2. Zeelion Artha Baldwin

599 59 0
                                    

Hai semuanya...
Jumpa lagi...
Kali ini aku cuma mau bilang terima kasih udah mau baca sampai sini dan terima kasih juga buat yang udah mau vote🙏. Meski belum ada yang komen, gak papa. Aku tetap senang dan berterima kasih banget. Tapi aku akan lebih senang kalau kalian mau komen juga karena aku mau tau pendapat kalian soal cerita ini😁. Gak maksa kok...jadi jangan dipaksaain juga ya...

Selamat membaca~

______________________________________

Zach membuka mata perlahan. Mengernyit pelan saat kepalanya kembali berdenyut sakit.

"Haahh... Ini bener bukan mimpi ya?" ucapnya lesu saat menyadari dia masih terbangun di ruangan yang sama.

Zach menatap ke sekeliling ruangan. Sepi, tidak ada siapa pun di dalam ruangan. Lalu kemana perginya orang-orang yang mengaku keluarga dari pemilik tubuh? Atau...haruskah dia menyebut mereka keluarganya sekarang?

"Zeelion yaaa..." gumamnya pelan.

Zach memejamkan mata, mencoba mengingat informasi mengenai Zeelion yang pernah dibacanya dalam sebuah novel berjudul "I Want To Be Happy". Zach memang sesekali membaca novel saat dia sedang bosan. Tapi tidak pernah terbayangkan jika dia akan masuk ke dalam novel yang dibacanya.

Dari yang dia ingat, Zeelion diceritakan cenderung tertutup dan pendiam. Tidak banyak penjelasan mengenai karakter Zeelion yang sebenarnya seperti apa. Berbeda dengan karakter pada cerita lain yang mungkin digambarkan sebagai sosok manja dan polos atau justru keras kepala dan pembangkang. Zeelion dalam cerita "I Want To Be Happy" digambarkan sebagai sosok yang hanya menerima perlakuan orang-orang terhadapnya. Dia tidak menangis saat disakiti. Tidak juga marah. Seolah tidak memiliki emosi sedikit pun.

Bodoh...
Itulah kata yang tepat bagi Zach untuk menggambarkan karakter Zeelion.

Dalam novel diceritakan Zeelion dibenci keluarganya karena dituduh sebagai penyebab kematian sang ibu.
Hera yang saat itu pergi ke taman bersama Zeelion yang berumur 12 tahun mendapati Zeelion yang hampir tertabrak mobil. Hera berusaha menyelamatkan Zeelion namun sayangnya justru dia yang menjadi korban.

"Hah...benar-benar klise" komentar Zach ketika mengingat alasan Zeelion dibenci. Alasan yang terlalu umum dan terkesan bodoh.

Zeelion bertahun-tahun hidup dalam kebencian keluarganya. Menanggung semua rasa sakit seorang diri. Sifatnya yang tertutup membuatnya tidak memiliki teman. Zeelion bahkan pernah mencoba mengakhiri hidupnya, tapi selalu gagal. Dia seolah dipaksa bertahan dalam kehidupan yang menyedihkan.

Berkali-kali menghadapi bahaya hingga keluar masuk rumah sakit bukanlah hal baru lagi bagi Zeelion. Beberapa kali hampir meregang nyawa pun bukan juga hal baru baginya. Namun entah kenapa malaikat maut seolah masih enggan mencabut nyawanya. Kehidupan Zeelion benar-benar tidak jauh dari luka, sakit, dan penderitaan.

Layaknya pepatah yang mengatakan "semua akan indah pada waktunya", begitu pula kehidupan Zeelion. Di akhir cerita, saat Zeelion hampir kehilangan kewarasannya akibat penderitaan dan rasa sakit yang tidak berkesudahan, keluarga Zeelion akhirnya menyesal. Mereka kembali menyayangi Zeelion dan memperlakukan Zeelion layaknya permata berharga yang harus dijaga. Zeelion pun perlahan memaafkan keluarganya dan hidup bahagia setelahnya.

Zach lagi-lagi menghela napas ketika mengingat alur novel yang dibacanya. Kenapa harus Zeelion? Bukankah akan lebih mudah bagi Zach jika dia menjadi Arion atau Erion saja?

Kenapa juga harus novel "I Want To Be Happy"? Kenapa bukan novel lain saja? Novel dimana karakternya berakhir tragis. Dengan begitu orang yang bertransmigrasi harus mengubah alur untuk mendapatkan akhir yang bahagia. Kalau seperti ini, Zach jadi bingung. Apa yang harus dia lakukan?

Jika Zach mengikuti alur, tentu dia akan mendapatkan akhir yang bahagia seperti Zeelion. Tapi jika seperti itu, dia harus menjadi si bodoh Zeelion yang tidak memiliki emosi, menerima perlakuan buruk orang-orang tanpa melawan. Tentu Zack tidak akan bisa seperti itu. Belum lagi semua rasa sakit dan penderitaan yang harus dilaluinya. Memikirkannya saja sudah membuat Zach bergidik ngeri. Sungguh... Zach tidak akan sanggup.

Tapi jika Zach tidak mengikuti alur dan mengubahnya, akankah dia tetap bahagia di akhir cerita? Bagaimana kalau justru dia berakhir tragis? Zach tidak masalah jika dia harus mati. Toh pada kenyataannya dia juga sudah mati sebelum bertransmigrasi. Justru akan lebih bagus jika seperti itu, karena Zach memang tidak memiliki alasan lagi untuk bertahan hidup.

Tapi masalahnya bagaimana jika dia terus hidup dalam kebencian setelah mengubah alur. Terus-terusan mendapat luka fisik dan mental dari keluarganya. Dan pada akhirnya berakhir kehilangan akal sehat. Sungguh itu akhir yang buruk dan Zach tidak menginginkan itu.

"Haruskah gue kabur? Atau gue mati aja sekarang? Sial... Kalau aja bunuh diri itu bukan dosa" gumam Zack, mengacak rambutnya frustasi.

"Tapi tunggu sebentar... Bukankah orang yang pertama kali gue lihat saat sadar adalah ibu dari pemilik tubuh ini? Kalau begitu dia masih hidup dan Zeelion belum dibenci? Itu artinya alur novel ini belum berjalan kan?"

"Kalau gue bisa cegah kejadian itu, ibu Zeelion tidak akan mengorbankan nyawanya untuk Zeelion dan keluarganya yang lain juga tidak akan membenci Zeelion" gumam Zach pelan seraya memikirkan segala kemungkinan yang ada.

"Tapi tetap aja, gak ada jaminan gue bisa sepenuhnya terbebas dari alur dan bisa bahagia tanpa melalui penderitaan. Bisa aja kan ada hal tidak terduga di pertengahan cerita"

"Aish... Kepala gue malah tambah sakit mikirin ini semua" Zach berdecak kesal, memegang kepalanya kala denyutan dikepalanya kian menjadi.

Zach harus mempertimbangkan dengan matang setiap langkah yang dia ambil agar tidak salah langkah nantinya. Namun  rasa nyeri yang terus menyerang kepalanya membuat otaknya tidak bisa diajak berpikir keras saat ini.

"Ah... Persetan dengan alur. Gue bisa pikirin nanti. Mending gue istirahat sekarang. Kepala ini rasanya udah mau pecah aja. Sebenarnya apa yang dialami bocah ini sih sampai keadaannya seperti ini?"

Zach berusaha kembali memejamkan mata. Berusaha untuk kembali tertidur dan melupakan rasa sakit di kepalanya untuk sesaat. Namun baru saja memejamkan mata, suara pintu kembali terbuka diikuti dengan suara langkah kaki seseorang.

"Oh, belum bangun ya?" gumam Hera menatap putranya yang masih tertidur, atau lebih tepatnya memejamkan mata.

Hera mendudukkan diri di samping brankar, meraih tangan Zeelion dan menggenggamnya hati-hati, takut membangunkan sang anak. Padahal Zeelion atau Zach saat ini tidak tidur.

"Maafin mommy karena udah lalai jaga kamu sayang. Mommy tau, mommy salah. Jadi jangan sakit lagi... Mommy janji setelah ini mommy akan jadi ibu yang baik buat kalian" bisik Hera tepat di samping Zeelion.

Zach tertegun sesaat. Ada apa lagi ini? Apakah kondisi Zeelion saat ini ada hubungannya dengan Hera? Lalu apakah hubungan ibu dan anak ini tidak baik sebelumnya?

Ah... Satu masalah saja belum selesai. Kenapa hidup Zeelion harus serumit ini sih? Setidaknya Zach butuh ingatan Zeelion sebelum ini, agar dia bisa tahu langkah apa yang harus diambil nantinya.

RestlessnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang