BAB 5 : Jogging

2.3K 289 12
                                    

(Selesai Revisi)

***

Jam telah menunjukkan pukul 06.54, ruang makan telah rapi seperti sedia kala. Bunga-bunga di teras juga telah muak di tatap oleh Felix, saat anak itu menunggu Allen yang berkata ingin berganti baju terlebih dahulu. Padahal biasanya Felix sudah kembali dari joging jam segini, tetapi sekarang ia harus menunggu om nya berdandan.

"Felix! Ayo, om siap!" seru Allen dengan ceria. Tanpa rasa bersalah, ia berpose di depan Felix. Memperlihatkan penampilannya yang memakai celana legging hitam dan kaos putih oversize yang menutupi paha atasnya, serta rambut panjang nya yang diikat tinggi. Tak lupa, botol air minum dengan irisan lemon tergantung di pinggang rampingnya.

Berbeda dengan Felix yang hanya memakai celana olahraga pendek dan kaos hitam lengan pendek. Allen bertanya sembari mendekat ke  arah Felix, "Gimana? Om ganteng?"

Felix hanya bisa tersenyum datar dengan sudut bibir yang berkedut menahan umpatan. Ia heran, disini sebenarnya yang masih anak-anak itu siapa. Dengan anggukan lelah, Felix menjawab sembari berdiri, "Bagus... ayo om, matahari makin tinggi nanti."

Allen segera mengikuti Felix yang berjalan melewatinya dengan lari-lari kecil khas joging menuju jalan beraspal.

Mereka berdua akhirnya joging berdampingan, dengan Allen yang mulai menceritakan semua tentang masa sekolahnya hingga masa SD nya pun tak luput mengisi gendang telinga Felix.

"Terus kan ya, dulu om itu pernah ikut kemah, tapi karena om emang salah pilih temen, om harus nggak mandi 3 hari karena mereka ninggalin om. Mereka mah mandi di rumah kenalan mereka. Haha... jadi kamu juga ati-ati ya kalau milih temen," nasihat Allen dengan nada bercanda. Seolah ia telah memiliki pengalaman lebih dari satu kehidupan.

"Kenapa mereka ninggalin om?" tanya Felix dengan lugas, seolah tak peduli. Tetapi sebenarnya tanpa sadar, ia menikmati waktu sederhana seperti mengobrol sambil joging dengan pamannya. Biasanya, ia pasti akan joging dengan headset yang menemani kesepian-nya. Perlahan hatinya yang hampa, kembali menghangat. Membuat langkah kakinya menjadi lebih berirama dengan milik Allen.

Allen yang tadinya melirik beberapa penjual jajanan di pinggir jalan dengan lapar, menoleh kembali kepada keponakan tampannya. Ia berpikir, mengingat kembali kenangan masa SMP nya. Kakinya tak berhenti berlari kecil, mencoba menyamai lari Felix di sampingnya yang dapat di katakan cepat.

"Soalnya dulu om itu pemalu, jadi kalau ngomong itu lembut. Makanya cowok yang mereka anggep bos, sinis banget sama om," balas Allen dengan cengiran manis.

Felix hanya mengangguk mengerti, kakinya yang kuat belum merasa lelah walau taman kota yang terdapat hamparan bunga sudah terlihat. Ia bahkan mendapatkan pujian dari ibu-ibu yang juga joging di sepanjang jalan. Walau Felix tau para ibu-ibu itu hanya ingin memposting kegiatan mereka di sosmed. Terlihat dari togsis yang mereka bawa, panjangnya sepanjang LDR mu dengannya.

"Eleh-elehh, gantengnya adek ini. Mau sama anak saya dek?"

"Jangan cuma senyum atuh, sini sama Tante~"

"Aduh... saya mah, sama mas nya yang itu aja. Mulus banget mas kulitnya, scincare-nya apa? Kasih tips-nya dongg... ."

Felix dan Allen serentak menunduk dengan senyum sopan, lalu menambah kecepatan lari mereka.

Tapi setelah itu, napas Allen mulai memburu. Ia memegangi perut kanan bawahnya yang terasa ditusuk karena berlari jauh melampaui kemampuannya, mana ia habis sarapan lagi. Manusia malas yang ahlinya cuma tidur, masak, makan, dan tidur lagi sepertinya, disuruh untuk joging. Tentunya langsung ambruk.

Jadi teman-teman, jangan melakukan hal yang bukan keahlian kalian hanya untuk caper pada orang lain.

(Allen : Hilih, kalo kalian ciwi-ciwi liat gimana gantengnya ponakanku, udah kayang kalian pada nunggu dia gede, terus minta dinikahin!)

Becomes the Villain's Uncle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang