"Hanya sedikit saja kok, tidak sampai gimana-gimana banget ..." Wajah Jun Lee dibuang jauh-jauh dan tidak berani menatap Wei Lim.
"Hah? Apa maksudmu? Aku melihat mu dari alam jiwa, jadi jangan macam-macam dengan tubuh ku!" Wei Lim sangat marah dengan Jun Lee yang nakal ketika menggunakan tubuhnya.
Jun Lee menatap Wei Lim yang berbentuk bagaikan sebuah hologram. Jun Lee pun bertanya-tanya dimana ini, dan kenapa dirinya bisa berada di sini.
"Anu ... sebenarnya ini dimana? Dan juga kenapa aku di sini?" tanya Jun Lee menatap ke arah Wei Lim.
Wei Lim menatap Jun Lee dalam-dalam.
"Ini adalah ruang jiwa, aku meminta dewa untuk bisa bertemu dirimu kembali. Karena sebelum aku pergi ke kayangan, aku ingin jiwa ku tenang. Jadi aku ingin berbicara kepada mu untuk bisa membuat jiwa dan hati ini tenang," ucap Wei Lim.
"Jadi ini karena ulah dewa kah? Kita bisa bertemu kembali," ucap Jun Lee.
Wei Lim kemudian mengangguk dan wajahnya tampak khawatir. Ini karena Wei Lim takut bahwa Jun Lee tidak bisa membawa sebuah ketenangan yang pasti. Dewa tidak ingin ciptaannya mati dalam keadaan yang tidak tenang.
"Dewa tidak menginginkan manusia kembali kepadanya dalam keadaan yang tidak tenang. Oleh karena itu, dewa memberikanmu raga ku sebagai wadah untuk mencari tahu kebenaran yang ingin kau ketahui," ucap Wei Lim.
Jun Lee mengelus dagunya sambil berpikir tentang sebuah alam fana yang tidak nyata namun keberadaannya sudah pasti ada dan diakui oleh banyak keyakinan yang ada di dunia ini.
Bahwasanya Jun Lee kehilangan nyawanya dalam keadaan sang adik yang sedang menderita penyakit jiwa. Selain itu juga kedua orang tua Jun Lee yang bercerai makin memperparah keadaan Niu yang ditinggal sendirian di apartment miskin miliknya.
"Lalu kenapa tidak dirimu saja yang menjalani kehidupan di raga mu?" tanya Jun Lee.
"Mungkin, dewa mempunyai rencana lain dengan menghubungkan jiwa mu pada raga ku. Selain itu juga, aku sudah ikhlas jika aku harus mati," ucap Wei Lim.
"Jadi dirimu sudah ikhlas kah?" tanya Jun Lee sekali lagi dan menatap dalam-dalam wajah Wei Lim.
Wei Lim mengangguk pelan dan matanya tidak berani menatap Jun Lee.
"Sepertinya tidak juga kan? Katakan apa yang kamu inginkan dari ku untuk membuat jiwa mu tenang kembali," ucap Jun Lee untuk bisa meyakinkan Wei Lim.
"Ini hanyalah sebuah interpretasi ku saja, mengapa dewa memindahkan jiwa mu kepada raga ku. Karena mungkin aku sudah ikhlas dan dirimu tidak. Selain itu juga nampaknya ada benang merah yang terhubung antara kematian mu dengan kejadian pemindahan jiwa mu kepada tubuh ku." Wei Lim berkata dengan suara yang berat.
Jun Lee mengelus dagunya dan berpikir.
Mungkin saja kedepannya, dia akan menemukan sebuah benang merah yang dikatakan oleh Wei Lim. Mengapa dirinya mati ditangan para mafia, lalu juga kenapa perusahaannya berusaha menutup-nutupi neraca keuangan yang tidak seimbang.
Dengan kekuatan keluarga Lim, tentu menghubungkan kejadian lima belas tahun yang lalu bukanlah hal yang sulit. Keluarga Lim yang mempunyai pengaruh besar pada parlemen Tiongkok, akan sangat mudah bagi Jun Lee untuk menguak kedok para tirani yang berkuasa dan bermain di belakang presiden Xi Jin Ping.
"Aku akan mencari kebenaran atas kematian ku dengan menggunakan tubuh mu." Jun Lee pun menatap ke arah Wei Lim yang masih terlihat bimbang.
Dengan mengambil nafas panjang Jun Lee kemudian menatap ke arah Wei Lim dan membuat Wei Lim salah tingkah ditatap oleh pria dengan usia yang matang.
"Ke-kenapa? Kenapa kau menatap ku seperti itu?" tanya Wei Lim.
"Lalu? Keinginan mu apa? Katakan saja, agar dirimu tenang bukan?" tanya Jun Lee.
Wei Lim kemudian menghela nafasnya lalu mengepalkan tangannya dan bibirnya sedikit digigit.
"A-aku, aku ingin kamu kembali ke sekolah ku untuk mencari tahu alasan mengapa aku bisa koma. Aku tidak tahu salah ku itu apa, sampai-sampai ada orang yang tega melakukan kejahatan dan mencelakai diriku," ucap Wei Lim dengan wajah yang seakan bersalah.
Jun Lee kembali berpikir, karena dirinya sudah dipinjamkan raga oleh Wei Lim. Tidak elok rasanya jika Jun Lee memakai raga ini hanya untuk kepentingannya saja. Menatap ke arah Wei Lim yang seakan bingung akan kesalahannya, sampai-sampai ada orang yang mencelakainya.
"Baiklah, aku akan mencari tahu penyebab kamu koma dengan cara kembali ke sekolah mu. Akan aku pastikan aku menguak siapa dalang yang menyebabkan dirimu koma," ucap Jun Lee kepada Wei Lim.
Mendengar hal ini membuat Wei Lim sangat senang, karena dirinya bisa dengan ikhlas untuk pergi ke kayangan. Jiwanya akan menjadi tenang dan akan hidup bersama dengan dewa-dewi di alam sana.
"Terimakasih Jun Lee ... aku ucapkan terimakasih, semoga kita bisa bertemu kembali dan mungkin ..." Wei Lim menghentikan ucapannya.
Membuat Jun Lee kebingungan karena Wei Lim yang tiba-tiba saja berhenti berbicara.
"Mungkin?"
"Tidak jadi hehehe ... pokoknya semangat terus yah," ucap Wei Lim.
Perlahan hologram dari tubuh Wei Lim menghilang, raga Jun Lee pun juga ikut lenyap di ruang jiwa.
Kini Jun Lee sudah memantapkan hatinya untuk mencari kebenaran dari kasus Wei Lim yang koma dan juga kasus kematiannya.
---
"Selamat pagi nona Wei," ucap Li Wu sang pembantu pribadi dari nona Wei Lim.
Nona Wei membuka matanya dan kini dirinya sudah mulai mempunyai sebuah tujuan hidup. Selain memang bisa menikmati kekayaan dari keluarga Lim. Tentu mempunyai tujuan yang lain adalah hal yang sangat penting.
'Saat ini aku mempunyai dua tujuan, mengenai siapa yang melakukan kejahatan pada Wei Lim dan juga mengenai pelaku yang membunuh raga ku!'
"Selamat pagi Li Wu, makasih sudah membangunkan diri ku." nona Wei menatap Li Wu yang berdiri di sampingnya.
Li Wu memberikan sebuah senyuman setelahnya berjalan menuju jendela untuk membuka gorden serta membuka jendela.
Sinar mentari pagi masuk ke kamar Wei Lim. Cahaya pagi ini sebagai simbol permulaan dari kehidupan baru bagi nona Wei.
Nona Wei berjalan ke ruangan olah raga untuk mengencangkan otot-ototnya sebelum menerima makanan.
Menu sarapan nona Wei hanya pisang dan juga oat meal. Setelah memakan sarapan biasanya nona Wei akan mengisi tubuhnya dengan kaffein dengan meminum segelas kopi yang memiliki kadar gula rendah.
Orang tua nona Wei pun menganggap bahwa kebiasaan ini memang baik, dan juga dianjurkan oleh dokter.
"Apa kamu tidak mau sarapan yang lebih berat? Semisalnya memakan bubur kepiting?" tanya Nyonya besar Lim.
Nona Wei kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Begini saja sudah cukup untuk Wei."
Setelah selesai sarapan, nona Wei menatap ke arah kedua orang tuanya. Dirinya ingin meminta sesuatu yang sangat penting.
"Mama ... Papa, bisakah aku meminta sesuatu," ucap nona Wei menatap ke arah dua orang tuanya.
"Apa nak? Kamu mau beli tas? Jam tangan atau apa?" tanya Tuan besar Lim kepada anaknya.
Nona Wei langsung menggelengkan kepalanya, karena dirinya tidak menginginkan hal yang tidak perlu.
"Aku ingin kembali ke sekolah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ke Tubuh Wanita
RomanceUpdate setiap hari, minimal update 1 hari 1 chapter. Jun Lee adalah seorang pria biasa yang bekerja menjadi budak korporat disuatu perusahaan publik ternama di kota Shenzhen. Hari-hari dilalui Jun Lee seperti biasanya, bekerja dan bekerja. Sampai...