balik kesini lagi ya..??" imbuhnya lagi
"terserah" jawab Mike dan langsung kembali kedalam selimutnya menghiraukan Jevan yang sudah mulai uring-uringan dengan dirinya sendiri
Hari ini dia tidak tau mau kemana, dia tidak kuliah memang sudah direncanakan dirinya akan mendatangi Mike yang tengah merajuk tadi untuk meminta maaf
Karena sungguh dirinya sangat tidak nyaman dengan keterdiaman Mike pada dirinya, kenapa Mike susah sekali memaafkan dirinya lagian dia juga tidak sengaja kan???
Jevan memutuskan untuk kembali kerumahnya dia tidak bersemangat dalam hal apapun kali ini, aura yang dia pancarkan cukup gelap membuat beberapa pekerja yang berpapasan dengan Jevan menahan napas karenanya
Sret!!
"siapa yang bertanggungjawab atas ini!!" suara Jevan memberat ketika dirinya melewati ruang tengah dan hampir saja dirinya terjatuh akibat lantai basah itu
Geraman amarah terdengar jelas dari Jevan tatapan wajah membunuh siapapun dia layangkan membuat seorang maid yang tengah memegang pel menegang ditempatnya
"m-maaf tu-tuan muda" ucapnya gugup membuat Jevan semakin marah
Dengan cepat dirinya mengambil vas bunga bening dari meja sampingnya kemudian dengan cepat melemparkannya
Syuutt!! Prang!!
"aakhh!!" teriak sang maid ketika vas bunga itu menghantam kepalanya hingga dirinya kehilangan kesadaran?
Tidak sampai disitu Jevan kembali mengambil alat pel itu mematahkannya dan hal yang dilakukan selanjutnya membuat semuanya merinding ketakutan kepada tuan muda yang satu ini
Jreb!
Jreb!!
"keparat! Kau membuat moodku semakin hancur sialan!!!" Jevan mengumpat kepada sang maid yang sudah kehilangan nyawa dengan gagang pel menancap di perutnya
Genangan merah pekat memenuhi lantai ruang tengah dengan seorang mayat tergeletak mengenaskan disana
"bereskan sisanya" perintahnya dan Jevan pergi dari sana membersihkan diri dan mencari sesuatu yang lebih menarik
Sedangkan disisi lain dua orang yang berbeda usia tengah tertawa melihat kelakuan Jevan lewat tabletnya masing-masing
"monster kecilmu sungguh sangat liar pa hahaha" tawanya mengudara
"kenapa lagi dengan anak itu?"
"entahlaah, sepertinya sumbernya masih sama dengan beberapa hari yang lalu"
"aahh pemuda yang Jevan cekik waktu itu? siapa namanya?" tanyanya
"Mark? Atau Mike? Salah satu dari mereka" bingungnya juga
Cklek!
"ini berkas yang Tuan minta kemarin" ucap Max kepada Demon sembari menyerahkan amplop coklat itu
"hm pergilah" perintah Demon sembari membuka lembaran yang ada didalam amplop tadi kemudian tersenyum senang
"apa yang membuatmu tersenyum mengerikan itu pah?" Tanya Jegar penasaran
Ya mereka berdua tengah berada diruangan Demon dikantornya sedang membahas suatu proyek besar bersama dan berakhir mendapat laporan tingkah Jevan yang sudah membunuh 1 maid baru disana
"ini akan menjadi hadiah yang sangat istimewa untuk Jevan" ucap Demon sembari menyerahkan amplop tadi
"wooohooo.. aku pulang duluan dad" serunya sembari melangkah keluar
"kerjakan berkas ini dulu baru ku ijinkan dirimu keluar dari pintu itu" ujar Demon dengan senyum miringnya
"I hate you Dad!" dingin Jegar menatap datar sang papa
Dirinya benar-benar ingin sekali membunuh sang papa tapi dirinya masih ingin hidup lebih lama melihat Jevan setiap hari jadi dia urungkan niatnya
Dengan malas dirinya kembali duduk dikursi yang papa memeriksa berkas-berkas laknat milik papanya
Kembali lagi ke Jevan yang saat ini tengah tergulung dibawah selimut tebalnya setelah mandi dia sangat lelah dan tertidur pulas kelelahan menahan emosi
Selang beberapa lama Demon dan Jegar sampai dimension Avalon, mereka ingin menyampaikan kabar gembira ini pada Jevan namun rumah sepi membuat mereka bingung sendiri
"kemana perginya monster kecilmu pah?" Tanya Jegar bingung
Namun mereka dikejutkan dengan seorang laki-laki dengan mata terpejam rambut berantakan berjalan keluar lift menuju dapur
Jevan memang haus dirinya ingin minum susu tapi dikamarnya habis mau tidak mau dirinya harus turun namun saat dirinya melangkahkan kaki dia menabrak sesuatu yang keras hingga badannya terhuyung kebelakang
"jangan pernah keluar dengan keadaan seperti lagi" ucap Jegar menatap gemas
Bagaimana jika teman-temannya melihat Jevan kondisi seperti ini, sudah dipastikan mereka semua akan Jegar butakan matanya berani menatap minat kepada sang adik yang sangat lucu ini
Mata Jevan perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk dan terpampang jelas wajah sanga abang mata sayunya menatap lekat wajah sang abang
"besok kita jemput adikmu, kau mau ikut??" ucapan Demon membuat mata Jevan terbuka sepenuhnya menatap semangat Demon
.
.
.
Jevan kembali lagii hihii yang mau double up
Silahkan dinikmati yaa...
Terimakasih yang udah baca, vote, follow dan comment love you guys 🤗💕
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side of Jevan
Random"hiks papaa.. Jevan minta maaf... Buka pintunya Jevan takuutt papa.." "abanggg!! Abangg tolongin Jevan hiks.. Jevan takut abanggg!!" tangis Jevan mengudara tangannya semakin sakit untuk menggedor pintu kayu itu . . "pergi dari hadapanku!" ucap Jevan...