Hari berlalu. Ada banyak hal yang membuat orang terpikat di Las Vegas. Begitu gemerlap dan penuh keindahan-keindahan mimpi yang diletakkan pada keping-keping koin judi yang menghias meja. Mereka yang ada di sini kebanyakan bukan untuk mencari uang, tapi untuk menikmati sensasi ketegangan yang hadir saat mempertaruhkan apa yang dimiliki demi mencapai ketidakpastian yang menjerumuskan.
Namun, bukankah di sana setan membisikkan pesonanya? Membuat orang-orang kaya itu membangkrutkan diri mereka dengan suka rela.
Sementara itu, Jeanny di apartemen mungilnya kembali mengompres pergelangan kakinya dengan kompres hangat mengurangi nyeri. Dia kembali memasang bebat dan meminum obat antinyeri.
"Kau kuat Jeanny!" Gadis itu menyemangati dirinya sendiri. Dia tidak mungkin cuti terlalu lama apalagi dengan semua kebaikan Dom. Meskipun masih ada sisa nyeri, keinginannya untuk kembali ke rutinitas dan dinamika kerja di kasino terbesar di Las Vegas, tempat dia bekerja sebagai asisten pribadi pria itu mendorongnya untuk melupakan rasa sakit fisik tersebut.
Memikirkan Dom, membuat bibir Jeanny tanpa sadar melengkung ke atas.
Dom dikenal sebagai sosok yang tegas dan berwibawa, tapi dia memiliki sisi lain yang hanya sedikit orang yang tahu. Dom bisa sangat perhatian dan lembut, terutama terhadap dirinya. Tubuh atletis pria yang hampir selalu dibungkus jas itu tidak pernah gagal membuatnya terpesona.
Jeanny bahkan terkejut ketika turun dari apartemennya dan melihat ada mobil mewah terparkir di depan dan seorang pria tampan tak dikenal dengan setelan rapi menghampirinya.
"Good morning, Miss Valentine. Saya supir baru Nona. Mr. Dom memerintahkan saya untuk mengantar dan menjemput Miss mulai saat ini."
Mulut Jeanny terbuka, tapi di tak ingin berdebat melihat banyak mata yang mulai menatap heran ke arahnya. Dengan berterima kasih, Jeanny pun mengikuti pria itu dan duduk di belakang setelah dibukakan pintu.
Dengan berdebar, Jeanny membayangkan apa yang akan dilakukan Dom saat dirinya tiba di kantor. Jeanny merasa sikap Dom menjadi lebih posesif akhir-akhir ini. Menanyakan keberadaannya setiap waktu. Memastikan dia tetap di apartemen dan beristirahat, mengirimkan makanan dengan layanan pesan antar. Bahkan baju-baju baru yang mahal. Jeanny benar-benar merasa berada di awang-awang.
Langkah Jeanny agak sedikit tertatih. Ketika Jeanny memasuki ruang kerjanya, Dom menyambutnya dengan ekspresi khawatir yang di mata gadis itu terlihat begitu tulus.
"Duduklah, Sweety. Aku tidak ingin kau berdiri terlalu lama," pinta Dom sambil menarik kursi untuknya. Tindakan tersebut merupakan permulaan dari serangkaian perhatian lembut yang akan Jeanny terima hari itu.
"Aku sudah tidak apa-apa, Sir..."
"God! Sudah berapa kali aku bilang agar kau memanggilku Dom!"
Permintaan menuntut yang terdengar posesif di telinga Jeanny. "Maaf, tapi...." Pesonamu langsung membuatku bergairah sekaligus takut aku akan terbawa hingga aku selalu memberi jarak, lanjut Jeanny dalam hati.
"Aku tidak menerima penolakan!" Singkat, padat, jelas.
Maka Jeanny pun hanya mengangguk sambil tersipu.
"Aku juga punya permintaan padamu agar tidak keluar dari ruangan ini kapan pun. Kau akan kubawakan makan ke sini, aku akan menemanimu."
Lagi-lagi mulut Jeanny terbuka tak percaya. Dom bergerak mendekat dan menundukkan tubuhnya sebelum bibir seksi pria itu mendekati telinga kanan Jeanny dan berbisik, "Aku hanya ingin memastikan kakimu benar-benar pulih,"
Wajah Jeanny pun memerah dengan cepat.
Di ruang kerja yang elegan, didominasi oleh warna hitam dan emas yang menciptakan atmosfer mewah dan megah, Dom memberikan perhatian penuh kepada Jeanny. Pria itu tidak hanya berjanji, tapi juga menepati setiap janjinya. Dom memesankan minuman untuknya, sesekali melemparkan pandangan penuh kekhawatiran dan selalu memastikan bahwa Jeanny merasa nyaman dan tidak kesakitan di kursi kerjanya.
Namun, di balik semua perhatian Dom, Jeanny tidak bisa menghilangkan kata-kata peringatan dari Mike. Wajah serius dari pria yang biasanya penuh keceriaan itu membuatnya sedikit khawatir. Mike berkata bahwa dirinya harus berhati-hati dengan Dom. Namun, setiap gestur kecil dan perhatian yang diberikan Dom perlahan membuat Jeanny merasa terpesona. Dia mulai melihat sisi Dom yang berbeda, sisi yang membuatnya merasa spesial dan dihargai.
Mungkin Mike hanya salah paham selama ini. Mungkin semua hanya tuduhan tidak berdasar!
Sebagai bukti, Dom sering mengungkapkan perhatiannya dengan kata-kata yang berkelas dan penuh kepedulian.
"Aku tak ingin awan mengganggu keindahan sinarmu. Karena itu, izinkan aku menjagamu," rayu Dom halus yang langsung membuat Jeanny merasa dipahami dan dihargai. Dom bahkan tak segan memijat bahu Jeanny hingga gadis itu salah tingkah. Aroma parfum lembut, tapi terasa jantan membuat dada Jeanny berdebar keras.
"Las Vegas mungkin tidak pernah tidur, Sweetheart, tapi di sini, di sisiku, aku harap kau bisa menemukan ketenangan...."
Mendengar kata membius di telinga, pijatan lembut di bahu, membuat Jeany tersadar. Rasa itu semakin solid dan kuat. Bahwa perasaannya terhadap Dom telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam daripada sekedar rasa hormat atau kagum. Kelembutan, perhatian, dan kehangatan yang diberikan Dom telah menembus dinding yang selama ini dibangun Jeanny untuk melindungi dirinya. Di tengah kehidupan yang penuh dengan kesibukan dan tuntutan, Jeanny menemukan kehangatan dan kenyamanan di sisi Dom. Seolah menjanjikan awal dari hubungan yang mungkin berkembang menjadi lebih dari sekedar hubungan antara atasan dan asistennya.
Suara interkom terdengar, tapi samar dan terputus-putus.
"Sir, Mr ... sudah ... ruang...."
Bersama suara debas kecewa terdengar, Dom serta-merta menuju mejanya dan menutup suara interkom itu keluar lebih banyak. "Aku harus pergi, kau tunggu saja di sini."
"Bukankah aku harus membantumu merekap rapat?" Jeanny keheranan dan bersiap seolah ini adalah debut pertamanya sebagai PA.
Namun, senyum Dom kembali membius melihat gelagat Jeanny hendak memprotes. "Ini belum bisa kau tangani. Kau harus belajar lebih banyak dulu."
Tiba-tiba kecupan lembut mendarat di dahi Jeanny. Gadis itu langsung kehilangan kata-kata apalagi setelahnya, Dom meletakkan jari telunjuk dan jari tengahnya di bibirnya sendiri, mencecup, lalu menempelkan di jemari itu ke bibir Jeanny seolah melakukan ciuman tak langsung.
Tak menunggu reaksi Jeanny, Dom pun langsung bergerak keluar ruangan.
Baru saja Jeanny hendak melanjutkan pekerjaannya, gawai yang diletakkan di meja bergetar. Jeanny terkejut dengan nama yang muncul di sana meneleponnya di sore yang tenang ini.
Mike....
Question's Time:
💋 Apa Dom akan mengetahui Mike nelpon Jeanny di jam kerja?
💋 Bakal diapain nih Mike sama Dom?
💋 Kamu lebih suka Mike apa Dom? Kalau Shireis sih suka William [lho]
Tekan ⭐ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!
Holy Kiss,
💋
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Naughty Daddy [AGE GAP WARNING]
Romance🔞 [Memuat Konten Dewasa. Bijak memilih bacaan. Dosa tanggung Sendiri. Kamu sudah diperingatkan] Ada degup yang meliar di dada Jeanny, ketika seorang pria matang meninju si Berengsek yang berani mengganggunya. Lengan kukuh dengan kekuatan yang mampu...