6. Mommy

467 41 4
                                    

Zeelion menutup bukunya, menyudahi kegiatan bimbelnya saat sang guru menutup pertemuan mereka hari itu. Terhitung sudah 3 bulan lebih berlalu sejak Zeelion pertama kali mengikuti home schooling. Tidak ada kendala berarti baginya, mengingat Zeelion saat ini adalah sosok Zach yang sudah berusia 16 tahun. Pelajaran anak SD bukanlah hal sulit baginya, terlebih lagi di kehidupan sebelumnya, dia termasuk siswa yang pandai.

Zeelion beranjak, berniat untuk mengantarkan sang guru hingga di depan pintu utama. Setelah sang guru berlalu, dia kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti di ruang tamu. Menatap lekat ke arah foto keluarga yang terpajang di sana. Matanya fokus menatap wajah cantik Hera yang tengah tersenyum.

"Mommy..." gumamnya pelan.

"Apa mommy tau...mommy sangat cantik saat tersenyum?" ucapnya dengan senyum tipis, menatap lekat wajah Hera di foto.

"Hah...aku jadi merindukannya..." Zeelion menghela napas, segera mengalihkan pandangan dari foto dan kembali beranjak menuju kamarnya. Dia bisa merasakan sebulir air yang menetes dari mata bulatnya. Belum juga melewati dagu, Zeelion sudah menghapusnya dengan kasar.

"Sial...kenapa gue jadi cengeng banget sih selama masuk di tubuh ni bocil" batinnya.

Zeelion melangkahkan kakinya menaiki tangga karena lift sedang dalam perbaikan. Namun baru di pertengahan, dia berpapasan dengan Arion. Sepertinya kakaknya itu akan keluar lagi, padahal dia baru saja pulang sekitar 20 menit yang lalu. Sedangkan Erion, dia bahkan tidak pulang. Bisa Zeelion tebak, ransel hitam yang sedang ditenteng oleh Arion saat ini berisi baju ganti untuk Erion. Entah di mana lagi mereka akan menginap malam ini.

Zeelion berusaha tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga. Begitupun dengan Arion yang tampak cuek menuruni tangga. Mengabaikan keberadaan sang adik dan berlalu begitu saja.

***

Zeelion membuka mata, menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 08.15 malam. Pantas saja dia merasa lapar, ini sudah lewat jam makan malam. Setelah kembali ke kamar dan bersih-bersih, Zeelion merebahkan diri di kasur dan tanpa sadar tertidur. Jika seperti ini, kemungkinan dia akan begadang lagi malam ini. Sepertinya, kebiasaannya saat menjadi Zach, ikut terbawa ke dunia ini.

Zeelion melangkahkan kaki keluar dari kamar. Mansion sudah tampak sepi, hanya ada beberapa penjaga yang bertugas menjaga keamanan di malam hari. Dia membawa langkahnya menuruni tangga, dan menuju dapur.

Sesampainya di dapur, Zeelion mengedarkan pandangan mencari makanan yang bisa dimakan. Dia mengambil beberapa lembar roti dan selai coklat, lalu membawanya ke meja makan. Zeelion mengoleskan selai ke roti dan memakannya dalam diam.

Baru beberapa suapan seorang maid datang menghampirinya.

"Maaf tuan muda... Apa anda memerlukan sesuatu?" tanyanya sopan.

"Tidak"

"Tuan muda apa anda lapar? Ingin saya buatkan sesuatu?"

"Tidak. Terima kasih"

"Maaf, saya tadi ke kamar anda untuk menanyakan makanan apa yang anda inginkan untuk makan malam. Tapi karena tidak ada jawaban, saya pikir anda tidak akan makan malam" jelas sang maid dengan raut penyesalan.

Zeelion memang terkadang tidak makan malam. Sepertinya semua kebiasaannya saat menjadi Zach benar-benar ikut terbawa. Semua penghuni mansion sudah tahu kebiasaan dari tuan muda bungsu mereka itu. Tapi tentu saja pengecualian bagi sang daddy dan dua abang kembarnya. Makanya tidak jarang, para maid tidak memasak makan malam sebelum menanyakan langsung pada sang tuan muda, terutama jika tuan besar dan kedua anak kembarnya sedang tidak ada di rumah seperti saat ini.

RestlessnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang