11. Sedikit Drama

422 55 2
                                    

Zeelion diam memperhatikan seorang maid yang sibuk menata makanan yang dibawanya ke atas meja kecil. Setelah dirasa cukup, meja itu lalu diletakkan di hadapan Zeelion yang saat ini sedang bersandar di headboard dengan bantal yang ditumpuk untuk membuatnya lebih nyaman.

Infus masih terpasang apik di tangannya. Rona merah masih tampak di wajah pucatnya, menandakan demam yang tidak kunjung turun. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan tenang, memikirkan segala rentetan kejadian yang dialaminya.

"Ada apa tuan muda? Apa anda membutuhkan sesuatu?" maid itu bertanya, membuat lamunan Zeelion buyar.

"Di mana mommy?" Entah kenapa dia tiba-tiba menanyakan Hera. Sejak kejadian pertengkaran Hera dan Arga, Zeelion belum melihat lagi keberadaan wanita itu. Hera bahkan tidak mengunjunginya dan hanya meminta maid mengantar makanan dan memastikannya meminum obat, seperti sekarang ini.

"Nyonya sedang sarapan bersama yang lain di bawah. Mungkin nyonya akan menemui anda setelah ini" jawaban dari maid hanya ditanggapi dengan anggukan samar, jujur dia sedikit kecewa. Apa Hera sengaja menghindarinya?

Zeelion mengangkat pandangan, kembali memperhatikan maid di depannya. Maid yang berusia sekitar 50 tahun itu merupakan kepala maid di mansion ini. Dia pasti sudah bekerja cukup lama di sini.

"Sudah berapa lama bibi bekerja di sini?" cetusnya kemudian. Maid itu cukup terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba tuan mudanya, tapi wajahnya yang dihiasi beberapa keriput itu tetap menarik sebuah senyum.

"Sekitar 20 tahun tuan muda" jawabnya tenang.

"Kalau begitu, bibi pasti tau apa saja yang sudah terjadi di rumah ini"

Lagi, untuk sesaat mata itu kembali membola, mendengar pernyataan tiba-tiba Zeelion. Namun segera digantikan dengan tatapan teduh yang menenangkan.

"Saya memang sudah lama di sini, tuan muda. Tapi bukan berarti saya tahu segala hal. Ada beberapa hal yang tidak pantas diketahui oleh pelayan seperti saya. Bahkan jika kami mengetahui sesuatu pun, kami tidak berhak ikut campur" ucapnya dengan senyum yang tidak pernah pudar.

"Hah...sepertinya akan sulit" batin Zeelion. Dia menatap lekat maid itu, seolah mempertimbangkan sesuatu. Lalu dia membuang pandangan ke arah lain, membuat maid itu sedikit mengernyitkan dahi.

"Beberapa hari ini aku bermimpi buruk" ucapnya dengan nada pelan. Maid itu terdiam, menunggu kelanjutan ucapan sang tuan muda.

"Di dalam mimpi itu aku melihat orang-orang menatap tajam ke arahku, seolah aku adalah penjahat. Lalu salah satu dari mereka melangkah dan mendorongku dari ketinggian" lanjutnya dengan nada sesendu mungkin. Tentu saja yang diucapkannya hanya kebohongan belaka. Dia tidak pernah bermimpi. Dia hanya berusaha memancing maid itu, berharap bisa mendapatkan sedikit informasi.

Dapat Zeelion lihat dari pantulan bayangan di cermin, ekspresi maid yang semula tenang, berubah dalam sekejap. Dia terlihat gugup dengan pupil mata yang sedikit bergetar. Diam-diam Zeelion tersenyum tipis di balik wajah pucatnya.

"I-itu hanya mimpi, tuan muda. Anda tidak perlu memikirkannya" ucap maid itu dengan gugup.

"Tapi mengapa terasa nyata, seolah aku pernah mengalaminya" bantah Zeelion. Maid itu tertegun, pandangannya kini terlihat gelisah.

"Bibi... Apa sebelum ini aku bertingkah nakal sehingga orang-orang di mimpi itu membenci ku?" Zeelion kembali berbalik ke arah maid itu, tapi kini dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ti-tidak tuan muda. Itu tidak benar" maid itu tampak kelabakan, bingung harus menjawab apa.

"Kalau begitu apa aku anak yang baik?" tanyanya lagi dengan ekspresi khas anak kecil.

RestlessnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang