Part 4. Campur Tangan Sang Takdir

480 79 7
                                    

Halo, Hai!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
💚💚

***

Konon, masih banyak manusia-manusia tua yang tidak mengerti bagaimana dunia mengelilingi mereka, tidak mengerti sebab apa takdir mereka tak pernah bahagia, tidak mengerti bahwa hukum alam tidak berjalan semudah konsep yang mereka kira. Pada akhirnya semua tergantung doa dan usaha.

_Bestari_

■■■■■■■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■■■■■■■

Ada begitu banyak hal yang menjadi pertimbangan Hera ketika ia menyukai sesuatu dan ingin memilikinya. Misal: bermanfaat gak, ya? atau gue butuh banget gak, sih? dan segala jenis pertimbangan yang cukup matang. Tumbuh dalam keluarga yang tidak selalu dapat memenuhi keinginannya seolah mengajarkan Hera untuk lebih mengedepankan kebutuhan dari pada keinginan.

Pernah saat umur lima tahun. Ayah mengajak Hera belanja sayur dan daging di Pasar, tapi mereka harus melewati jejeran toko mainan. Hera begitu tertarik pada tempat tidur barbie berwarna merah muda sebab dua temannya juga punya benda itu. Ia pun meminta ayahnya untuk membeli. Saat itu ayah hanya tersenyum sebelum menggendong Hera.

"Adek mau itu?"

Hera cuma mengangguk, matanya tidak lepas dari tempat tidur barbie yang dia inginkan. Manik indahnya begitu mendamba. Sarat akan harap.

"Tapi kita kan mau beli baju buat Adek. Emangnya mau nanti pas hari lebaran Adek pakai baju lama? Kakak-kakak pakai baju baru semua loh, temen-temen Adek juga. Nanti Adek gak punya baju sendiri, mau?"

"Gapapa, Yah." Hera kecil mempertahankan inginnya.

Ayah menghela nafas, tampaknya Hera sudah berhasil membuatnya sedikit kesal. "Adek tau, gak? Saat hari raya idul fitri, kita wajib beli baju baru selama kita mampu. Minimal satu. Ini wajib loh."

Bibir Hera melengkung ke bawah. Sedih sekali rasanya karena lagi-lagi tidak akan mendapat yang diinginkan.

"Beli bajunya aja, ya? Buat Meri, kita beli gaun yang bagus. Nanti tempat tidurnya Ayah beliin kalau Ayah ada rejeki lebih."

Meri itu nama boneka barbie Hera yang dibelikan Ayah beberapa bulan lalu. Hera boleh saja menerima baju-baju bekas kakaknya, tapi kalau urusan mainan, Hera selalu dibelikan yang baru meski tidak sering. Itu karena kedua kakaknya tidak pernah awet kalau punya mainan -alias selalu rusak. Bunda selalu mewanti-wanti Hera untuk menjaga mainannya dengan baik.

"Kapan, Yah?"

"Hm Ayah tampak berpikir. Bulan depan, inshaa Allah ayah beliin kalo udah gajian."

Pada dasarnya Hera hanya anak kecil lugu yang mudah dipengaruhi dengan kata-kata. "Tapi dua ya, Yah baju buat Merinya."

Ayah mengerutkan kening. "Satu aja."

BESTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang