3-Bertemu Ayah

507 67 0
                                    

"Kamu?!"Duryudana tak kuasa lagi, menahan amarahnya.

Dia melangkah dengan langkah lebar, untuk menampar Gayatri. Sayang sekali, hal ini tidak berhasil karena Bima menahan tangan Duryudana.

"Jangan menyentuhnya, atau aku akan mematahkan tangan mu!"desis Bima.

"Hmph! Apa kamu berani melawan kami seratus bersaudara? Kalian hanya berlima?"arogan Duryudana dengan nada meremehkan.

Gayatri semakin cemas, jika seperti ini terus. Maka pertikaian akan terjadi, dan bagaimana bisa kakak-kakaknya melawan seratus bersaudara itu?

Kenapa Bisma Yang Agung tidak keluar dan menghentikan pertikaian?!

Apa yang dia rencanakan?!

"Oh.... Kamu pikir kami takut?!"geram Arjuna dengan tatapan bermusuhan.

"Apakah kalian para Pangeran Kurawa akan menindas saudara-saudara kalian sendiri?! "Gayatri tidak punya pilihan lain, selain buka suara.

Jika dia berdiam diri terus, pertengkaran akan terjadi dan kakak-kakaknya kemungkinan akan terluka.

"Saudara? Hahahaha.... Aku tidak berniat menjadi saudara dari anak-anak Raja Hutan~"ejek Duryudana dengan tawa terbahak-bahak, tentunya tawa Duryudana ini, menyulut api kemarahan para Pandawa.

"Jangan menghina ayah ku!!"marah Sadewa.

"Saudara ku, Duryudana. Kamu sudah kelewatan dengan menghina ayah kami"ujar Yudistira dengan serius.

Meskipun dia memang menyukai perdamaian, dia tidak akan akan tinggal diam saja, jika ada yang menghina ayah mereka.

"Raja Hutan?"ulang Gayatri dengan wajah dingin.

"Iya, Raja Hutan~ Hahahaha"tawa para Kurawa.

"Lalu apakah Dinasti Kuru telah diubah menjadi lautan Hutan?
Bagaimana kalian mengaggap Dinasti Kuru sebagai Hutan?

Sungguh tidak sopan, kalian mengejek kerajaan yang telah dibangun dengan darah para pendahulu, dengan lelucon yang tidak berati ini.

Katakan pada ku, para pangeran. Apakah kalian menghina Kerajaan Hastinapura dengan menyamakan Kerajaan ini dengan HUTAN?!"ucapan Gayatri tidak tergesa-gesa, dia berbicara dengan pelan dan penuh intonasi penekanan pada bagian yang diperlukan.

Hal ini membuat para Kurawa terdiam dan kebingungan, mereka semua tidak terbiasa bermain permainan silat lidah, saat pembelajaran politik ataupun sejarah. Mereka semua terkadang tertidur karena saking membosankannya.

"Para Pangeran Kurawa, aku bukannya ingin menggurui kalian. Tapi harap diingat, perhatikan setiap ucapan kalian. Jangan sampai kalian mempermalukan leluhur diatas sana, karena melontarkan lelucon yang tidak berdasar. Jika tidak ada yang lain, aku dan kakak-kakak ku akan permisi. Salam!"Gayatri melangkah melewati para Kurawa yang kebingungan, dan tentunya dibelakang Gayatri ada para Pandawa yang mengikutinya.

Disisi lain, Bisma mengawasi kecerdasan Gayatri dalam menyelesaikan masalah, merasa kagum.

Anak sekecil itu sudah memiliki pengetahuan yang luas, adalah suatu berkah bagi Hastinapura karena memiliki seorang anak yang cerdas dan berada dalam kebenaran.

***

"Itu luar biasa! Bagaimana kamu membungkam seratus bersaudara itu~ Hahahaha...."tawa Bima dengan terbahak-bahak.

"Kakak perhatikan ucapan mu, aku tidak membungkamnya. Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran, lalu mereka adalah saudara-saudara mu juga. Jadi sebaiknya jangan bercerita buruk tentang mereka"nasehat Gayatri.

Gayatri sangat paham jika istana memiliki banyak mata dan telinga, karenanya dia tidak ingin menghina anak kesayangan Yang Mulia Raja Destarasta!

Bagaimana jika dia terkena masalah karena hal itu?

Dia juga tidak ingin Kakak Bima memiliki masalah, makanya dia menasehati dengan sungguh-sungguh.

"Yang dikatakan Gayatri memang benar, kita tidak boleh bercerita hal-hal buruk tentang saudara-saudara kita"nasehat Yudistira pada adik-adiknya.

"Hmph! Aku tidak akan mendengarkan! Dia adalah bajingan! Bagaimana kita bisa melupakan penghinaannya pada Ayah?!"marah Bima dengan tangan terkepal.

"Jika aku punya kesempatan, aku akan menghajarnya!!"geram Bima.

"Bima! Dengarkan aku, tidak baik menyimpan dendam "

Bima hanya bisa mengerucutkan bibirnya karena kesal, atas nasehat yang diberikan Yudistira.

"Salam para Pangeran, Nona Gayatri diminta Yang Mulia Raja Destarasta untuk menghadap padanya"ucap salah satu pelayan.

Gayatri menghela nafas panjang, sepertinya para Kurawa telah mengadu pada ayah mereka.

Lalu kemungkinan aku akan dihukum kan?

Sudahlah...

Hal seperti ini sudah aku harapkan terjadi, bagaimanapun aku dari awal hingga akhir bukanlah Putrinya.

Aku hanya variabel yang paling dibencinya.....

Ah......

Aku salah, bagaimana bisa membenci?

Itu adalah sebuah kemewahan jika dia mengingat ku, dia pasti telah melupakan keberadaan ku.

Aku ragu dia mengingat fakta bahwa aku juga Putri kandungnya, dia mungkin hanya akan ingat jika aku adalah anak angkat dari saudaranya.

Menyedihkan...

Gayatri melangkah meninggalkan para Pandawa setelah pamit untuk bertemu Raja Destarasta.

Dia melangkah dengan langkah besar, setiap lorong yang dilewatinya terasa familiar dan penuh luka yang menganga lebar.

Jalan yang selalu dilewati untuk mengintip keberadaan ayahnya, tetapi saat bertemu hanya wajah penuh amarah yang ditampilkan.

Aku pikir setelah semua kasih sayang yang diberikan Ayah Pandu, Ibu Kunti dan Ibu Madri.

Aku sudah tidak peduli dengan kesan ataupun semua yang terlintas dipikirannya tentang ku....

Tetapi lagi-lagi aku salah!

Aku bahkan dapat menebak posisi Raja Destarasta berdiri sekarang, mungkin karena aku telah mengawasi setiap gerak-geriknya, karena merindukan kasih sayang seorang ayah.

Aku bisa menebaknya, jika hal pertama yang aku lihat saat bertemu dengannya.....

Adalah....

Raja Destarasta akan membelakangi dirinya, setelahnya berbalik dengan wajah penuh amarah.

Selanjutnya....

Dia mungkin akan melemparkan barang-barang berharga itu....

Apa aku benar?

Raja Destarasta?

Ini menyedihkan, kenapa harus kamu yang ditakdirkan sebagai ayah ku?

Kenapa bukan Ayah Pandu saja?

Aku benar-benar menyesali karena lahir sebagai Putri mu.

***

Bersambung ~

Mewek banget~

Cup.... Cup....

Jangan nangis teman-teman~

Mari kita berharap, jika Destarasta akan menyesal suatu saat nanti!

See you

Variabel Mahabharata_[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang