(3) Sopan

222 32 20
                                    

Sedikit informasi:
Sopan kalau sama salah satu kakak nya, cukup manggil "Kak" atau "Kakak". Tapi kalo sama dua² nya, ya "Kak Bel" sama "Kak Upan". :D

Tapi entah cuma menurut ku atau emang lucu aja gitu kalo Beliung dipanggil "Bel", ya gak?

🌀

Kembali dari masjid setelah shalat Isya, Sopan segera berganti pakaian menjadi piama. Setelah itu, ia menghampiri meja belajarnya yang terdapat setumpuk buku tulis yang masih terbungkus plastik bening.

"Sekarang aja, deh, daripada nanti mah lupa." Ia mengambil tempat pensil kemudian mengeluarkan cutter yang akan digunakannya membuka plastik pembungkus setumpuk buku tersebut.

Meraih satu buku, Sopan mengeluarkan sampul kertas berwarna coklat yang dikhususkan untuk buku tulis dari plastik lain. Setelah menyampul buku tersebut, ia mengisi bagian nama dan mata pelajaran pada kotak yang tersedia. Dan bagian "kelas" akan ia isi nanti setelah masuk sekolah.

Dan terakhir, disampul lagi dengan plastik bening agar terlihat rapi.

"Sopan?" Beliung membuka pintu kamar.

Si bungsu menghentikan sejenak kegiatannya. Ia menoleh ke belakang. "Oh, Kakak. Sini, Kak."

Beliung melangkah masuk. Ia duduk di tepi kasur Sopan. "Kamu ngapain?"

"Lagi sampul buku, Kak. Emang ada apa?"

"Mau tahu bulat, gak?"

"Hah? Tahu bulat?"

"Iya. Mumpung tukang tahunya lagi berhenti depan pos ronda."

"Boleh, deh, tiga ribu, Kak."

"Oke." Beliung beranjak menuju jendela, lantas membukanya. Pemuda itu memejamkan mata seraya menarik napas, dan—

"UPAAAAANNN! MAU, KATANYAAAA! TIGA RIBUUUU!"

Apa yang Beliung lakukan setelah membuka jendela benar-benar melenceng dari dugaan Sopan. Beruntung, tidak ada tetangga yang memprotes karena sudah terbiasa dengan tingkah Beliung yang di luar nalar.

Dan teriakan Beliung sampai terdengar ke pos ronda.

"Fan, si Bel kandangin dulu," sahut Gempa yang juga sedang membeli tahu bulat.

Taufan menghela napas lelah. "Iya, nanti kukandangin."

"Itu yang teriak saudaranya, Dek?" tanya tukang tahu bulat pada Taufan yang kini menanggung malu.

"Gak tahu, Bang, gak kenal. Sama beli tiga ribu lagi, Bang. Bumbunya asin sama balado aja."

"Siap."

Dan rasa malu Taufan atas teriakan Beliung beberapa saat lalu dapat Sopan rasakan. Ikatan antara saudara benar-benar sangat kuat.

"Sopan kira Kakak bakal loncat buat nyamperin ke sana," ungkap Sopan.

"Ya kalo Kakak loncat yang ada kaki Kakak patah, dong. >:("

"Hehe. :D"

‘Sabar, Bel. Untung ini si Sopan. :)’

Jika itu Taufan, mungkin akan Beliung ajak baku hantam. Itu pun kalau Taufan tidak lebih dulu mengeluarkan senyum malaikatnya.

Sopan kembali fokus menyampul buku tulis di hadapannya.

"Mau Kakak bantu?" tawar Beliung.

"Hmm … boleh, deh. Kakak masukin ke sampul plastiknya."

"Oke! Sini di karpet aja."

Sopan membawa satu tumpuk buku tulis tersebut ke lantai yang beralaskan karpet bulu. Ia kembali ke meja belajar, membawa sampul kertas coklat serta plastik bening.

𝐒𝐀𝐏𝐏𝐇𝐈𝐑𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄 𝐒𝐈𝐁𝐋𝐈𝐍𝐆𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang