(6) Hari Pertama Sekolah <2>

191 30 42
                                    

Kali ini aku mau coba belajar menggabungkan ide dari request ke cerita. Semoga aja nyambung. ._.

Saran aja, baca nya jangan sambil makan, takut keselek. :D

🌀

Kita kembali ke pukul sembilan pagi. Sekitar kurang dari satu jam setelah Sopan dan kelima temannya dihebohkan oleh unggahan terbaru media sosial Blaze.

Sopan duduk di kursinya seraya memainkan mainan buaya yang sengaja ia bawa ke sekolah agar tidak bosan. Tidak peduli pada keributan di kelasnya.

Tentu saja Gentar dan Frostfire terlibat dalam keributan tersebut. Frostfire memukulkan tangannya yang dikepalkan serta pulpen ke meja, seolah sedang menjadi tukang gendang, lalu Gentar bernyanyi tidak jelas.

‘Berisik. :(’

Ingin sekali Sopan menyumbat telinganya menggunakan earphone lalu mendengarkan lagu seperti Supra yang duduk di belakangnya. Namun, sayang sekali, ia tidak membawa earphone.

"Kenapa, Pan?" tanya Sori yang baru duduk di sebelahnya. Ia menyedot sedikit minuman berwarna hijau kekuningan dalam gelas plastik yang dibawanya.

"Berisik banget. Tapi kalo keluar, males."

Namun, aroma dari minuman yang Sori bawa membuat Sopan merasa tambah pusing.

"Ri, bisa menjauh dulu, gak?"

"Emang kenapa?" Sori sedikit memiringkan kepala ke kiri.

Sopan menutup hidung dengan tangannya. "Um … bau duren."

Sori berkedip polos dua kali. "Eh, iya, kamu kan gak suka duren. Sebentar." Ia berpindah tempat ke belakang kelas, duduk di samping Glacier yang tidur di lantai beralaskan karpet.

Tidak kakak, tidak adik, sama saja suka tidur di mana-mana.

Indera penciuman Glacier yang dapat menjangkau aroma durian tersebut membuat tidurnya terganggu.

"Ri …."

"Iya, Glace?"

"Bau duren …."

"Kamu mau?" Sori menyodorkan gelas plastik di tangan kanannya.

Glacier mendaratkan telapak tangan di dahinya sendiri. "Gak gitu …."

Melihat itu, Sopan terkekeh pelan. Sori kalau sudah begini selalu membuatnya ingin tertawa.

"Eh?" Gentar berhenti bernyanyi. "Eh, lihat tuh!" Ia menunjuk ke luar jendela.

Melintas sebuah truk yang mengangkut alat berat yang memiliki satu pengeruk.

"Itu tuh apa, sih? Aku lupa namanya," celetuk salah satu siswa.

"Iya, aku juga tahu, tapi lupa namanya," sahut siswa lain.

"Itu namanya eskalator," timpal Frostfire dengan percaya diri.

Seketika, satu kelas mengalihkan atensi pada Frostfire dengan ekspresi yang seakan mengatakan, "Hah?"

Termasuk Supra yang mendengarkan lagu dengan earphone.

Begitu melepas earphone, ia memukul pelan bagian atas kedua telinganya dengan pergelangan tangan masing-masing. Bertujuan memastikan apakah pendengarannya salah menangkap suara atau tidak.

"Kok kalian reaksinya gitu?" tanya Frostfire yang akhirnya sadar ada yang tidak beres.

"Koreksi, Frost, yang bener itu ekskavator," tanggap Sopan.

𝐒𝐀𝐏𝐏𝐇𝐈𝐑𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄 𝐒𝐈𝐁𝐋𝐈𝐍𝐆𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang