BAB 16 : SOS

2K 324 70
                                    

Amis

Telinga berdenging

Mata memberat

Tubuh seakan ditimpa oleh truk

Itulah semua hal yang dirasakan Allen saat ini. Setiap kali ia mencoba membuka mata, dengungan kencang hampir memecah kepalanya.

Hanya saja ia heran kenapa ia masih hidup, jadi ia memberikan dua jempol pada kehidupan kali ini. Fisik manusia-manusia di dunia ini memang sepuluh kali lipat dari dunia pertamanya.

"Dik! Adik masih sadar?!" teriak seorang wanita cantik dari salah satu sel. Pakaian wanita itu hampir sama dengan Allen, yaitu robek di sana-sini. Beruntungnya wanita berambut bob itu belajar bela diri dan mampu melawan, walau tak bisa kabur.

Hanya saja pertanyaan template itu membuat Allen ingin memutar matanya, 'Kamu bertanya-tanya?' itulah pikiran Allen saat ini.

Bagaimana bisa ia baik-baik saja kalau tubuhnya sudah bersimbah darah seperti korban pembantaian?

Namun Allen juga paham jika para tahanan di sana pasti syok melihat dia dibenturkan ke jeruji besi berkali-kali. Jadi Allen menggunakan tenaganya untuk mengangguk kecil yang tetap terlihat walau ia masih terbaring lemas.

Melihat anggukan itu sang wanita bernapas lega, setidaknya tak ada mayat yang akan membusuk disana.

Wanita itu juga tak mendengar suara berisik lagi setelah anak kecil yang Allen selamatkan pergi keluar ruangan.

Tadinya wanita itu hanya mendengar beberapa jeritan kesakitan dan akhirnya senyap, seolah memang tak ada kehidupan di luar ruangan.

Allen yang sedari tadi merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tak sadar dengan hilangnya anak berambut hitam yang harusnya ia lindungi.

Pikiran dan tubuhnya fokus untuk mengumpulkan energi agar bisa bangun. Dua menit berlalu, mata Allen akhirnya dapat terbuka walau darah dari dahinya hampir mengenai pupil mata.

Tangan Allen yang sudah dapat di gerakkan, mengusap kasar darah yang mengalir turun dari dahinya sendiri.

Akan tetapi, tak dapat disangkal jika tubuh Allen gemetar ketakutan melihat banyaknya darah berceceran. Entah itu di tubuhnya sendiri ataupun di lantai dan jeruji sel.

"Hoek... ," muntahan berupa air , tak dapat Allen tahan lagi. Untungnya yang ia muntahkan bukanlah sisa makan siangnya, sehingga dirinya sendiri tak jijik.

Setelah muntah hingga menguras isi perutnya, Allen berusaha berdiri dengan berpegangan pada jeruji. Tatapan jijik ia layangkan pada mayat hangus tak jauh dari tempat dia berdiri.

Jika mayat itu tak berdarah, Allen tak takut. Karena itulah semua barang yang berada di pakaian mayat pria itu, Allen pilah untuk di ambil.

"Hhh... hh... untung ada pistol," gumam Allen terengah. Kakinya berjalan tertatih keluar sel membawa pistol dengan peluru BB yang ia dapat dari saku celana si mayat.

Sepatunya pun, ia pakai kembali agar kakinya tak terluka.

"Dik! Tolong lepaskan aku juga!" mohon wanita berambut bob yang tadi menanyakan keadaan Allen dengan air mata berlinang, hingga maskara di matanya meleleh.

Beberapa orang yang melihat jika Allen dapat keluar, menatap pria itu dengan mata penuh harap juga.

Hal itu membuat Allen melirik wanita yang memanggilnya dengan senyuman tipis. Hanya saja kaki Allen terus menapak susah payah menuju luar ruangan, jawaban tenang keluar dari bibir yang sekarang sudah pucat, "Nanti ya..., kalau kalian keluar sekarang, kalian malah akan tertangkap lagi dan disiksa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Becomes the Villain's Uncle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang