Bab Ketiga - Asimiliasi Jiwa

161 11 0
                                    

Di sebuah ruangan kamar mewah.

Ada seorang dokter pribadi yang saat ini sedang merawat pasien. Pasien kali ini sudah diperbolehkan untuk pulang, namun untuk beberapa hari pasien ini masih belum terbangun dari komanya.

Keluarga Lim harap-harap cemas, ini karena anak semata wayang mereka sedang tertidur kaku dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Tidak diketahui sebab terjadinya kecelakan yang menimpa anak mereka.

Seluruh rekaman cctv tiba-tiba saja terkena sabotase dan tidak ada satupun barang bukti di tempat kejadian perkara. Keluarga Lim meminta banyak badan intelejen untuk menangani kasus ini, kasus dimana putri semata wayang mereka terjatuh dari gedung dengan ketinggian sepuluh meter.

Beberapa orang berpendapat bahwa teman dekat dari putri Lim lah yang melakukannya. Hanya saja, banyak diantara mereka menyangkal bahwa mereka telah berbuat sesuatu hal yang secela itu.

Meskipun begitu, keluarga Lim bisa mengetahui siapa orang yang melakukan Tindakan kejahatan ini apabila putri semata wayang mereka yakni Wei Lim terbangun dari komanya.

Dengan muka harap-harap cemas, Nyonya Lim menatap kearah anaknya yang saat ini sudah tertidur kurang lebih satu tahun lamanya.

Dokter pribadi pun menyarankan untuk mempersiapkan segala mental bagi kedua orang tua Wei Lim. Karena besar kemungkinan, Wei Lim akan bangun dengan keadaan yang cacat otak. Kemungkinan terbaiknya menurut dokter adalah Wei Lim tidak mengingat segalanya. Kemungkinan terburuk dari kejadian ini adalah Wei Lim terkena cacat permanen. Seperti hanya se-onggok tubuh dengan nyawa namun bagaikan zombie. Hidup namun tidak bernyawa.

Seperti biasanya, Dokter melakukan pengecekan terhadap detak jantung dan juga system pencernaan dari pasien yang koma.

Makanan yang diberikan adalah makanan dalam bentuk cair yang diberikan melalui selang dan akan masuk ke dalam lambung.

"Saya pikir, semuanya sudah berjalan normal. Belum ada perkembangan yang berarti." Dokter menatap dingin mata dari Nyonya Lim yang saat ini sedang duduk di samping putrinya.

Nyonya Lim pun hanya bisa pasrah, perkataan dokter adalah mutlak.

Dengan nafas yang cukup tersengal, "Terimakasih dokter."

Dokter pun mengangguk dan melanjutkan ucapannya, "Jangan pernah berhenti berharap. Saya memang membantu sebagai dokter. Namun terkadang ada yang namanya keajaiban yang tidak terduga dari setiap kejadian."

Nyonya Lim pun selalu dan selalu berdo'a kepada entitas tuhan. Dirinya berharap bahwa tuhan mendengar do'anya.

"Iya, dok. Saya berterimakasih, selama satu tahun ini telah dibantu penanganan anak saya. Bahkan dokter mau menuruti kemauan saya yang egois untuk memindahkan anak saya balik ke kamarnya," ucap Nyonya Lim.

"Kalau begitu, saya undur diri dulu ... besok saya akan datang kembali untuk melakukan medical check-up," ucap dokter sambil menundukan badannya.

Nyonya Lim pun mengangguk dan mempersilahkan dokter untuk pergi dari kamar anaknya. Setelah semuanya pergi, Nyonya Lim serta maid pribadi masih berada di kamar Wei Lim.

Nyonya Lim menggenggam erat tangan anaknya dan terkadang Nyonya Lim menangis. Menatap anak semata wayang terkena musibah dan belum terbangun sejak satu tahun lamanya.

Terkadang air mata Nyonya Lim tidak bisa berhenti mengalir, penuh harapan bahwa anaknya bisa sembuh dan terbangun dari tidurnya.

"Mama ingin kamu bangun nak. Apapun yang kamu mau, Mama akan turuti," ucap Nyonya Lim sambil memegangi tangan anaknya.

Tok tok tok ...

Suara ketukan pintu terdengar.

"Nyonya Lim, sudah saatnya ... ada rapat luar negeri yang harus Nyonya hadiri." Suara dari luar pintu terdengar.

Nyonya Lim menghela nafas panjangnya dan sadar bahwa dirinya harus meninggalkan sebentar anaknya yang saat ini sedang tertidur.

"Nak ... Mama pergi sebentar yah, semoga kamu bangun yah nak. Kalau bangun Mama akan mengajakmu keliling dunia," ucap Nyonya Lim.

Nyonya Lim pun berdiri dan perlahan berjalan menjauhi anaknya. Sebelum keluar, Nyonya Lim berpesan kepada maid pribadi milik anaknya.

"Kamu ... tunggu di sini saja, pokoknya kamu harus menjaga anak ku!" hardik Nyonya Lim kepada maid pribadi anaknya.

Dengan cepat, maid pribadi ini langsung menundukan badan dan berkata, "Baik ... Nyonya Lim."

Maid pribadi dari keluarga Lim membukakan pintu untuk Nyonya Lim. Nyonya Lim langsung pergi meninggalkan ruang kamar anaknya.

Di luar kamar anaknya, Nyonya Lim berjalan menelusuri Lorong untuk menuju ke lift untuk pergi lantai basement.

"Dasar maid tidak berguna!" Nyonya Lim masih tidak suka melihat maid pribadi dari anaknya.

Mungkin ini adalah rasa amarah akibat maid pribadi yang tidak bisa menjaga tuannya dengan baik. Karena maid pribadi dari anaknya tidak tahu-menahu mengapa anak semata wayangnya sampai terluka sedemikian rupa.

---

Di ruang kamar Nona muda Wei Lim.

Maid Pribadi Wei Lim bernama Li Wu, seorang yang mempunyai keluarga dari keturunan yang tinggal di distrik Feifang. Suatu distrik yang sangat kumuh, keluarga Wu sendiri beberapa menjadi pengabdi bagi keluarga konglomerat dan salah satunya adalah keluarga Lim.

Li Wu menatap kearah tuannya yang saat ini sedang berbaring dan tertidur akibat koma.

Wajah Li Wu sangat sedih dengan membawa sebuah penyesalan yang sangat teramat besar. Kegagalannya dalam menjaga nona Wei Lim sungguh tidak bisa dimaafkan.

"Jika, seandainya Nona Wei dinyatakan meninggal. Maka aku siap untuk bunuh diri atas kegagalanku sebagai pelayan setia."

Li Wu saat ini membersihkan badan nona Wei Lim. Mulai membasuh badannya secara perlahan menggunakan handuk basah.

Perlahan pakaian ditanggalkan dan terlihat bahwa tubuh dari nona Wei Lim sangat kurus. Ini adalah penglihatan yang sangat menyedihkan bagi Li Wu yang melihat secara langsung perubahan badan berisi milik nona Wei Lim menjadi kurus kerontang akibat koma yang dideritanya.

Sambil membasuh handuk, Li Wu selalu mengucapkan permintaan maafnya dalam hati.

"Maafkan aku nona Wei ... aku adalah makhluk yang bodoh!"

Air mata Li Wu sampai menetes deras tatkala dirinya membersihkan tubuh nona Wei Lim.

"Apakah tuhan itu ada? Jika tuhan itu benar adanya, aku berharap dan sangat berharap Nona Wei bisa terbangun dari tidur panjangnya!" Li Wu mulai berisak tangis dan memohon serta mempertanyakan eksistensi tuhan.

Tanpa disadari, jari-jemari Wei Lim mulai bergerak. Ada sebuah kontraksi dari dalam tubuh yang menyengat. Sel-sel otak mulai bergerak kembali, seakan ada lantunan merdu yang mampu memanggil jiwa dari alam sana.

'Apa kamu mau membantu ku?'

Suara yang entah darimana datangnya. Di sini semuanya gelap, tidak ada Cahaya. Hanya ada suara itu yang menyambut.

'Wahai jiwa yang tidak tenang, bantulah diriku ini dan aku akan membantu mu. Mari kita berasimilasi jiwa. Mencari suatu misteri dari seluruh kejadian ini'

'Asimiliasi jiwa? Apa ini? Aku ingin tahu keadaan adik ku Niu ... hanya itu saja'

'Kalau begitu, silahkan gunakan tubuh ku ini dan kita akan mencari kebenaran Bersama-sama'

'Mencari kebenaran kah? boleh saja!'

Transmigrasi Ke Tubuh WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang