Dom mencibir. "Pengecut!"
Satu detus memelesat mengenai punggung si penguntit hingga ambruk.
Akan tetapi, tampaknya si penguntit masih gigih. Ia terseok-seok, mencengkeram kaki Jeanny yang telah menuai tremor di sekujur tubuh.
Detus kedua Dom hadiahkan mengenai tangannya. Bercak darah memercik, menyentak Jeanny yang mulai kehilangan kesadaran. Ia tendang belati milik penguntit itu sejauh mungkin, sebelum kembali bangkit dan membalikkan keadaan.
Dom berlari menghampiri gadis itu. "Jeanny!?"
Ia tepuk-tepuk lembut pipi Jeanny sampai kesadarannya mulai berkumpul, sebelum benar-benar pingsan di tempat.
"Bisa berdiri?"
Sorot mata Jeanny masih terpaku ngeri ke pria penguntit itu. Ia spontan mencengkeram lengan Dom.
"Kita harus pergi dari sini," bujuk Dom mengangkat Jeanny yang dirasa tak mampu berdiri. Bahkan omongannya tidak didengar.
Kemudian Dom menggendong Jeanny untuk segera keluar dari tempat bau tengik dan pesing itu.
Di dalam kuda jingkrak merahnya, Jeanny masih membisu. Dom pun memarkir sejenak supercar-nya di depan swalayan kelontong 24 jam. Ia kembali membawa sebotol air isotonik dingin.
"Jeanny, do you hear me?"
Jeanny masih bergeming, memeluk diri sendiri, sorot matanya menatap kosong ke depan.
Dom tersenyum jail. Ia tempelkan botol berembun itu ke pipi Jeanny. Gadis itu terlonjak hingga memunculkan pekikan parau.
Beberapa kerjap, Jeanny menoleh kepada sosok rupawan yang berantakan berbalut setelan formal. Gadis itu menerka-nerka apakah ini mimpi tiba-tiba bertemu malaikat charming.
Jeanny pun menggeleng pelan.
"Dom ...?"
"Oh, God! Kukira aku harus bernegosiasi dengan para malaikat Tuhan agar kau kembali ke sisiku."
Pipi Jeanny merona perlahan mendengar selera humor atasannya itu. Ia pun menenggak minuman segar itu begitu Dom kembali menawarkannya.
"Aku akan mengantarmu pulang, okay?"
Jeanny mengangguk.
"Kau sudah berjanji untuk tidak hanya merespons anggukan, kan?"
"Iya. thank you." Jeanny tersenyum malu.
"Anytime."
"Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Jeanny menunduk malu. Ia peluk erat tas selempangnya. "Lagi-lagi aku merepotkan Tuan Pet—maksudku, Dom."
Dom yang berdiri menjulang begitu dominan, merunduk. Ia membelai anak rambut Jeanny yang menjuntai bebas nyaris menyentuh bibir lembap merah jambu. "Bagaimana jika aku tidak sedang berada di jalan itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] The Naughty Daddy [AGE GAP WARNING]
Romance🔞 [Memuat Konten Dewasa. Bijak memilih bacaan. Dosa tanggung Sendiri. Kamu sudah diperingatkan] Ada degup yang meliar di dada Jeanny, ketika seorang pria matang meninju si Berengsek yang berani mengganggunya. Lengan kukuh dengan kekuatan yang mampu...