BAB 6 : Doramomon

1.9K 283 3
                                    

(Selesai Revisi)

***

Suasana menjadi hening, ketiga orang itu terdiam canggung, membuat Allen semakin malu hingga hampir menangis. ATM di tangannya bahkan nyaris jatuh karena tangannya bergetar. Allen hanya bisa menunduk dengan wajah semerah tomat, oksigen di paru-parunya pun hampir habis karena rasa cemas dan takut mulai menguasai dirinya.

Allen kira ia akan mati malu disana, tapi bahu Felix yang bergetar disampingnya, membuat Allen menoleh dengan bingung. Ia dapat melihat bahwa Felix tengah menutupi mulutnya dengan telapak tangan, seolah mencoba menahan tawa hingga mati, membuat tubuhnya bergetar lembut.

Tentu saja Allen semakin malu, ia mencubit gemas lengan Felix dan hanya dibalas kekehan lembut dari sang empu.

"Haha... hhh... berapa mang?" tanya Felix dengan senyum geli yang masih terukir di bibirnya. Pamannya lucu sekali, ia ingin mati tertawa rasanya. Felix menggelengkan kepala tanpa daya seraya mengambil dompet kulit hitam dari celana olahraga pendek yang ia pakai.

Allen yang pipinya memerah hingga terasa terbakar, mundur ke belakang Felix dengan air mata yang semakin menggenang di pelupuk matanya.
Allen bukannya sedih! Ia malu hingga ingin mengubur diri!

Allen bahkan harus menutupi wajahnya dengan dompet karena tatapan beberapa orang yang terlihat menahan gemas karena kelakuan Allen.

Si mamang akhirnya tersenyum kembali dan menjawab dengan ramah, "Hehe, 20 ribu saja den."

"Oke, ini mang... ," balas Felix sambil memberikan uang seratus ribu di tangannya pada si mamang bakso bakar.

"Aduh mas-nya, jangan cemberut dong, gak papa atuh sekali-sekali ditraktir sama adeknya," canda mamang penjual sembari memberi kembalian dan dua bungkus bakso bakar pada Alex. Allen yang mendengarnya, hanya bisa tersenyum sopan dan menepuk lembut pipinya memanas.

Setelah transaksi selesai, Felix menarik lembut lengan Allen ke bangku taman terdekat yang teduh.

Allen dengan patuh duduk di bangku saat Felix menepuk tempat di sebelahnya. Ia tadinya ingin meminta maaf pada keponakannya itu, tetapi tiba-tiba sebungkus bakso bakar disodorkan padanya. Felix tersenyum tipis, ini adalah pertama kalinya Allen melihat Felix tersenyum tulus, membuatnya menatap keponakan tampannya itu dengan linglung.

"Ini om, gapapa... aku yang traktir," sindir Felix halus, seakan menggoda Allen yang lupa membawa uang. Karena Allen memang ringan tangan, Allen langsung menampar lengan kiri Felix yang kuat dengan kesal. Namun malah telapak tangannya lah yang perih, ia bahkan mengaduh kesakitan sembari meniup telapak tangannya yang sedikit memerah.

"Felix, kamu makan apa sih? Lenganmu kok kerasnya kayak beban hidup?" sungut Allen sembari mengerucutkan bibir pink-nya, ia menerima sebungkus bakso bakar dari Felix dan memakannya. Perlahan kerutan kesal di dahinya memudar karena makanan enak.

Felix tak menjawab dan hanya mendengus lembut, lalu mengambil setusuk bakso dan mengigit bakso yang kenyal. Perlahan rasa gurih dan manis menyebar, walau tak selezat masakan Allen tentunya. Ia yakin, sesampainya di rumah nanti, pasti ia akan langsung merasa mulas karena makan makanan luar. Bukan karena lebay atau bagaimana, tetapi sedari kecil perut Felix lah yang selalu manja ingin makan masakan rumahan.

Mereka berdua makan sembari mengobrol kembali karena Allen sudah tidak dalam mode ngambek. Walau cara mengobrol mereka masih sama, Allen yang terus berbicara seperti kereta rem blong, sedangkan Felix hanya mengangguk dan menjawab seadanya.

***

Setelah puas Jogging hingga matahari semakin tinggi, Felix dan Allen sampai di rumah dengan keringat bercucuran membasahi kaos mereka.

Becomes the Villain's Uncle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang