(8) Akibat Hujan di Malam Hari

181 31 37
                                    

Oke, jadi waktu itu ada masalah, cerita ini hilang di Fabula (aplikasi tempat aku nulis, soalnya kalo langsung di wp takut draf nya hilang) nya.

Tapi sekarang udah selesai. Aku mulai ulang dan bikin yang baru, dengan chapter 1-7 yang dicopas dari wp, dan chapter 8 yang dibikin ulang.

Makasih untuk kalian yang waktu itu menyemangati, kasih saran, dan lain lain, dan itu bikin rasa kesel ku cepat hilang. Ini lope untuk kalian! /kasih lope banyak banyak (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

Ah, ya, dan sedikit informasi tambahan, cerita nya komplek perumahan nya gak jauh dari hutan.

🌀

Masih di hari yang sama. Hanya saja, saat ini sudah malam. Dan malam ini pun diguyur hujan seperti hari itu.

Tampak tiga bersaudara bermata mata biru safir berada di ruang TV dengan ketentuan Beliung duduk di karpet, Taufan di sofa, dan Sopan sudah tidur dengan menjadikan paha kiri kakak keduanya.

"Fan." Beliung membuka pembicaraan.

"Apa?" tanggap yang dipanggil tanpa melepaskan pandangan dari tayangan di TV berupa film fiksi ilmiah bertemakan makhluk raksasa berwujud seperti manusia.

"Pengen seblak."

"Ya udah, sana beli dulu minya."

"Tapi kan hujan, udah malam pula."

"Ya udah, besok aja."

Beliung ingin menyangkal, tetapi ia tidak memiliki kata-kata untuk mengutarakan sangkalannya. Mau tidak mau, ia membuang jauh-jauh keinginannya untuk memakan seblak.

"Ya udah, sih, tapi ngomongnya biasa aja, dong, jangan judes gitu. Atau jangan-jangan kamu lagi PMS, kah?" Beliung memasukkan tangannya ke kaleng berisi wafer.

(Bel, kembaranmu cowok—😶 –Me
Tapi kelakuannya kayak cewek PMS:' –Beliung
Serah, deh –Me)

Sebuah bantal sofa mendarat dengan manis (dibaca: brutal) di kepalanya.

"Aduh! Galak banget. :("

Sementara Taufan tidak peduli. Ia sedang dalam suasana hati yang buruk

Hal ini membuat Beliung merutuki kejadian tadi sore yang menjadikan suasana hati kembarannya buruk.

Kejadian di mana Taufan meninggalkan keranjang berisi cucian yang telah kering di kursi teras karena hendak ke warung, tetapi keranjang itu malah dijatuhkan seekor kucing berbulu oranye. Dan kucing itu juga tidur di atas hamburan cuciannya.

Wajar jika malam ini Taufan sangat kesal karena tadi juga ia harus mencuci ulang semuanya.

"Aku bikinin teh, ya?" tawar Beliung.

"Serah kamu aja, lah." Jika meningat lagi kejadian tadi sore, Taufan merasa kekesalannya kembali meningkat.

Sepeninggal Beliung, Sopan yang terlelap nampak terusik dan menggeram tidak nyaman. Buru-buru Taufan menepuk lembut kepala sang adik kemudian mengusapnya.

"Cup, cup, udah, ya, tidur lagi," bisiknya. Astaga, Taufan … adikmu itu sudah remaja, bukan bayi lagi.

Cukup dengan itu, Sopan kembali nyenyak dengan alam mimpinya seraya memeluk tangan kiri Taufan. Dengkuran halusnya terdengar begitu damai menyapa rungu sang kakak.

Sedangkan Taufan, ‘AJSHBSJWJWJ GEMES BANGET—’

Ya, setidaknya ini berhasil mengurangi rasa kesalnya yang hadir akibat kejadian tadi sore.

𝐒𝐀𝐏𝐏𝐇𝐈𝐑𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄 𝐒𝐈𝐁𝐋𝐈𝐍𝐆𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang