BAB 15 : Berdarah

1.9K 277 47
                                    

Vote!
Komen!

***

Dengan tangisan yang mengeras, Luna menjawab tersedu hingga ia berlutut ke tanah, "ADIK RERE HILANGGG!!!!"

*
*
*

"APAAA?!!!" teriakan frustasi Ryan tak kalah keras dengan tangisan Luna, membuat bibir Luna yang tadinya mengeluarkan isakan, tertutup rapat karena terkejut.

"Aku tak akan mengurus adik teman kalian yang hilang. Om Ryan, aku akan pulang menemui kakek dan mencari om Allen," dengus Felix tak peduli. Langkah kakinya yang lebar, tergesa keluar dari kamar hotel, tak lupa ia selipkan sebuah cek kosong kepada pegawai hotel wanita yang kini sudah berdiri menunggu ganti rugi.

Kepala Ryan berdengung pening akibat semua masalah beruntun ini, ia hanya mengangguk singkat kepada Felix yang telah pergi dan segera menghampiri Luna untuk menenangkan gadis cantik itu dengan pelukan.

"Tenang Lun, tenang... tadi Rere bilang apa?" tanya Ryan seraya menenangkan Luna dengan usapan lembut pada surai biru tua panjangnya.

"Hic... tadi ukh... huaa, tadi yang lapor itu orang tua Rere. Soalnya Rere lagi... lagi belanja," jawab Luna dipenuhi isakan tangis. Ingusnya yang kental dan berbuih, ia usapkan dengan sayang pada lengan pakaian Ryan. Membuat sang empu merasa jijik dan segera melepaskan jaketnya.

"Ayo cari sama-sama, Allen juga... juga hilang," ucap Ryan susah payah, menelan pahit kenyataan.

Seketika itu juga, Luna hanya bisa menatap kosong sahabat baiknya dengan tatapan tak percaya. Air mata yang tadi telah berhenti, kembali mengalir deras diikuti teriakan gila dan tangisan.

"AKHHHHHHHHHH!!! ALLEN!!! HIC HUAAA!!!"

***

Sedangkan di tempat lain, rambut seputih salju yang indah itu, kini telah kusut akibat cengkraman erat dari seorang pria berpenampilan preman.

Benar, rambut panjang Allen ditarik paksa hingga wajahnya menghadap pria preman itu dengan air mata berlinang. Sayang sekali Allen bukanlah seorang yang pandai bela diri, jadi ia hanya bisa meninju asal yang tentunya dapat ditangkis oleh pria berwajah mesum itu.

Andai saja disana ada tongkat besi, maka Allen akan mengayunkannya dengan brutal ke tubuh lelaki yang kini mulai mencoba merobek bajunya. Menyebabkan anak lelaki bersurai hitam yang tadi mendapat perlindungan dari Allen, ikut mencoba menendang dan memukul si preman.

"Br#ngsek!" umpat Allen penuh rasa sakit dan putus asa. Ia mengigit keras lengan pria itu hingga rasa amis darah menyapa lidahnya, membuat sang empu menggeram kesakitan.

"Arggh! Dasar lac#r! Seharusnya kau berterima kasih! Kau akan di jual ke saudagar kaya berkat kami dan bisa menikmati kekayaan tuanmu nanti!" sentak preman itu dengan nada kasar seraya membenturkan kepala Allen pada jeruji besi, menimbulkan suara nyaring yang membangunkan sebagian besar korban disana.

"Ukh... dik, menjauh... ambil sepatu," tutur Allen dengan susah payah. Pelipisnya telah robek dan mengeluarkan darah segar, namun sebelum ia sempat berdiri, rambutnya ditarik kembali dengan kencang ke belakang. Pria itu menyeret Allen menjauh dari anak lelaki bersurai hitam yang kini berusaha berdiri walau kakinya terasa akan patah.

Punggung Allen yang tadi sudah terluka, kini bergesekan dengan lantai kasar akibat tubuhnya diseret ke pojok sel dengan paksa. Menyebabkan bekas darah yang terseret panjang terbentuk di lantai.

Pupil mata semerah darah milik anak lelaki bersurai hitam itu, bergetar dengan penuh teror saat melihat orang yang berusaha melindunginya tadi, terlihat mengenaskan. Namun, pikiran anak itu masih jernih, ia segera melakukan apa yang Allen katakan.

"Nah seperti itu, diam dan nikmati saja, heheheh... ," tawa pria yang mengerikan memenuhi ruangan ketika ia melihat Allen terbaring tak berdaya di lantai. Para korban lain disana hanya menatap iba dan menutup mata dengar rasa bersalah saat kemeja Allen telah benar-benar dirobek.

Namun sebelum tangan bau preman itu dapat menyentuh kulit lembut Allen, suara seorang anak lelaki dengan nada rendah memanggilnya tepat dari belakang, "sebelah sini jelek."

"Hah? Apa yang— AERRGHHHH!!!" kata-kata pria itu terpotong dan di gantikan dengan teriakan kesakitan akibat aliran listrik dengan volt tinggi mengejutkan tubuhnya.

Anak lelaki bersurai hitam itu dengan ekspresi muak, terus menekan stun gun di tangannya pada punggung sang preman. Tak bergeming bahkan saat tubuh pria dewasa di depannya menggeliat kesakitan di tanah dengan kilat listrik merayap di kulitnya yang perlahan menghitam.

Pemandangan mengerikan itu membuat orang-orang yang juga terkurung di sel berbeda, menjerit ketakutan diiringi tangisan. Mereka tak dapat melihat sesuatu yang begitu mengerikan sekaligus.

Setelah memastikan bahwa pria yang hangus di lantai telah benar-benar tak bernapas lagi, bocah bermata merah itu segera menyimpan stun gun di saku dan menghampiri Allen dengan sekuat tenaga, karena kaki kanannya yang lebam, kini membengkak.

Pria cantik itu benar-benar mengenaskan dengan luka dimana-mana. Bahkan mata merah yang sedari tadi tak menangis, mulai basah saat tangan kecilnya menggenggam tangan Allen.

"Kakak... tunggu disini sebentar. Kumohon bertahanlah, Aku akan meminta bantuan," mohonnya penuh harap. Bocah itu tak ingin membuang waktu. Apalagi di saat kericuhan di luar pintu ruangan mulai terdengar. Sepertinya keributan yang mereka timbulkan, telah membuat sang bos kembali dari kantornya di lantai atas dengan tergesa.

Dengan lembut, tangannya menyelimuti Allen dengan hoodienya sendiri. Sedangkan mayat pria itu, ia tendang menjauh dari Allen agar tak mengotori penyelamat cantiknya.

Kaki pincang tak membuat anak lelaki itu kewalahan berjalan keluar sel, amarah di hatinya yang selama ini ia pendam sebagai anak baik, meledak begitu saja saat orang yang paling ia percayai, menjualnya sebagai budak. Dan malah orang asing lah yang mencoba menolongnya. Mata merah itu membara dengan permusuhan kuat, ucapan penuh tekad keluar dari bibirnya yang berdarah.

"Akan ku kembalikan apa yang telah mereka perbuat."

***

Kalian pernah di gantung author novel gak sih?

Karena Mint sering digantungin author novel lain, Mint juga mau ikut-ikutan ah
😤

Masa dia sebulan gak up, tapi readers nya setia pol (itu saya) wkwk

Jangan marah sayang (⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~❤️
Enjoyyy

Becomes the Villain's Uncle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang