1. Transmigrasi

649 62 2
                                    

Ceklek...

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dari luar. Menampakkan sosok wanita cantik yang segera masuk dan menghampiri Zach di brankar rumah sakit.

"Syukurlah kamu sudah sadar sayang" ucapnya seraya memeluk Zach dengan erat.

"Siapa?" tanya Zach bingung.

Wanita itu melepas pelukannya dan menatap Zach dengan alis mengerut.

"Sayang, kamu tidak mengenal mommy?"

Zach menatap lekat wanita yang ada di hadapannya. Sosok wanita cantik yang berumur sekitar tiga puluhan. Dengan make up tipis dan dress putih yang menambah kesan anggun dalam dirinya. Terlihat seperti sosok ibu yang begitu dia dambakan selama ini.

Zach sedikit tersentak kala tangannya tiba-tiba digenggam dengan lembut.

"Sayang, ini mommy. Mommy Hera... ibunya Lion. Lion gak ingat mommy?"

"Lion???"gumam Zach pelan. Namun masih bisa didengar oleh Hera.

"Iya sayang. Nama kamu Zeelion Artha Baldwin. Anaknya mommy. Kamu gak ingat?" tanya Hera dengan nada lembut.

"Zelion Artha Baldwin??? Tunggu... Kenapa rasanya nama ini gak asing. Tapi dimana ya gue pernah dengar nama ini?" batin Zach

"Sayang. Kamu baik-baik aja?"

"Gak... Ini gak mungkin. Ini gak masuk akal. Tadi dia bilang nama gue Zeelion. Itu artinya ini beneran bukan tubuh gue. Hal gila macam apa ini??? Gak mungkin gue transmigrasi kan??? Gak... Itu hanya ada di buku atau di film. Itu gak mungkin nyata. Gue... gue pasti cuma mimpi. Ya... pasti cuma mimpi kan!!?"

Zach terus berperang batin. Berusaha menyangkal kejadian yang saat ini dialaminya. Mengabaikan panggilan Hera yang terus berusaha menarik atensinya.

Hera mulai panik saat mendapati putranya hanya diam dengan pandangan kosong. Bahkan tidak merespon saat ia berkali-kali memanggilnya. Hera yakin, pasti ada yang tidak beres dengan putranya. Dia segera menekan tombol disamping brangkar, berharap dokter segera datang dan memeriksa keadaan putranya.

Benar saja, tidak lama kemudian seorang dokter dan beberapa perawat masuk ke dalam ruangan. Hera segera menyingkir, memberi ruang pada dokter. Dia menunggu dibalik pintu dengan ekpresi cemas.

Selang beberapa menit, dokter keluar dari ruangan. Menghela napas lelah sebelum menatap Hera yang juga tengah menatapnya lekat, menuntut penjelasan soal keadaan putranya.

"Bisa anda ikut ke ruangan saya sebentar nyonya? Ada hal yang ingin saya bicarakan terkait kondisi putra anda"

***

"Amnesia?" kaget Hera seraya menutup mulutnya tidak percaya.

"Iya nyonya. Seperti yang saya katakan sebelumnya. Putra anda mengalami benturan yang cukup keras pada bagian kepalanya, menyebabkan cedera kepala yang cukup serius. Hal itulah yang menyebabkan pasien tidak bisa mengingat apapun"

"Dari hasil pemeriksaan, ada kemungkinan ini akan bersifat permanen. Namun saya masih belum bisa memastikan. Saya perlu memeriksa kondisi pasien lebih jauh untuk mengetahui apakah amnesia yang dialami pasien bersifat permanen atau hanya sementara. Yang perlu anda lakukan saat ini adalah menjaga agar pasien tetap nyaman. Jangan memaksa pasien untuk mengingat hal-hal tertentu karena itu dapat berakibat pada kondisi kesehatan pasien" jelas sang dokter panjang lebar.

Hera hanya bisa mengangguk lesu mendengar penjelasan sang dokter.

"Dan satu hal lagi nyonya, anda harus menjaga dan memastikan agar anak anda tidak mengalami benturan keras lagi kedepannya, karena hal itu bisa berakibat fatal"

RestlessnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang