Jeanny menarik napas dalam-dalam selagi lift yang dinaiki bergerak ke atas. Di tangan, gadis itu memegang map yang berisi kontrak pekerjaan menjadi personal assistant Dom. Bahkan setelah membulatkan tekad dan menandatangani berkas itu, dia masih tidak percaya bahwa nasibnya akan berubah.
Penjelasan Dom mengenai pekerjaan PA membuat Jeanny bertanya-tanya apakah memang bisa semudah itu, tapi dia bertekad untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia akan belajar menjadi PA yang baik bukan hanya demi uang, tapi juga untuk menambah nilai pada dirinya. Sungguh disayangkan Jeanny harus berhenti sekolah karena ekonomi, tapi bukan berarti dia akan berhenti belajar.
Ketika pintu lift terbuka seiring dengan denting terdengar, Jeanny melangkahkan kaki menuju kantor Dom dengan tekad baru. Dia bertemu dengan sang sekretaris yang tersenyum ramah padanya.
"Apakah Tuan Petrov bisa ditemui? Saya ingin menyerahkan kontrak kerja ...."
Harusnya kontrak ini diserahkan ke bagian HRD tapi anehnya Dom memintanya menyerahkan langsung.
"Maaf, Nona Valentine, Tuan Petrov saat ini sedang menerima tamu," jawab sang sekretaris membuat kekecewaan muncul di hati Jeanny. Dia tidak akan bertemu Dom.
Tunggu, mengapa harus kecewa?
Jeanny menampar dirinya secara mental untuk mengembalikan senyum profesional ke wajahnya. Dia menyerahkan map berisi berkas pada sang sekretaris.
"Kalau begitu, saya minta tolong untuk menyerahkan ini pada Tuan Petrov--"
"Aku akan mengantarmu kembali ke hotel." Suara Dom yang berwibawa menggoda telinga Jeanny membuat detak jantungnya bertambah. Gadis itu langsung menoleh ke arah pintu kantor yang terbuka. Dom sedang berdiri, menahan pintu untuk seseorang yang Jeanny tidak pernah lihat.
"Tidak perlu." Pria misterius yang sama tinggi dengan Dom menjawab dengan tegas dan dingin. "Aku tahu kota ini seperti telapak tanganku."
Jeanny menahan napas melihat sosok yang nyaris seintimidatif Dom. Rahangnya yang kaku, mata birunya yang sedingin es, rambut pirang yang dipotong rapi membuat gadis itu merasakan bahwa pria itu tidak boleh dilanggar. Dia hanya bisa tertegun melihat dua pria matang yang menjulang di hadapannya.
"Oke, sampai jumpa waktu makan malam, Axel." Mata Dom akhirnya menangkap sosok Jeanny yang memeluk map. Dia langsung melewati Axel dan berjalan mendekati gadis itu. Terlalu dekat malah. Jeanny dapat mencium aroma musk yang maskulin dan membuat pikirannya meliar. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Jeanny menelan ludah sambil mengurung kembali imajinasinya walau matanya tidak bisa lepas dari bibir Dom yang nyaris saja dia rasakan. Mungkin waktu itu lebih baik dia menyerah dan membiarkan Dom melumat bibirnya, merasakan lidah pria itu menerobos dan ....
"Ehm!" Jeanny menampar dirinya kembali secara mental. Dia menyodorkan map kepada Dom. "A-aku mau menyerahkan ini. Kapan aku bisa mulai bekerja sebagai PA?"
Gadis itu dapat melihat Axel mengangkat alisnya tanda heran. Dom yang menyadari tatapan Jeanny tertuju pada Axel mengerutkan alis tidak suka.
"Jeanny, lihat aku," titahnya sambil memegang dagu gadis itu dan mengarahkan agar tatapan mereka bertemu. Tiba-tiba saja Jeanny merasa suhu di ruangan itu naik seiring dengan wajahnya yang memanas. Dia menyadari dirinya tersesat dalam mata gelap Dom. Berbahaya. Pria itu tampak ingin melahapnya.
"Tugas pertamamu adalah menemaniku makan malam dengan Axel. Dia adalah CEO dari Crown Land Development yang akan membangun kasino megahku berikutnya." Bibir Dom membentuk seringai, membuat Jeanny merasa pria itu akan memangsa dirinya.
Tanpa bisa berbuat apa-apa, Jeanny hanya bisa mengangguk paham membuat Dom tersenyum puas. Pria itu senang Jeanny menurut dan tunduk padanya. Tanpa ragu, dia meraih pundak Jeanny lalu membalikkan badan gadis itu menghadap Axel. Sentuhan Dom terasa begitu posesif, membuat Jeanny merasa dirinya dimiliki. Bukan perasaan yang buruk, tapi Jeanny merasa malu, apalagi di hadapan rekan kerja Dom.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Naughty Daddy [AGE GAP WARNING]
Lãng mạn🔞 [Memuat Konten Dewasa. Bijak memilih bacaan. Dosa tanggung Sendiri. Kamu sudah diperingatkan] Ada degup yang meliar di dada Jeanny, ketika seorang pria matang meninju si Berengsek yang berani mengganggunya. Lengan kukuh dengan kekuatan yang mampu...