"B-Bom!?" Jeanny mematung sesaat.
"Kau sungguh menggemaskan, Jeanny Valentine." Dom yang terkekeh membuang gunting itu ke kasur dan menghalangi si gadis untuk mengambil.
"Hei!" pekik gadis itu spontan.
Jeanny memelotot seraya melepas tautan tali dengan kasar. Namun, tiba-tiba sekotak bingkisan hitam kebiruan berpita pola mawar putih menyembul keluar, mengejutkan rasa penasaran yang bercampur ketakutannya. Bahunya melemas seketika, sepertinya pria itu hanya bercanda, kan?
Bingkisan itu terlalu indah untuk membungkus sebuah bom.
"A-Apa ini, Dom?"
Saat menarik pita cantik dengan hati-hati—seolah sayang jika jalinan mawar satin itu dirusak, sebuah kecupan singkat mendarat di pipi Jeanny. Seketika ia tersengat atas perlakukan pemilik kasino termewah di negara bagian ia tinggali ini.
Apa maksudnya itu tadi?
Sebelum berbalik dan benar-benar pergi, penglihatan Dom tertumbuk pada satu set alat kosmetik serta perawatan kulit gadis itu yang berhamburan di sekitar kaki ranjang.
"Jangan buat aku menunggu lama di luar, Sweetheart." Dom mengakhiri dengan memberikan senyum seduktif.
Ketika Jeanny hendak menyuarakan protes, Dom sudah menghilang di balik anak tangga ketika menuruni lantai apartemen.
Netra sebiru langit Jeanny membeliak ketika membuka kado manis Dom.
"Ah .... Unbelievable! Haruskah aku memakai ini!?"
Sebuah gaun pesta koktail putih selutut terentang nyata di muka Jeanny. Tangannya gemetaran menjinjing balutan satin selembut beledu itu. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Ingatannya melanglang buana ke sebuah kenangan lamanya semasa pesta perpisahan sekolah menengah atas.
Impian semua gadis yang selalu ingin memakai gaun bak putri raja pupus. Ia terpaksa berbohong kepada Ibunya bahwa pesta itu membosankan. Alih-alih membeli gaun malam perpisahan, Jeanny hanya bisa mengeluarkan uang untuk biaya perawatan Ibunya serta kebutuhan dasarnya. Lebih-lebih masalah keuangan—PHK besar-besaran—yang tengah menimpa foster parents-nya waktu itu tentu saja menciutkan nyali Jeanny untuk sekadar meminta sebuah gaun. Selain mereka tidak sekaya orang tua teman sekolah lainnya yang bisa menghabiskan soft hours bersama keluarga di restoran atau tempat wisata mewah. Toh, Jeanny tidak memiliki relasi banyak, apalagi menghabiskan akhir pekan dengan berpesta.
Sebuah gaun tak ada gunanya apabila tidak dipakai merayakan kegembiraan.
Ia peluk gaun itu erat hingga air mata menetes di pipi.
"Wake up, Jeanny!"
Jeanny menepuk kedua pipinya dengan semangat. Lantas tanpa membuang waktu lagi, ia bergegas memakai gaun pemberian seraya menghirup oksigen dalam-dalam.
Potongan cold-shoulder menangkup sangat pas di bahu mungilnya. Area lehernya yang membingkai huruf V lebar tidak terlalu turun hingga memamerkan belahan dada. Bahkan nyaris tidak terlihat. Model rok pada gaun jenis A-line seolah mempertahankan bentuk tubuh Jeanny sesuai usianya sekarang. Terutama warna putih susunya, membuat dirinya seolah memancarkan aura ceria sekaligus syahdu. Sederhana, tetapi elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Naughty Daddy [AGE GAP WARNING]
Romansa🔞 [Memuat Konten Dewasa. Bijak memilih bacaan. Dosa tanggung Sendiri. Kamu sudah diperingatkan] Ada degup yang meliar di dada Jeanny, ketika seorang pria matang meninju si Berengsek yang berani mengganggunya. Lengan kukuh dengan kekuatan yang mampu...