BAB 8 : Pendaftaran

1.7K 237 17
                                    

(Selesai Revisi)

***

Jam dinding di ruang tamu berdentang kembali menunjukkan pukul 06.33, matahari belum sepenuhnya muncul dan lampu-lampu jalan masih menyala redup menerangi beberapa manusia yang telah memulai aktivitas mereka.

Allen yang biasanya selalu sibuk di dapur sejak jam lima pagi, sekarang masih tertidur di tempat tidur empuknya. Hidungnya masih sedikit memerah setelah menangis begitu lama. Bukan... bukan menangis karena keluarganya tak bisa ikut merayakan pembukaan toko miliknya, tetapi karena tadi malam Felix memijat titik-titik sakit di pinggang Allen selama sejam penuh.

Bulu mata lentik itu bergetar lembut saat cahaya matahari menembus jendela kamar dan menyorot mata abu-abu cerah itu.

Allen perlahan membuka matanya dan bersiap merasakan rasa sakit di pinggangnya, namun rasa sakit yang ia tunggu benar-benar hilang. Tapi bukan berarti ia tak trauma, karena tadi malam sakit di pinggangnya bukan main.

Setelah nyawanya telah terkumpul, Allen langsung menolehkan kepalanya ke samping di mana Felix tengah tertidur lelap tanpa rasa bersalah. Bibir Allen mengerucut kesal, ingin sekali ia mengigit bocah setan yang berstatus sebagai keponakannya. Bahkan ia lupa untuk bahagia karena sekarang Felix mau tidur di sampingnya.

"Anak durhaka, awas saja kalau sampai bangun. Kucekik, kucincang, terus ku buang ke laut," gumam Allen penuh sumpah serapah sembari terus memelototi Felix.

Karena pinggangnya tak sakit lagi, Allen segera pergi ke kamar mandi. Ia tak peduli dengan membuat sarapan, ia sedang dalam mode ngambek. Biarkan para manusia itu kelaparan kalau tidak ada yang mau memasak.

Saat pintu kamar mandi tertutup, Felix yang tadinya terlihat tertidur lelap, tiba-tiba membuka matanya dengan seringai geli seraya menyugar rambut merahnya.

Ia baru tau pamannya itu sangat manis jika marah. Saat shower kamar mandi mulai berbunyi, Felix duduk di tempat tidur sambil menyenderkan punggungnya ke kepala tempat tidur. Ia bermain ponsel untuk menghilangkan kebosanan saat menunggu Allen.

Allen yang sedang membersihkan tubuhnya, menatap datar bekas merah berbentuk lima jari yang bertengger cantik di pinggangnya. Apakah Felix berusaha menghancurkannya atau bagaimana? Kenapa tanda kemerahan di pinggangnya belum hilang walau sudah semalaman?

Mood Allen benar-benar jelek, pastinya ia tak akan membuka bibirnya seharian walau ada yang mengajaknya mengobrol.

Seperempat jam kemudian Allen selesai mandi, ia memakai blouse putih dan celana panjang hitam agar terlihat sopan saat mendaftarkan Felix ke SMP nanti. Rambutnya yang panjang dan seputih salju pun ditata dengan gaya waterfall braid. Walau ia ngambek, Allen tetap tak tega membiarkan Felix mendaftar sendirian.

 Walau ia ngambek, Allen tetap tak tega membiarkan Felix mendaftar sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Waterfall braids)

Ketika Allen keluar dari kamar mandi, ia hampir berteriak terkejut karena Felix yang tadinya tidur, sudah bermain game di ponsel.

Becomes the Villain's Uncle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang