7. Fakta

476 51 2
                                    

Suara ketukan heels menggema di tengah keheningan malam. Langkahnya terdengar terburu-buru. Tujuannya hanya satu saat ini. Dia melangkah ke arah pintu kamar bercat putih yang terlihat kontras dengan 2 pintu lain yang berwarna abu-abu.

Dia membuka pintu yang ternyata tidak dikunci dan melangkah perlahan masuk ke dalam. Dapat dia lihat sosok yang begitu dirindukannya tengah bergelung di balik selimut. Bibirnya tertarik membentuk senyuman saat memandang wajah manis yang sedang tertidur di hadapannya saat ini. Tangannya terangkat, mengelus surai lembut yang menjadi favorite-nya. Namun seketika senyumannya luntur, digantikan dengan raut terkejut saat merasakan suhu panas yang menyengat kulitnya.

"Sayang..." bisiknya lirih seraya mendudukkan diri di samping kasur.

Mata yang semula terpejam, tampak bergerak gelisah. Berusaha menampakkan dua iris kembar yang hampir tak terlihat di balik kelopak mata yang seolah enggan terbuka.

"Mo...mommy..."

Lirihan dengan suara serak itu sukses membuat Hera diselimuti perasaan bersalah luar biasa. Dia sudah berjanji akan lebih memperhatikan sang anak. Tapi lihat... anaknya bahkan sakit dan dia tidak tahu. Niat awalnya ingin memberi kejutan malah berakhir dia yang dibuat terkejut.

Hera menghapus kasar air matanya yang tiba-tiba mengalir begitu saja.

"Sayang...bisa dengar mommy? Lihat mommy sudah di sini. Lion gak rindu mommy?"

"Moo...mommyy...di-dingin" mata sayu itu akhirnya terbuka namun hanya bertahan selama beberapa detik sebelum kembali menutup.

Mendengar lirihan sang anak, Hera segera beranjak. Membuka lemari dan mencari baju hangat untuk anaknya serta mengambil selimut yang lebih tebal dari dalam lemari. Dengan telaten dia mengganti baju Zeelion dengan baju hangat yang baru saja dia ambil. Lalu setelah itu membenarkan letak selimut sang anak.

Hera kembali mendudukkan diri di samping kasur. Tangannya bergerak mengusap peluh yang mengalir di dahi sang anak.

"Maaf karena mommy udah ninggalin kamu"

Seolah mendengar ucapan Hera, Zeelion kembali bergumam lirih, namun masih bisa didengar oleh Hera.

"Jangan pergi..."

***

Flashback

PAMAN AWAS!!!"

Hera membelalakkan matanya melihat mobil tidak terkendali dari arah berlawanan, melaju kencang ke arah mereka. Spontan dia menarik Zeelion ke dalam pelukannya. Berusaha memastikan sang anak baik-baik saja.

Sementara itu sang sopir segera membanting stir ke arah kiri saat mobil itu hanya berjarak beberapa meter lagi dari mereka. Syukurlah kecelakaan bisa dihindari. Namun baru saja bernapas lega, sang sopir kembali dibuat panik saat mobil mereka kini mengarah ke pembatas jalan. Dengan cepat dia menginjak pedal rem kuat-kuat.

BRAKKK!!!

Hantaman dengan pembatas jalan tidak dapat dihindari. Tapi untungnya tidak terlalu keras karena sang sopir masih sempat menginjak pedal rem sebelum hantaman terjadi. Meski begitu, hal itu cukup membuat goncangan di dalam mobil yang membuat mereka semua terkejut.

Sang sopir segera berbalik, memastikan keadaan sang majikan.

"Nyonya, anda baik-baik saja?"

Hera mengangguk singkat, lalu menunduk melihat keadaan sang anak.

"Lion...Lion baik-baik aja kan sayang?" tanyanya lembut.

RestlessnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang