BAB 2 : Keponakan

3.1K 396 11
                                    

(Selesai Revisi)

***

Ruang makan seketika menjadi sunyi karena pertanyaan Allen. Helaan napas keluar dari bibir tebal Rey. Dengan ekspresi bersalah, Ia menatap tampang bingung dan kecewa anaknya.

"Tapi kenapa aku tidak tau?," tanya Allen lirih. Ia menggenggam sendok dengan kuat hingga buku jari-jemarinya memutih. Diliriknya anak lelaki yang kini juga tengah menatap Allen dengan mata setenang langit sore. Tatapan yang bertemu sekian detik itu, segera diputus oleh Allen.

Anehnya Freya dan anaknya, Felix, terlihat begitu tenang. Mereka bahkan masih sempat meminum teh chamomile buatan Allen. Benar-benar ibu dan anak, Dieran saja sampai tertawa dengan canggung karena tingkah anak dan istrinya. Namun saat Rey melanjutkan penjelasannya, mereka fokus kembali kepada sang kepala keluarga.

"Allen, maafkan kami. Tapi kami merahasiakan semua ini darimu untuk menjaga keselamatan Felix. Kamu tau kan kalau saingan bisnis ayah adalah para penjual senjata ilegal? Karena mereka tak bisa melukai ayah ataupun kakakmu, mereka berusaha mengincar bayi di perut kakakmu hingga kami akhirnya memutuskan menyembunyikan Felix di luar negeri hingga kondisi kembali stabil," ucap Rey panjang lebar. Berusaha setenang mungkin menjelaskan bagaimana situasi mereka saat itu.

Otak kecil itu masih mencerna semua yang di katakan ayahnya, membuat sang empu hanya bisa termenung sembari menggerakkan jari-jarinya diatas bibir cangkir teh. Allen tau jika di dunia barunya ini, persaingan bisnis lebih brutal dan dapat menyebabkan pertumpahan darah, tapi tetap saja ia kecewa. Dengan ragu, ia bertanya sembari menatap ayahnya yang sedari tadi pandangannya tak lepas dari hidangan makanan di meja.

"Lalu? Kan ayah sama ibu bisa kasih tau Al. Al juga bisa tutup mulut kok," ujarnya dengan nada sedih. Walau ia suka bergosip dengan ibu-ibu tetangga, seperti ibunya, namun ia juga dapat menyimpan rahasia jika diperlukan.

"Waktu itu kamu kan masih 9 tahun sayang. Masih aktif-aktifnya pamer ke temen-temenmu tentang apa aja yang kamu punya. Apalagi kalau kamu tau ternyata kamu punya ponakan, wah seisi sekolah langsung tau," ungkap Leyla dengan tawa lembut karena mengingat betapa aktifnya anak laki-lakinya saat masih kecil. Membuat pipi Allen memerah malu karena aibnya dibongkar oleh ibunya sendiri di depan kakak ipar dan keponakannya.

"Ah ibu!" rengek Allen dengan kesal. Ia tak dapat menahan rasa malu hingga ia harus menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Tentunya hanya dibalas gelak tawa oleh anggota keluarganya, kecuali oleh Felix tentunya.

"Sudah, sudah... . Ayo makan dulu, nanti berkenalan lah dengan Felix," putus Rey dengan berwibawa, ia tak tahan ingin segera makan masakan anaknya. Karena masakan Allen memang lezat dan membuat ketagihan. Bahkan teman-temannya ada yang menuduhnya memakai pelet. Allen heran, memang di dunia barunya ini, hal semacam itu masih ada ya?

Akhirnya ruang makan yang tadinya riuh dengan gelak tawa, perlahan kembali tenang, digantikan oleh suara alat makan yang berdenting pelan.

Sudah menjadi kebiasaan Allen untuk membersihkan meja makan dan mencuci piring setelah semua anggota keluarga selesai menyantap masakannya. Karena itulah ayah dan ibu Allen tak memaksanya untuk kuliah. Karena jika Allen kuliah, maka, makanan lezat yang selalu terhidang di atas meja akan hilang setelah Allen sibuk dengan perkuliahan. Pembantu? Benar, Allen merasa seperti pembantu saja rasanya, apa karena ia anak kedua?

Suara air yang mengalir di wastafel, tertutup dengan suara TV di ruang tamu yang menayangkan acara perburuan hantu kesukaan Freya. Pria cantik yang kini tengah mencuci piring dengan pikiran melayang entah kemana karena penjelasan ayahnya, tak sadar jika Felix sudah berada di belakangnya dari semenit yang lalu.

Becomes the Villain's Uncle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang