"Mike?" tanya Jeanny seraya menahan napas.
Detak jantungnya langsung naik beberapa denyut. Samar-samar dia dapat mencium bau parfum Mike, lembut, tidak mengintimidasi seperti parfum milik Dom. Untuk sesaat rasanya Jeanny ingin terus berada dalam dekapan hangat pengacara berkacamata itu. Namun, Jeanny segera menelan ludah dan menjauh dari tubuh pria matang itu.
"A-aku tidak apa-apa," jawab Jeanny gugup.
"Kakimu?" tanya Mike menyadari bebatan yang membalut mata kaki gadis itu, di balik sandal japit yang dipakai.
"Ah, aku hanya terkilir." Jeanny mengaitkan anak rambut yang jatuh di wajahnya ke telinga, berusaha menutupi kegugupannya.
Mengapa keberadaan Mike membuat dirinya tidak bisa mengendalikan diri? Aura pengacara itu lembut dan menenangkan tapi entah mengapa Jeanny sering kali salah tingkah, apalagi saat Mike menatapnya lekat seperti saat ini.
Mike memperlebar senyumnya. "Buku mana yang ingin kau ambil?" tanya ramah sambil memegangi tangga, bersiap memanjat begitu Jeanny menyebutkan judul buku yang dia inginkan.
Rasa hangat memenuhi dada Jeanny melihat bagaimana sikap Mike yang begitu manis, siap menolongnya bagai pangeran berkuda putih.
"Buku yang itu." Jeanny menunjuk buku bersampul biru dari rak ketiga dari atas.
Mike dengan cekatan mengambil buku itu dan turun. Sebuah kegesitan yang tidak diduga oleh Jeanny. Dengan senyum lebar, Mike menyerahkan buku itu pada Jeanny.
"Ada lagi?" tanya Mike simpatik. "Aku akan membantumu mengambil buku, kau tidak mungkin memanjat tangga dengan kaki seperti itu."
"Ta-tapi, aku tidak ingin merepotkan ...."
"Aku tidak merasa direpotkan. Kebetulan aku juga ingin membaca buku dari bagian ini, jadi sekalian aku mencari buku yang kumau. Bagaimana?" Mike memamerkan senyum penuh karisma yang membuat jantung Jeanny kehilangan satu detaknya.
Dia membalas senyum Mike sebelum menyebutkan beberapa judul yang dia inginkan. Sekitar lima belas menit berikutnya, Mike dan Jeanny sudah duduk di salah satu meja perpustakaan dengan tumpukan buku di depan mereka. Pria itu ternyata hanya mengambil satu buku untuk dibaca, berbeda dengan Jeanny yang membawa sekitar empat buku untuknya.
"How to be a good Personal Assistant?" Mike membaca salah satu buku Jeanny dengan ekspresi heran. "Kau melamar pekerjaan baru?"
"Dom menawariku untuk menjadi PA-nya," jawab Jeanny sambil mengeluarkan ponsel untuk memfoto halaman-halaman yang dia butuhkan, sebelum ke komputer di perpustakan untuk mengetik tugasnya.
"Menjadi PA Dom?" Alis tebal Mike bertaut dengan keraguan. "Kau akan menerimanya?"
Jeanny memandang Mike dengan tatapan sengit, merasa dipojokkan dengan pertanyaan beruntun dari pria itu. "Memangnya kenapa? Bukan urusanmu aku mau bekerja apa."
Mike mengembuskan napas, menyadari bahwa dia sudah keterlaluan. Pria itu meletakkan buku itu di atas meja sambil tersenyum menenangkan. "Aku hanya khawatir, Jeanny. Menjadi PA seseorang berarti kau akan berada di dekat Dom terus menerus ...."
"Ada apa dengan Dom?" balas Jeanny masih kesal. Sejak awal Mike terkesan ikut campur dan semakin hari, Jeanny merasa kalau pria itu sedang berusaha menghasutnya untuk meninggalkan sang pemilik kasino. Padahal Dom bersikap begitu manis pada dirinya, bahkan menawarkan jalan keluar atas permasalahan yang dia hadapi.
Pria berkacamata itu tersenyum lemah. "Kau pasti sudah bosan aku berkata ini berulang kali, Dom itu berbahaya, Jeanny. Kau seharusnya menjauh darinya ...."
"Aku membutuhkan pekerjaan ini!" sahut Jeanny menaikkan nada suaranya, membuat seluruh mata tertuju pada mereka dengan tatapan kesal. Gadis itu langsung menutup mulutnya dan meminta maaf. Dia menoleh ke arah Mike dengan alis berkerut dalam. Dia memang berterima kasih pada Mike yang telah membantunya mengambil buku, tapi keberadaan pria itu justru membuatnya tidak bisa fokus pada hal yang seharusnya dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Naughty Daddy [AGE GAP WARNING]
Romance🔞 [Memuat Konten Dewasa. Bijak memilih bacaan. Dosa tanggung Sendiri. Kamu sudah diperingatkan] Ada degup yang meliar di dada Jeanny, ketika seorang pria matang meninju si Berengsek yang berani mengganggunya. Lengan kukuh dengan kekuatan yang mampu...