(Selesai Revisi)
***
Malam itu, langit gelap tanpa bintang diiringi hujan rintik. Membuat kabut tipis menutupi jalanan yang di terangi oleh lampu-lampu tinggi. Beberapa burung hantu saling bersahutan layaknya klakson pendek bernada rendah, menyebabkan siapa saja yang mendengarnya menggigil ketakutan.
Sama seperti Allen yang akhirnya berani mandi setelah menyeret Felix untuk ikut mandi bersama. Mereka berdua duduk dalam bathtub dengan Felix yang memunggungi Allen. Wajah tampan itu telah semerah tomat hingga hampir terbakar, ia memijat pangkal hidungnya seraya menghela napas frustasi.
Bagaimana tidak malu? Manusia yang sejak empat tahun harus mandi sendiri, sekarang harus mandi dengan orang lain? Felix ingin mati rasanya.
Seolah tak peduli, Allen terus melumuri punggung kokoh di depannya dengan sabun cair. Tubuhnya sendiri pun telah ditutupi busa-busa sabun putih, membuat ruangan dipenuhi bau lemon.
Alasan yang Allen buat agar Felix mau menemaninya? Heh, Allen membuat alasan jika Felix tak bersih saat mandi karena anak itu hanya membutuhkan lima menit. Allen bilang bahwa ia tak ingin Felix sakit jika daki-daki di tubuhnya tak dihilangkan.
Tadinya Felix kabur-kaburan, bahkan ia sempat parkour mengelilingi halaman rumah untuk mengindari Allen. Sayangnya, Allen memegang sepiring lemon cake dingin sebagai ancaman untuk Felix. Membuat anak laki-laki berambut crimsom red itu, hanya bisa ikut pamannya dengan pasrah. Jika kalian bertemu Felix dan ingin membuatnya menurut, maka bawalah makanan dengan rasa lemon. Dijamin 100% Felix akan mengikuti kalian dengan patuh.
Senandung merdu mengalun indah dari bibir Allen, jari-jarinya memijat lembut rambut Felix yang kini telah berbusa akibat banyaknya shampo yang Allen aplikasikan.
"Sudah om, rambut Felix sudah bersih," desak Felix kesal, ia merasa jengah karena rambutnya telah berubah menjadi karya seni Allen sekarang, bentuk punk, tanduk, dan lain-lain telah Allen coba pada rambut merah itu.
"Hehe... iya sayang, maaf-maaf," sahut pria dengan wajah indah itu diiringi tawa geli.
"Sekarang, giliran om," ucap Felix dengan nada tak dapat di bantah. Ia keluar dari bathub dengan air yang mengalir melalui otot-otot tubuhnya yang sudah lumayan terbentuk, lalu mendorong punggung Allen hingga tubuh putih mulus itu menggantikan tempatnya tadi.
Allen yang merasa sudah puas bermain dengan rambut Felix, juga hanya menurut saat keponakannya itu mendorong punggungnya dan berganti menjadi duduk di belakangnya hingga air bathub yang penuh, tumpah sedikit.
"Oh iya, Felix... besok kamu bisa menemani om buat pembukaan jam 7 pagi kan? Tapi nanti kita berangkatnya jam 6, sekalian tata-tata kue," tanya Allen ingin memastikan seraya melirik Felix dari ujung matanya, karena kini rambutnya tengah diberi shampo oleh Felix.
Gerakan meremas-remas lembut rambut Allen yang Felix lakukan, seketika berhenti. Matanya tertutup seolah berpikir apakah ada acara besok, setelah yakin bahwa ia senggang, Felix menjawab singkat, "iya."
"Oke, besok kalau om bangunin kamu, jangan kebo ya," canda Allen dengan tawa kecil. Tangannya meraih penyumbat bathub untuk membuang air penuh busa itu dan menyalakan keran air panas, hingga air itu mengisi penuh kembali bathub.
"Hhh... iya om... tenang aja," balas Felix lelah. Rambut seputih salju di sela-sela jarinya, perlahan ia bilas dengan air bersih dari bathtub.
Busa-busa putih lembut perlahan mengalir turun dari kedua tubuh laki-laki itu menuju lubang pembuangan karena tersiram air. Kini mereka berjalan keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggang masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becomes the Villain's Uncle
Teen Fiction#Brothership #transmigrasi #NotBL❌ SUDAH REVISI (Mint gk pake Lo gue lagi, udah lumayan baku) Jangan lupa FOLLOW ❤️ DILARANG PLAGIAT‼️ NOVEL INI DARI ISI PIKIRAN MINT SENDIRI‼️ YANG PLAGIAT MINT DOA IN DI SELINGKUHIN 70 KALI‼️‼️ *** Disaat Allen te...