BAB 13 : Rumor

1.4K 203 37
                                    

(Selesai Revisi)

VOTEE SAYANG VOTEEE AND KOMENNN
༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ♡

Btw kalau ada typo atau kesalahan nama tokoh, pleaseee kasih tanda ya sayy

Enjoy(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

***

"Al, katanya akhir-akhir ini banyak kasus perampokan loh. Hati-hati ya, pake Stun Gun yang 1000 volt kalau lagi keluar malem-malem," saran salah satu pelanggan Allen yang juga adalah pengikutnya di Instagram.

"Iya, aduuh... jadi takut deh. Katanya bukan cuma barang yang di rampok, tapi ada kasus pel#c#han juga," timpal pelanggan lain yang sedang mengambil sepotong cheesecake untuk dibawa pulang.

Alis Allen berkerut khawatir, ia mengigit bibirnya dengan gugup seraya mengobrol dengan para pelanggannya yang mempunyai informasi terbaru tentunya, "Apa iya? Kenapa nggak ada polisi yang turun tangan sih?"

"Yah, katanya sih itu gara-gara pelakunya ternyata punya organisasi gelap. Makanya, beberapa pelaku yang tertangkap, semuanya bunuh diri," bisik seorang pelanggan paruh baya sembari melirik sekitar, seolah takut orang lain mendengar.

"APA?!" pekik Allen tanpa sadar setelah mendengar kabar mengejutkan tersebut. Namun jari-jarinya bergerak cepat menutup bibir pink-nya yang sedikit berkilap karena lipbalm setelah para pelanggannya memberikan isyarat diam dengan jari telunjuk mereka.

"Shhh... jangan keras-keras dong."

"Iya, aku masih sayang nyawa ya Al!"

Felix yang sedari tadi mendengarkan dari belakang meja kasir, mendengus lembut karena obrolan mereka. Ia heran, ini toko kue atau tempat gosip? Kebanyakan yang datang pun adalah perempuan, itu pun harus bergosip dulu dengan Allen, baru mereka mau pergi.

Saat ini ia tengah sibuk memasukkan kue-kue ke dalam tote bag bersama Ryan yang hanya bisa tertawa lemah.

"Felix... yang sabar ya, kamu pasti lelah tinggal sama Allen," iba Ryan dengan kekehan lembut. Ia segera menyerahkan tote bag pink bergambar kelinci kepada pelanggan.

"Hhh... iya om Ryan," balas Felix singkat. Ia ingin menyimpan tenaganya sebanyak mungkin, telinganya terasa akan pecah karena para pelanggan yang terus berbincang dengan nada tinggi. Mana lagi, ia harus menyentuh semua barang yang serba berwarna pastel imut. Felix merasa geli dan merinding sendiri.

***

"Om..., ayo pulang. Udah malem," ajak Felix lelah, mulutnya pegal karena menguap berkali-kali. Ia bersandar pada meja kasir, jari-jari panjang Felix menyugar rambut merahnya kebelakang dengan helaan napas berat saat Allen hanya menjawab dengan anggukan.

Allen berbaring di atas meja pelanggan, menahan pusing di kepalanya akibat kelelahan. Pelanggan hari ini terlalu ramai, Luna dan Ryan saja memesan hotel di dekat toko karena mereka tak kuat pulang ke rumah. Allen harus ingat untuk memberikan gaji besar pada sahabat-sahabatnya itu.

"Felix... kamu capek banget ya? Maaf ya, om ngerepotin," sesal Allen dengan senyum lemah. Perlahan ia bangun dari meja pelanggan walau tubuhnya terasa pegal dan remuk.

"Gapapa om... ayo pulang," jawab Felix singkat seraya mengacak rambutnya sendiri agar tak mengantuk. Sudut matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10.55, membuatnya tak sadar saat Allen berjalan mendekat.

"Felix... om sayang banget deh sama kamu. Makasih ya, udah mau bantu om sampai malam begini," ujar Allen dengan nada sayang sembari memeluk Felix hingga kepala anak itu bersandar dengan nyaman di dada Allen.

Becomes the Villain's Uncle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang