Halo semuanya
Kalau kalian sudah sampai pada bagian ini, saya pastikan kalian sudah membaca deskripsi dan prolog BESTARI.
Saya ucapkan selamat satang❗
***
Aku ingin menjadi, mimpi indah
Dalam tidurmu…
Aku ingin menjadi sesuatu
Yang mungkin bisa kau rindu…
Karena langkah merapuh
Tanpa dirimu…Begitulah alunan lagu Dealova milik Once menjadi salah satu lagu galau favorit Hera akhir-akhir ini. Dulu, saat masih kecil dan belum pernah mengenal cinta, Hera menyukai lagu Dealova karena enak didengar. Menemani masa galaunya yang tidak tidak diperbolehkan Mama mandi air hujan di sore hari, padahal saat itu teman-teman Hera asyik bermain meski sesekali harus menunduk saat petir menggema. Membuat Hera yang sedang memerhatikan mereka dari jendela tertawa meski lagu Dealova sampai pada bagian reff. Bagian tergalau.
Sekarang, jika mendengar lagu ini Hera akan melamun. Ternyata cinta sendirian itu tidak enak. Memuja seseorang dari jauh itu hanya membuat sesak. Hera sadar, kok. Tapi dia seperti terkena sihir tiap kali orang yang digalaukan muncul di bibir mata. Membuat egonya mengalah pada hati, lagi dan lagi.
Tapi tidak apa-apa. Selama tidak ada satu pun orang yang tahu tentang perasaannya ini, Hera akan terus mengagumi Marvelion Rajendra. Ia tidak siap dengan nasihat teman-temannya yang sudah pasti akan menyuruhnya move on. Iya, saking tidak tergapainya Marvel.
Kadang, Hera merasa sangat kerdil. Seperti- berani-beraninya gadis miskin ini jatuh hati pada Tuan Muda kaya raya. Tapi ketika pikiran rasionalnya berkuasa, dia akan mengatakan- tidak apa, hatimu adalah milikmu, dia bebas untuk mencintai siapa pun. Ya, tentu saja dengan konsekuensi bahwa Hera harus siap terluka sendiri.
Setidaknya itu lebih baik dari pada Hera menanggung malu. Meski cintanya bukan aib, Hera akan menganggapnya demikian. Hera… hanya tidak suka ditatap orang dengan sorot iba.
Ada Raren, si cantik keturunan Tionghoa yang kalem tapi emosian. Dengan sikapnya yang selalu impulsif, Hera yakin dia akan berusaha menyuruh Hera mundur melalui kata-katanya yang cukup menampar.
Kemudian Nadin. Si paling susah ditebak mood-nya. Berdasarkan hasil MBTI: 49% introvert dan 51% extrovert. Tindakannya selalu tidak terduga. Kadang tenang, kadang menggebu-gebu. Kadang bar-bar, kadang kalem. Reaksi yang bisa Hera tebak dari sosok Nadin adalah… tidak ada. Hera tidak bisa menebak. Balik lagi ke awal, Nadin adalah si paling susah ditebak.
Lalu terakhir, ada Chelva. Keturunan Tionghoa seperti Raren yang demi apa pun Hera tidak akan menjadikan dia sebagai tempat curhat. Bukannya Chelva memiliki sifat buruk, hanya saja dia terkadang tidak bisa mengontrol ucapan.
Demikianlah alasan-alasan masuk akal kenapa Hera menyimpan perasaannya pada Marvelion Rajendra seorang diri. Tapi seperti pepatah, serapat-rapatnya kamu menyimpan bangkai, baunya pasti akan tercium.
Tunggu saja waktunya.
“Nah kan bener di sini.”
Suara familiar itu terdengar seiring dengan lagu Dealova milik Once selesai mengalun. Hera melepas headset dari telinganya kemudian menatap dua orang temannya yang kini ikut duduk di bangku panjang kantin kampus. Raren duduk di samping Hera sementara Nadin dan Chelva mengambil duduk di bangku seberang. Masih satu meja tentunya.
Hera mendengus sebal. “Lagian lo lama banget pada. Gue ‘kan udah laper. Gue chat di grup gak ada yang respons tadi.”
“Masih kelas lah!” Sahut Raren.
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTARI
RomanceNamanya Halmahera Bestari. Bungsu dari tiga bersaudara. Hera -begitulah dia akrab disapa- bukan gadis yang senang bergaul dengan banyak orang, ia lebih menyukai kesunyian, karena baginya itu menenangkan. Menyukai kesunyian bukan berarti Hera tidak p...