Hutang cerita baru—
🌀
Sapphire Blue Siblings.
Merupakan julukan yang dimiliki ketiga saudara bermata biru safir dengan keindahan masing-masing.
Si sulung dengan bola mata yang nampak seperti pusaran angin yang berkilau. Sedangkan bola mata si anak tengah nampak begitu biru bagai batu safir. Sementara bola mata si bungsu berpadu dengan warna perak sebagai gradasi.
Siap mengukuti keseharian mereka?
🌀
Pagi itu di Kompleks Perumahan Elemental, kala waktu melaksanakan kewajiban salat Subuh telah habis, keluarga yang beranggotakan lima orang yang menghuni rumah bercat biru langit ini mulai disibukkan dengan kegiatan masing-masing.
Meski hari ini merupakan hari libur sekolah, tetapi satu-satunya wanita di keluarga ini yang menyandang status istri sekaligus ibu, tetap tidak membiarkan ketiga anaknya bermalas-malasan.
"Bel … Beliung?" Wanita itu membuka pintu kamar anak sulungnya.
Tampak si sulung tengah mengganti sprei yang melapisi kasurnya. "Iya, Ma, kenapa?"
"Mama sama Papa berangkat, ya? Kamu sama dua adikmu baik-baik di rumah, ya?"
"Oh, iya, Ma." Ia turun dari kasurnya, kemudian berjalan menghampiri sang mama, hendak menyalami tangannya. "Mama sama Papa juga hati-hati!"
"Iya, iya."
Sedikit informasi, bahwa minggu lalu mereka mendapat kabar mengenai kepindahan perusahaan yang dipimpin sang kepala keluarga ke kota lain. Pun dengan sang mama yang bekerja sebagai dokter, dan ia turut dipindahtugaskan ke rumah sakit di kota yang sama dengan perusahaan suaminya.
Sehingga, mau tidak mau, keduanya harus meninggalkan ketiga anak mereka.
Di saat sang mama khawatir akan keadaan anak-anak, suaminya meyakinkan bahwa ketiganya mampu menjaga diri. Mereka bukan lagi anak kecil. Mereka sudah tumbuh menjadi remaja yang mampu menjaga diri.
Beliung mengikuti sang ibu keluar kamar. Ia duduk di sofa ruang TV, menunggu dua saudaranya.
Melihat pintu perpustakaan di ujung lorong yang terbuka, membuat sang mama mengubah arah ke ruangan penuh buku di sana. Rupanya ada anak keduanya yang tengah menyapu.
"Fan?"
"Eh? Iya, Ma?"
"Mama sama Papa berangkat, ya?"
"Iya, Ma, hati-hati." Ia menyandarkan sapu pada dinding di sebelahnya.
"Terus, satu lagi. Ini penting."
Dua kalimat berikutnya membuat perhatian Taufan tertuju sepenuhnya pada wanita itu.
"Karena di antara kalian cuma kamu yang pinter masak, jadi jangan sampai biarin Beliung coba-coba masak lagi. Kamu paham maksud Mama, kan?" Wanita itu menampilkan raut wajah khawatir.
Ah, itu.
Seketika Taufan teringat apa yang terjadi saat terakhir kali Beliung mencoba memasak. Mereka hampir kehilangan rumah. Atau kata lainnya, rumah hampir terbakar.
"Iya, Ma, itu mah gampang."
Melihat si anak tengah yang tersenyum lebar hingga menampilkan deretan giginya serta kedua matanya membentuk bulan sabit, kini wanita itu yakin bahwa Taufan mampu menjalankan amanahnya.
"Ya sudah kalo gitu."
Setelah menyalami tangan wanita itu, Taufan mengikutinya keluar. Ia berjalan ke arah sofa dan bergabung dengan Beliung yang duduk di sofa seraya memakan kue dalam kemasan kaleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐀𝐏𝐏𝐇𝐈𝐑𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄 𝐒𝐈𝐁𝐋𝐈𝐍𝐆𝐒
Random𝐒𝐀𝐏𝐏𝐇𝐈𝐑𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄 𝐒𝐈𝐁𝐋𝐈𝐍𝐆𝐒 Hanya berisi cerita ringan tentang keseharian ketiga saudara yang dijuluki "Sapphire Blue Siblings" karena mata mereka. Tertarik mengikuti keseharian mereka? !! ©Boboiboy hanya milik Monsta !! !! ©Story by...