Zeelion turun dari mobil dan berjalan lesu ke dalam mansion. Hari ini adalah hari terakhir ujian yang melelahkan. Bukan karena soal ujian yang menguras otak, tapi karena tempat ujiannya yang lumayan jauh dari mansion, membuat Zeelion harus berangkat lebih awal dan kadang pulang telat karena jalanan yang sangat macet. Semua itu berlangsung selama seminggu terakhir ini.
Jika saja formalitas seperti ijazah tidak diperlukan, maka Zeelion dengan percaya diri akan langsung mendaftar di SMP, tanpa harus bersusah payah mengikuti ujian kesetaraan. Otak cerdasnya tentu saja bisa diandalkan, dia yakin akan langsung diterima. Tapi ketentuan, tetaplah ketentuan. Dia tidak bisa mengelak, meskipun sebenarnya dia sempat berharap Arga menggunakan uang dan kekuasaannya. Alih-alih melakukan itu, Arga malah menuntutnya agar memperoleh nilai tinggi saat ujian dan mengharuskannya untuk bisa diterima di sekolah sang kakak, SMP paling bergengsi dan terkenal di kota ini.
"Anda sudah pulang tuan muda?"
Sapaan dari seorang maid membuat Zeelion sedikit tersentak. Dia menoleh dan tersenyum tipis. Dia Mary, kepala maid di rumah ini. Sejak drama kecil yang dia mainkan beberapa bulan lalu, Mary jadi lebih sering mengajaknya bicara, seperti menyapa, menanyakan keadaannya atau sekedar memberinya nasihat.
"Bagaimana ujian anda?"
"Baik"
"Apakah ujiannya susah?"
"Tidak"
"Anda sudah bekerja keras, tuan muda" pujinya dengan senyum hangat.
"Oh iya, apa anda ingin langsung makan? Atau mau bersih-bersih dulu?"
"Aku lelah, mau langsung ke kamar" jawab Zeelion.
"Tapi anda belum makan siang tuan muda. Nyonya bisa marah jika tahu anda melewatkan makan lagi"
"Aku sudah makan roti diperjalanan pulang"
"Ta-..." Mary ingin membantah tapi melihat raut lelah di wajah Zeelion, dia jadi tidak tega dan mengurunkan niatnya. Dia terpaksa membiarkan anak majikannya itu berlalu begitu saja. Setidaknya perut Zeelion tidak benar-benar kosong karena masih sempat diganjal dengan roti.
***
Zeelion berjalan ke arah lift. Dia tidak punya tenaga lagi jika harus naik tangga. Untuk sesaat dia menghentikan langkahnya di ruang keluarga dan mengamati sekelilingnya. Sebuah senyum sendu tercipta di bibir tipisnya.
"Hah...kenapa gue tiba-tiba jadi sedih sih, gue kan bukan Zeelion yang asli" batinnya, menatap beberapa pigura yang tertempel di dinding, mulai yang terkecil hingga yang terbesar. Dari banyaknya pigura di sana, tidak ada satupun foto dirinya. Tidak... Bukan hanya di sana, bahkan di seisi mansion ini, dia belum pernah menemukan satu pun foto Zeelion. Itulah juga yang semakin memperkuat spekulasinya bahwa hubungan mereka memang sudah berantakan bahkan jauh sebelum alur novel dimulai.
"Kalau dipikir-pikir pun, dia selalu bicara formal dan tidak pernah menyebut dirinya daddy jika berbicara dengan gue" batinnya ketika matanya bergulir menatap foto Arga di pigura paling besar.
"Hah...gue kenapa sih? Apa karena capek, pikiran gue jadi kacau gini?" ucapnya, mengacak rambut kesal dan segera berlalu dari sana, menuju lift.
***
Ting
Lift terbuka, menampakkan penampilan kacau Zeelion. Bajunya masih rapi tapi tidak dengan rambut yang acak-acakan karena ulahnya beberapa saat lalu. Belum lagi wajah lesunya yang seakan meminta untuk segera diistirahatkan.
Jangan menganggap Zeelion "lebay", karena nyatanya beberapa bulan belakangan ini dia benar-benar digempur habis-habisan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Arga. Orang itu benar-benar membuat jadwal belajar Zeelion sangat padat, sehingga dia hanya memiliki sedikit waktu istirahat. Belum lagi di malam hari imsomnianya kadang kambuh, membuatnya harus begadang dan hanya tidur 2 sampai 4 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restlessness
FantasyTidak pernah terbayang dalam benak seorang Zach bahwa dia akan mengalami kejadian klise yang diluar akal sehat. Transmigrasi. Ya... Setelah meninggal akibat kecelakaan beruntun, zach tiba-tiba terbangun di tubuh asing yang jelas bukan miliknya. Meno...