Pemandangan gelap dan suram adalah satu-satunya yang bisa ditangkap sepanjang mata memandang. Di tengah kegelepan, kaki kecil itu terus dipacu untuk tetap berlari. Tidak peduli dengan tubuh yang mulai kelelahan dan napas yang tersendat, kaki itu tetap berlari dengan kencang. Seolah jika dia istirahat sebentar saja, tubuhnya benar-benar akan tertelan kegelapan.
Zeelion menunduk, melihat kedua kakinya yang terus berlari. Dia sebenarnya ingin berhenti, tapi tubuhnya tidak dapat dikendalikan. Jalanan yang sedikit berlumpur ditambah pencahayaan yang sangat minim membuatnya sempat tersandung beberapa kali.
Zeelion dapat merasakan sesuatu yang mengejarnya semakin mendekat. Memberanikan diri, dia akhirnya menoleh dan bersamaan dengan itu, tubuhnya terjungkang ke belakang lantaran terkejut mendapati sosok mengerikan dihadapanya. Sosok yang diselimuti kegelapan layaknya monster mengerikan yang hanya ada di film-film itu, terlihat siap untuk menerkam tubuhnya. Zeelion memejamkan mata, rasa takut luar biasa menggerogoti dirinya.
"Perasaan apa ini?" batinnya.
"Hiks...aku tidak mau jadi monster". Lagi... suara yang sama kembali terdengar dalam pikirannya.
"Siapa?" Zeelion membuka mata. Menatap sekeliling yang berbeda dengan tempat sebelumnya. Kali ini dia berada dalam sebuah ruangan, atau lebih tepatnya sebuah kamar. Kamar yang tidak asing di matanya.
"Hiks...Hiks..."
"Siapa?" Zeelion menatap sekeliling, tapi tidak ada siapapun di sini. Dia menunduk ketika merasakan sesuatu mengenai tangannya. Dia dapat melihat sepasang lengan kecil melingkar memeluk lutut yang sama kecilnya. Air terus berjatuhan di atas kedua lengan rapuh itu.
"Apa ini? Kenapa rasanya sesak?"
"Hiks...hiks...mommy...lion takut"
Zeelion dapat merasakan tubuhnya yang semakin meringkuk di antara lipatan lutut. Selaras dengan perasaan sesak yang semakin menjalar, seolah dadanya sedang dihimpit beban berat ribuan kilo.
"Sial...ini me-nyakitkan. Siapapun to-long!"
"ZEELION!!!"
Tubuhnya seketika tersentak saat mendengar teriakan nyaring dari suara yang terdengar familiar. Zeelion yakin, itu suara Hera, suara sang mommy. Mungkinkah Hera datang untuk menolongnya dari rasa sesak tak berujung ini?
Sekali lagi, Zeelion memberanikan diri membuka mata. Namun, harapannya seketika sirna begitu mendapati wajah Hera di depannya. Wajah yang selalu menatapnya dengan tatapan lembut dan hangat itu, kini berubah menjadi tatapan nyalang yang tajam, sarat akan kebencian.
"Apa lagi ini?"
Zeelion menatap sekeliling, ruangan kembali berganti. Dia tidak berada di kamar lagi, tapi kini berada di lantai dua mansion.
"JAGA UCAPANMU!!! JANGAN SAMPAI AKU BERTINDAK KASAR!"
Bentakan keras Hera, kembali menyadarkan Zeelion akan situasinya saat ini. Dia kembali menatap wajah Hera yang memancarkan aura gelap, seolah siap menerkamnya kapan saja.
"Kenapa? Apa yang terjadi di sini?"
NGINGGGG... Telinganya tiba-tiba berdengung keras, mengantarkan rasa sakit luar biasa di kepalanya, bersamaan dengan itu rasa sesak kembali menjalar menghimpit dadanya.
"Sial...hentikan...! Gue benci perasaan ini"
"Jangan macam-macam. Jangan pernah berpikir mencelakai putra ku lagi. Atau kau benar-benar akan tahu akibatnya!!!"
Lagi...suara hera kembali terdengar. Tidak sekeras sebelumnya, tapi masih penuh akan kemarahan dan kebencian. Penekanan di setiap katanya, membuat rasa sakit dan sesak di dadanya kian menjadi. Zeelion bisa merasakan bibirnya yang bergetar mulai terbuka, hendak menyampaikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restlessness
FantasyTidak pernah terbayang dalam benak seorang Zach bahwa dia akan mengalami kejadian klise yang diluar akal sehat. Transmigrasi. Ya... Setelah meninggal akibat kecelakaan beruntun, zach tiba-tiba terbangun di tubuh asing yang jelas bukan miliknya. Meno...