Part 13. Pernyataan di Kawah Putih

262 41 6
                                    

Selemat membaca lagiiiii

***

Katanya, mencintai dan dicintai itu adalah hal terbaik yang tidak semua orang dapat merasakannya. Hanya orang-orang beruntung yang dapat berada di dalam hubungan yang setulus itu. Dan tentu saja Hera tidak menduga bahwa ia menjadi salah satu dari segelintir orang yang beruntung. Hera tidak ingat jenis kebaikan mana yang membawanya pada kebahagiaan seperti ini.

Rasanya ucapan syukur tidak pernah cukup untuk mengungkapkan perasaan Hera.

Marvel tidak seperti yang Hera bayangkan ketika ia masih menjadi pengagum dari kejauhan. Dulu, di mata Hera, Marvel itu nyaris sempurna. Wajah tampan, kaya raya, cerdas, berjiwa pemimpin, pokoknya Marvel itu layak untuk dijadikan idola. Yang membuat Hera agak terkejut setelah menjadi kekasih Marvel adalah fakta bahwa laki-laki itu benar-benar sesuai dengan kabar yang beredar.

Dia memperlakukan Hera dengan baik. Bertindak sopan dan menghargai. Bertanya untuk hal-hal kecil karena takut Hera tidak nyaman. Yang paling penting, Marvel menepati janjinya saat di Puncak sebelum mereka pacaran. Dia mengajak Hera touring ke Kawah Putih. Berjam-jam menempuh perjalanan dengan motor vario membuat Marvel berkali-kali bertanya untuk memastikan kondisi Hera. Takut pacarnya itu pegal. Uhuk!

Hera pikir, teman-teman Marvel yang ikut touring adalah teman kampus, tapi ternyata tidak, anggota geng motor Marvel itu tidak semuanya anak muda, ada juga pria dewasa berusia tiga puluh tahun yang mengajak istri dan anaknya yang masih balita.

Benar. Nyaris semua teman-teman Marvel mengajak gadis pujaaan hati mereka. Seperti Hera, perempuan-perempuan itu juga mengenakan jaket custom dengan ukuran yang lebih kecil, menyesuaikan ukuran badan. Awalnya Hera merasa canggung, tapi setelah beberapa kali mereka berhenti di rest area, Hera mulai akrab dan mengobrol.

Yang paling tua adalah bang Ilham bersama istrinya, kak Dona yang menggendong balitanya. Lalu ada bang Yuda dan calon tunangannya, Kak Wina. Kemudian Nino, Lana, dan beberapa pemuda lain yang Hera lupa namanya. Totalnya mereka semua ada dua puluh dua orang.

Hera benar-benar bersyukur karena circle Marvel ini adalah orang-orang yang baik. Mereka berhenti di salah satu rest area untuk menunaikan sholat zuhur. Hera dan Marvel sudah selesai, dan karena sudah cukup akrab, Hera menawarkan diri untuk menjaga Lulu, anak bang Ilham dan kak Dona. Balita itu tidak terlalu gembul, tapi wajahnya cantik dan kulitnya putih. Hera jadi gemas.

"Tidur, ya?" Marvel menghampiri saat Hera sedang menimang Lulu. Sepertinya bayi itu mengantuk.

"Belum, tapi kayaknya dia ngantuk." Jawab Hera.

Marvel tersenyum melihat ke arah balita di dalam gendongan Hera. Ia mengulurkan jadi telunjuknya untuk mencolek pipi Lulu. "Iya tuh, matanya udah sayu. Enak ya Lu bobonya keanginan." Marvel menunduk untuk mencium pipi Lulu.

Yang posisinya canggung adalah Hera. Marvel mencium Lulu saat balita itu dalam pelukannya. Hera jadi salah tingkah dan mau tidak mau membayangkan masa depan. Eh?

"Kamu laper gak?" Tanya Marvel kemudian.

Hera diam sebentar, memastikan. "Dikit." Jawabnya cengengesan.

Marvel terkekeh. Gadis ini masih sama menggemaskannya seperti mereka pertama kali bertemu. "Abis ini mau nyari tempat makan dulu. Kamu suka nasi padang gak?"

"Suka kok." Jawab Hera.

"Ya udah. Nasi padang aja. Eh, beneran tidur dia." Marvel menunjuk Lulu yang sudah terlelap.

Hera ikut menunduk untuk memastikan.

"Bobo ya, Ra?" Kak Dona yang mukanya sudah segar sehabis wudhu dan sholat menghampiri mereka.

BESTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang