9. Kacau

436 56 3
                                    

Arga berjalan dengan langkah tegas memasuki mansion. Di belakangnya, Arion dan Erion senantiasa mengikuti. Setibanya di ruang tamu, Arga menghempaskan dirinya di sofa. Sedangkan si kembar berdiri di depannya dengan kepala yang terus menunduk.

"Jelaskan!" perintahnya mutlak.

"Maaf... semua masalah ini berawal dari aku. Arion gak ada sangkut pautnya dan hanya berusaha membelaku. Jadi, jika ingin menghukum, daddy bisa menghukumku" Erion memberanikan diri menatap wajah Arga. Sedangkan Arion yang berdiri di sebelahnya, mendelik menatap sang kembaran tidak suka.

"Hah... Maaf daddy... Kami tahu kami salah. Tapi mereka memang pantas mendapatkannya" kini giliran Arion yang berbicara. Tersirat kemarahan dari iris coklatnya.

Arga memijat pelipisnya. Dia cukup tahu, kedua putra kembarnya bukanlah tipikal pembuat onar. Justru mereka adalah 2 diantara murid berprestasi di sekolah. Jadi, pasti ada alasan kenapa mereka sampai berkelahi di sekolah, hingga berakhir dirinya dipanggil. Tapi di lain sisi, dia juga tidak bisa membenarkan sikap mereka yang berkelahi di sekolah dan menyebabkan salah satu siswa sampai masuk rumah sakit.

Mereka sudah kelas 3 SMP dan sebentar lagi akan lulus. Masalah seperti ini hanya akan merugikan mereka. Tapi untungnya, karena mengingat prestasi mereka dan ini pelanggaran pertama mereka, pihak sekolah hanya memberikan skors selama seminggu.

"Kalian tidak ingin jujur?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat. Ada amarah yang berusaha dia tahan. Masalah putranya ini tidak bisa dianggap sepele. Dia bisa saja menyelesaikan masalah ini dengan uang dan kekuasaan yang dia miliki. Tapi dia butuh alasan, kenapa kedua putranya melakukan hal ini.

"JAWAB!!! Kenapa kalian berkelahi hingga menyebabkan orang masuk rumah sakit hah?" bentak Arga.

Melihat kemarahan sang daddy membuat Arion dan Erion semakin menunduk dalam. Mereka tidak sadar, Hera sudah ada di belakang mereka dan mendengar semuanya.

"Ada apa ini?" tanya Hera bingung dengan suara serak.

Semua pasang mata langsung beralih menatap Hera. Arion dan Erion cukup terkejut mengetahui Hera telah kembali dari Jerman. Tapi mereka lebih terkejut saat mendapati penampilan Hera yang terlihat kacau dengan mata yang sedikit sembab. Arion dan Erion tidak perlu bertanya lebih jauh untuk mengetahui bahwa sang mommy habis menangis. Tapi kenapa mommy mereka menangis? Jika saja mereka tidak ada di situasi seperti ini, mereka sudah pasti langsung mendekati sang mommy dan menanyakan keadaannya.

Arga meraup wajahnya kasar. Ini bukan situasi yang tepat untuk membahas masalah si kembar. Dia bisa saja berakhir bertengkar lagi dengan Hera.

"Haah... Arion, Erion. Masuk kamar dan renungkan kesalahan kalian hari ini. Sebagai hukuman, untuk sementara semua fasilitas kalian akan daddy cabut. Kalian juga dilarang keluar rumah selama seminggu ini. Paham?" titahnya.

Arion dan Erion mengangguk pasrah. Berbeda dengan Hera yang terlihat tidak terima saat tidak ada yang berniat memberinya penjelasan.

"Tunggu! Kalian harus jelaskan dulu ke mommy apa yang sebenarnya terjadi? Apa maksud dari ucapan daddy kalian barusan?" tuntutnya kepada kedua anaknya.

Arion dan Erion sama-sama terdiam. Bingung, bagaimana harus menjelaskan kepada Hera. Mereka tidak ingin lebih menambah kacau suasana hati Hera dengan masalah mereka.

"Kenapa diam? Tidak ada yang ingin menjelaskan?" tanyanya dengan sorot tajam.

"Mommy dengar dari maid kalian juga sering tidak pulang dan menginap di luar. Apa itu benar?"

Arion dan Erion semakin bungkam. Sementara Arga yang masih duduk di sofa, lagi-lagi hanya bisa menghembuskan napas kasar.

"Kalian cepatlah naik ke atas!" perintahnya pada si kembar. Arga harus mengakhiri ini segera. Dia tidak ingin bertengkar di depan anak-anaknya.

RestlessnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang