Nona Wei sekarang dibawa oleh ibunya ke ruangan terapi otot kaki.
Di sana nona Wei harus berjalan dengan bantuan pegangan tangan. Akan ada dokter pembantu sebagai analis kekuatan persendian dan juga otot kaki.
"Ayo nona muda Wei ..." Salah satu terapis berusaha untuk membuat nona muda Wei berdiri dan berpegangan pada alat terapi pengencangan otot.
Nona Wei kemudian berpegangan pada pegangan yang telah disediakan.
'Benar-benar sulit bergerak, kaki ini seakan mati rasa. Namun aku harus bisa berjuang agar aku bisa hidup menjadi orang kaya. Kalau begini saja aku sudah menyerah maka aku tidak layak untuk menjadi orang kaya!'
Muka nona Wei menampakkan wajah yang sangat serius. Kaki-kakinya mulai digerakkan secara perlahan dan wajahnya seperti menahan rasa sakit luar biasa.
"Ha haa haaa ..." Nona Wei kesulitan bernafas padahalnya baru melangkahkan kaki sebanyak dua langkah saja.
Terapis dan juga dokter spesialis tersenyum lebar karena ini adalah kemajuan luar biasa dari orang yang mendapati kelumpuhan sementara.
"Luar biasa, perkembangan yang sangat luar biasa ditunjukkan oleh nona Wei," ucap dokter spesialis.
Nyonya besar yang melihat perkembangan anaknya yang cepat dan seakan ingin pulih secepat mungkin. Perasaan nyonya besar Lim saat ini menatap anaknya tampak begitu senang. Kegigihan untuk cepat sembuh ini membuat orang tua mana pun pasti turut ikut senang melihatnya.
Terapis kemudian membawakan kursi roda milik nona Wei kembali dan ingin membawa nona Wei untuk dilakukan pengecekan otot. Setelahnya akan ada terapi pijit serta memberikan rasa panas agar otot tidak menjadi tegang.
"Silahkan nona Wei, nona Wei telah berhasil melewati satu kali jalan di tempat terapi pemulihan. Kita akan melakukan pengecekan kembali pada masa otot kaki yang nona Wei miliki," ucap Terapis yang saat ini sedang tersenyum menatap ke arah nona Wei.
Grek ...
Wajah Nona Wei memandang sangat serius ke arah terapis, tatapannya penuh dengan aura keseriusan.
"Ada apa nona Wei? Kenapa dengan tatapan Nona?" tanya terapis yang terheran-heran dengan tatapan nona Wei.
"A ... aku ing in sem buh!"
Dengan menarik nafas lagi lalu nona Wei melanjutkan ucapannya, "Se-kali la gi ... I zin kan a ku me lang kah sa tu ka li la gi!"
Terapis pun melihat kegigihan dari nona Wei yang ingin segera berdiri di atas kakinya sendiri. Terapis kemudian melihat ke arah dokter spesialis otot untuk meyakinkan apakah nona Wei di-izinkan untuk berjalan satu kali lagi.
Dokter melihat kegigihan nona Wei pun mengangguk dan berkata, "Silahkan, hanya boleh satu putaran lagi yah."
Nona Wei mengangguk dan membalikkan badannya lalu berjalan kembali menggunakan pegangan pembantu yang ada di sisi kanan dan sisi kiri.
Persendian nona Wei kembali bergerak, otot-otot mulai merasakan sensasi getaran yang hebat. Meski terkesan memaksa namun ini cara yang baik untuk membuat otot dan persendian kembali untuk bisa merasakan pergerakan berjalan.
Sebelumnya, nona Wei kesulitan melangkah dengan wajah yang penuh dengan keringat. Namun saat ini jelas nona Wei sudah bisa melangkahkan kaki meski masih menggunakan pegangan pembantu.
Dokter kembali tersenyum lebar.
"Apa maksudnya ini dokter?" tanya Nyonya besar kepada dokter spesalis.
"Yang perlu Nyonya pahami adalah, otot dan persendian nona muda tidaklah mati melainkan hanya ikut tertidur bersama nona muda. Setelah nona muda bangun maka otot dan persendian harus dibangunkan kembali agar nona muda bisa leluasa begerak seperti dulu," ucap dokter spesialis otot dan sendi.
Nyonya besar Lim pun ikut tersenyum karena anaknya telah berhasil melangkahkan kakinya sampai dua putaran pada pegangan pembantu.
"Jadi seperti itu kah? Anak ku ternyata tangguh juga."
Terapis kembali membawakan kursi roda kepada nona Wei.
Dengan segera nona Wei duduk karena lelah setelah berjalan sembilan langkah.
"Santai saja nona Wei, ini masih permulaan jadi jangan terlalu dipaksakan yah." Terapis memberikan senyuman manis kepada nona Wei.
Nona Wei pun membalas senyuman ke arah terapis dan berkata, "Terimakasih karena sudah memperdulikan diriku."
"Bukan masalah nona, karena ini adalah pekerjaan kita," ucap terapis sambil membawa nona Wei ke ruang terapi untuk mendapatkan terapi pijat dan juga pemberian penghangat kaki agar otot-otot bisa pulih kembali.
Nona Wei pun tersenyum dan entah mengapa jiwa sebelumnya memikirkan tentang pekerjaan.
'Pekerjaan kah? Benar juga sih, setiap manusia dituntut harus bekerja, baik dibidang kesehatan ataupun lainnya. Apakah orang ini baik dalam menangani diriku karena keluarga ku adalah keluarga terhormat dan ternyata kebaikan ini hanyalah kepura-puraan dengan alasan tuntutan pekerjaan? Bisa jadi demikian tapi bisa jadi memang orang ini sejatinya adalah orang yang baik'
Nona Wei dibawa masuk ke dalam dan dirinya dipijat lalu kakinya diberikan terapi panas agar bisa menstimulus kembali otot-otot yang lama tertidur.
Setelah mendapatkan sebuah terapi otot.
"Bi ... bis-bisa kah. Ba-bawa a aku jalan-ja lan?" Dengan suara yang terbata-bata nona Wei mengucapkannya kepada terapis.
Terapis pun tersenyum karena ini adalah keinginan pasien yang spesial. Tentu dengan memanggil satu suster yang ada di rumah sakit tidak akan menjadi masalah besar.
"Baiklah, saya akan panggilakn suster untuk nona muda yah." Terapis kemudian mengambil telpon yang berada di ruangannya lalu menghubungi resepsionis untuk meminta suster pribadi untuk nona muda Wei Lim.
Resepsionis pun mengangkat telpon.
Dengan cepat terapis meminta suster pribadi untuk segera datang keruangannya dan akan membawa nona Wei untuk berjalan-jalan disekitaran rumah sakit.
"Maid pribadinya? Iya juga? Kenapa nona muda tidak bersama dengan maid pribadinya?" tanya terapis kepada orang yang sedang berada di telpon.
"Tapi yang jelas saya minta satu orang suster untuk datang ke sini!" Terapis pun berteriak.
Memikirkan hal yang aneh, kenapa maid pribadi nona Wei tidak ada di rumah sakit. Tentu saja ini menjadi sebuah pertanyaan yang sangat besar.
Setelah beberapa saat, seorang suster muda cantik pun datang ke ruangan terapis.
"Selamat sore nona Wei," ucap suster sambil berjalan mengambil kendali dari kursi roda dari nona muda Wei.
"So-re."
Melihat pasien ini tentu saja sang suster langsung terenyuh bahwasanya pasien benar-benar dalam keadaan yang tampak tidak baik-baik saja.
"Kalau begitu nona Wei mau berjalan kemana? Biar suster yang temani nona Wei," ucap suster sambil membawa nona Wei keluar ruangan terapi kesehatan otot.
"Ta ... ta-taman." Nona Wei memerintahkan susternya untuk menuju ke arah taman.
Alasan mengapa dirinya ingin ke taman dari rumah sakit adalah untuk menenangkan pikiran. Selain itu juga nona Wei ingin memikirkan rencana selanjutnya dalam hidup dengan tenang. Apa yang ingin nona Wei lakukan setelah sembuh adalah hal yang diprioritaskan.
Sesampainya di taman yang tampak tenang.
Nona Wei menghirup nafas panjang dan merasa sangat lega karena di taman ini banyak pepohonan yang subur.
"Tenangnya ... ini adalah ketenangan yang menenangkan jiwa yang lelah dalam bekerja," ucap suster cantik yang saat ini sedang berada di sisi nona Wei.
Nona Wei hanya bisa mengangguk dan setuju dengan ucapan suster yang membawanya ke taman.
Pada saat-saat yang tenang ini, ada sebuah ketimpangan sosial yang nona Wei lihat secara jelas.
'Ada apa dengan orang-orang yang berada di lorong sana? Tampaknya mereka sedang sakit?'
![](https://img.wattpad.com/cover/372598235-288-k385448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ke Tubuh Wanita
Roman d'amourUpdate setiap hari, minimal update 1 hari 1 chapter. Jun Lee adalah seorang pria biasa yang bekerja menjadi budak korporat disuatu perusahaan publik ternama di kota Shenzhen. Hari-hari dilalui Jun Lee seperti biasanya, bekerja dan bekerja. Sampai...