(1) Apes

401 42 24
                                    

Aku lupa. Jadi gini:
- Beliung 17 tahun
- Taufan 17 tahun
- Sopan 14 tahun

Nah, gitu. 😁

Sebetulnya aku rada aneh aja sama bab ini— cuma, ya…udah, deh. Terobos aja. Biasanya juga aku mah terobos aja walau aneh pun. #gakpenting

Aku juga udah taruh catatan. ✌️

🌀

Sudah satu hari semenjak kedua orang tua mereka berangkat ke luar kota. Dan mereka mampu menjalani hari dengan baik seperti biasa.

Ya … walau sore harinya ada drama yang membuat Taufan menceramahi Beliung panjang lebar. Itu memang murni kesalahan Beliung yang menyembunyikan mainan buaya Sopan hingga si bungsu mengadu pada Taufan seraya menangis.

(Catatan #1: mainan buaya yang dimaksud tuh yang bagian mulutnya bisa dibuka, terus giginya ditekan-ditekan dan salah satu giginya kalo ditekan bikin mulutnya nutup lagi.)

Dan hari ini, sepertinya kesabaran tiga saudara tersebut tengah diuji melalui beberapa hal yang di luar prediksi mereka. Yakni apes.

Dimulai dari ban depan sepeda Sopan yang kempis saat anak itu hendak bersepeda di taman kompleks bersama lima temannya tadi pagi. Lalu yang kedua, Beliung lupa mengeluarkan galon yang kosong.

Dan begitu Beliung keluar membawa galon kosong tersebut, tukang galon yang lewat setiap pagi sudah keluar dari area kompleks. Hendak mengambil galon kosong dari rumah-rumah di luar kompleks ini.

Dan yang ketiga, saat Taufan melangkah keluar dari warung setelah membeli sampo, ia tidak mendapati sandal jepit birunya di luar.

Menggaruk kepala dengan perasaan bingung, ia kembali melangkah masuk ke warung.

"Gem, sekalian beli sendal, deh."

Anak pemilik warung—Gempa yang masih di belakang meja pembayaran (sedang mencatat barang apa saja yang sudah habis), mengalihkan atensi padanya.

"Hah? Sendalmu hilang?"

"Iya, jadi pas keluar sendalku udah gak ada."

Gempa menutup pulpen lalu mengetukkan ujung atasnya ke dagunya. Iris emasnya memandang keluar, mengamati kendaraan di luar kompleks yang berlalu lalang.

"Mungkin diambil abang-abang yang tadi?" duganya.

Saat Taufan menggunting sampo tadi, Gempa sedang menghitung belanjaan milik pemuda berpakaian santai. Dan begitu Taufan selesai menggunting sampo, pemuda itu keluar.

"Hah … ada-ada aja." Taufan menghela napas lelah.

Selesai membayar sandal, Gempa menampilkan raut wajah serius.

"Nanti kalo misal kamu mau belanja lagi, mending taruh sandalnya di depan teras aja, jangan langsung ke sini," pesannya.

"Iya, deh. Makasih, ya."

"Ya, sama-sama."

🌀

Namun, apakah hanya itu saja keapesan mereka? Oh, tidak. Masih ada yang lebih parah lagi.

Siang ini, saat Taufan hendak menggoreng tempe untuk makan siang, gas habis.

"Bel, tolong ambil uang yang lima puluh ribu, aku mau beli gas."

Muncul Beliung dari ambang dapur dengan tangan kanan menggenggam satu lembar uang berwarna biru.

"Nih."

Sementara Taufan membeli gas, Beliung menunggu di meja makan. Ia akan membantu Taufan memasang gas begitu kembarannya kembali.

Saat Taufan kembali dengan menjinjing tabung gas baru, Beliung langsung bertindak. Ia mengambil alih tabung gas tersebut, lalu duduk di lantai yang menghadap kolong kompor.

𝐒𝐀𝐏𝐏𝐇𝐈𝐑𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄 𝐒𝐈𝐁𝐋𝐈𝐍𝐆𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang